Makalah Sejarah Perkembangan Pedoman Filsafat Di Dunia Barat ( Yunani ) Dan Di Dunia Timur (Islam)

A.       Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Di Dunia Barat (Yunani)

 Filsafat barat sanggup dibagi menjadi 4 periodisasi yaitu[1] : yang pertama  zaman yunani kuno yang bercirikan pemikiran kosmosentris ( para filosof mempertanyakan tragedi semesta alam ). Kedua yaitu zaman era pertengahan dimana pemikiran para filosof masih banyak dipengaruhi oleh doktrin – doktrin agama kristiani. Ketiga yaitu zaman modern dimana filosof mengakibatkan insan sebagai obyek analisi filsafat sehingga bisa disebut sebagai zaman antroposentrisme. Keempat adalah era kontemporer yang logosentris menjadi pemikiran zaman ini, teks menjadi sebuah tema sentral diskursus para filosof.
a.         Zaman Yunani Kuno (600 M - 400 M)
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian alasannya ialah pada periode ini ditandai dengan munculnya para mahir pikir alam menyerupai Thales menyimpulkan air sebagai Arche, Anaximander menyimpulkan bahwa sesuatu yang tidak terbatas ( apeiron ) sebagai asas mula lalu Anaximenes bahwa udara ialah asas mula, dan Phytagoras menyatakan bahwa asas mula tersebut sanggup diterangkan dengan memakai angka – angka, yang lalu populer denga dalilnya ihwal segitiga siku – siku. Puncak zaman Yunani  dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates, Plato dan Aristoteles. di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Orang-orang yunani mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat budi pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).



Pengertian filsafat pada ketika itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang sifatnya masih sempit. Dari hal ini lalu munculah beberapa mahir pikir yang menentang adanya mitos, antara lain :
NO
NAMA FILOSOF
NO
NAMA FILOSOF
1
2
3
4
5
6
7
Thales (625-545 SM)
Anaximandros (640 -546 SM)
Pythagoras (± 572 - 497 SM)
Xenophanes (570 - ? SM)
Heracitos (535 - 475 SM)
Parmenides (540 - 475 SM)
Zeno (±490 - 430SM)
8
9
10
11
12
13
Empedocles (490 - 435 SM)
Anaxagoras (± 499 - 420 SM)
Democritos (460 - 370 SM)
Socrates (469 - 399)
Plato (427 – 347 SM)
Aristoteles (384 - 322 SM)

b.        Abad Pertengahan (300 M - 1500 M)
Filsafat Barat, Pada Abad Pertengahan juga sanggup dikataka sebagai “The Dark Age (Abad yang Gelap)”. Karena pada ketika itu insan tidak lagi mempunyai kebebasan untuk menyebarkan potensi yang yang terdapat dalam dirinya, alasannya ialah pada ketika itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Para mahir pikir ketika itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan fatwa gereja, orang yang mengemukakannya akan dieksekusi berat.
Pada era pertengahan ini dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa Patristik, Skolastik dan Peralihan.[2]

1.         Masa Patristik
Patristik yang artinya para pemimpin gereja. Pada masa ini terdapat dua golongan dari para mahir pikir, yaitu mahir pikir yang menolak dan ahli pikir yang mendapatkan filsafat yunani. Bagi mereka yang menolak beralasan dikarenakan telah mempunyai sumber kebenaran dari firman Tuhan, sedangkan dari mereka yang menerima beralasan alasannya ialah tidak ada salahnya mengambil keduannya asal tidak bertentangan dengan agama.

2.         Masa Skolastik
Skolastik berasal dari kata sifat yang artinya “school” atau sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran yang berkaitan dengan sekolah.
Filsafat skolastik merupakan suatu sistem yang termasuk jajaran pengatahuan alam kodrat, yang akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

3.         Masa Peralihan
Masa yang berada dipenghujung era pertengahan, yang mana pada masa ini terjadi peralihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Pada masa ini ditandai dengan munculnya Renaissance, Humanisme dan reformasi.

c.         Abad Modern (1500 M - 1800 M) 
Abad ini dimulai semenjak adanya krisis pada era pertengahan selama dua era yang ditandai dengan munculnya gerakan renaissance (kelahiran kembali) yang tujuannya ditekankan pada bidang keagamaan, yakni merelisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan mengkaitkan filsafat yunani dengan ajran agama Kristen.
Dalam era filsafat modern ini lalu diteruskan dengan era filsafat era ke-20 ditandai dengan munculnya banyak sekali aliran pemikiran menyerupai Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, dan lain sebagainya.

d.        Abad Kotemporer (setelah 1800 M)
Pada era ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang sanggup dikatakan masih baru, walaupun tergolong gres aliran pemikiran filsafat ini mempunyai efek yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat pada abadnya. Filsafat kontemporer ini disebut juga sebagai filsafat era ke-20. ciri-ciri filsafat pada era ini yaitu desentralisasi manusia. Desentralisasi ialah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat kini ini disebut logosentris. Kedua aliran yang dimaksud ialah aliran Filsafat Analitis dan aliran Filsafat Strukturalis.[3]

1.         Filsafat Analitis
Filsafat ini dipelopori oleh Ludwig Josef  Johan Wittgenstein (1989 – 1951). Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat ialah pemikiran ihwal pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap dan sanggup menawarkan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.

2.         Filsafat Strukturalisme
J. Lacan merupakan penggagas dari filsafat ini. Menurut pemikirannya bahasa terdiri dari sebuah cermin yang ditentukan oleh posisi-posisinya satu terhadap yang lain.

B.            Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Di dunia Timur (Islam)

Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat dikalangan umat Islam ialah kata pesan yang tersirat atau hakim. Sehingga kata hakim ditempatkan pada kata filusuf atau aturan Al-Islam (hakim-hakim islam) Islam dalam perjalanannya telah menempuh waktu yang cukup usang yakni 15 tahun. Dalam perjalanan yang demikian panjang terdapat lima era perjalanan yang menakjubkan dalam acara pemikiran filsafat, yaitu antara era ke-7 sampai era ke-12. Dalam kurun waktu lima era itu para mahir pikir Islam merenungkan kedudukan insan di dalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan dengan memakai budi pikirnya. Mereka berpikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyi kemampuan tinggi alasannya ialah kebijaksanaanya.
Dalam acara pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam kekuatan dalam berfikir, antara lain sebagai berikut :[4]
1.      Para mahir pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang diubahsuaikan dengan fatwa Islam.
2.      Para ulama memakai metode rasional dalam menuntaskan soal-soal ketauhidan.

Dari sekian banyak ulama Islam, ada yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat Islam (pemikiran filsafat yang berdasarkan fatwa Islam), tetapi ada juga yang menyetujuinya. Ulama yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat ini beropini bahwa “adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid’ah dan menyesatkan. Al-Qur’an tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan dan ditakwilkan berdasarkan budi pikir manusia, tetapi Al-Qur’an untuk diamalkan sehingga sanggup dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan ulama yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran filsafat ini, beropini bahwa pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur’an dengan klarifikasi yang sanggup diterima oleh budi pikir manusia. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya insan untuk berpikir ihwal dirinya sendiri, ihwal alam semesta dan mengimani Tuhan Sang Pencipta.
Dalam sejarah perkembangan pemikiran filsafat di dunia islam ini terdapat beberapa mahir pikir yang mempunyai kemampuan tinggi alasannya ialah kebijaksanaannya, yang mana mereka menekankan pada metode berpikir yang sistematis, analitis serta kritis.

Para mahir pikir tersebut antara lain : [5]

1.         Al-Kindi
Nama Al-Kindi ini merupakan  cikal bakal terbentuknya Banu Kindah, yaitu suku keturunan kindah yang semenjak dulu menempati kawasan selatan Jazirah Arab yang tergolong mempunyai apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan cukup dikagumi orang.
Dalam sejarah hidupnya, Al-Kindi mengahasilkan beberapa karya. Kebanyakan dari karyanya ini berbentuk makalah, tetapi jumlahnya amat banyak sekitar 200 lebih. Salah satunya dalam bidang filsafat. Menurut George N. Atiyeh, karangan makalah Al-Kindi itu sebanyak 270. Karangannya ini pernah diterbitkan oleh Prof. Abu Ridah (1950) dengan judul Rasail Al-Kindi Al-Falasifah (makalah-makalah filsafat Al-Kindi).

2.         Al-Razi
Al-Razi berlatar belakang sebagai seorang yang senang mempelajari ilmu kimia, tak heran kalau kedua matanya buta tanggapan dari eksperimen yang dilakukannya. Di kota kelahirannya yaitu kota Rayy, ia lebih sering dipanggil sebagai seorang dokter, sehingga ia dipercayakan memimpin rumah sakit kota oleh gubernur. Al-Razi termasuk orang yang aktif berkarya, karyanya ini kebanyakan berbentuk buku, menyerupai ilmu fisika, kimia, logika, matematika dan astronomi.

3.         Al-Farabi
Al-Farabi mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibnu Thorhan Al-Farabi. Nama Al-Farabi diambil dari nama kota dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ia hijrah ke kota Baghdad yang pada waktu itu disebut sebagai kota ilmu pengatahuan. Beliau menimba ilmu kepada Suraj ihwal tata bahasa Arab, dan mantiq (logika) pada Bisyr Matta Ibn Yunus.

Karya dari Al-Farabi antara lain :
1)      Al-Jami’u Baina Ra’yi Al-Hakimain Afalatoni Al-Hahiy Wa Aristho-thails (pertemuan/ penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles)
2)      Tahsilu as Sa’adah (mencari kebahagiaan)
3)      As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan)
4)      Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)
5)      Arroo’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan)

4.         Ibnu Sina
Ibnu Sina mempunyai nama lain Abu Ali Al Husain ibn Abdullah ibn Sina. Berasal dari kota Avicenna. Beliau berguru Al-Qur’an dengan menghafalnya dan berguru ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu umum menyerupai astronomi, matematika, fisika, logika, kedokteran dan ilmu metafisika. Beliau menguasai ilmu kedokteran ketika umurnya belum mencapai 16 tahun. Sungguh kecerdasan dan prestasi yang sangat menakjubkan tentunya.
Hasil karya dari Ibnu Sina antara lain menyerupai As-Syifa, merupakan buku filsafat yang terpenting dan terbesar dan terdiri dari 4 bagian, yaitu logika, fisika, matematika dan metafisika. Kemudian buku An-Najat, merupakan buku ringkasan dari buku As-Syifa, dan lain sebagainya.

5.         Ibnu Maskawaih
Ibnu maskawaih termasuk filosuf islam yang memusatkan pemikirannya kepada susila islam. Nama lengkapnya ialah Abu Ali Al-Khasim ahmad bin ya’qub bin maskawaih.


Karya dari Ibnu maskawaih antara lain :
1)      Kitab Al-Fauz Al-Ashgar (tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika))
2)      Kitab Thabarat Al-Nafs, (tentang etika)
3)      Kitab Al-Jami’, (kitab ihwal ketabiban)
4)      Kitab Al-Adwiyah, (tentang obat-obatan)
5)      Kitab Al-Mustaudi, (tentang kumpulan syair-syair pilihan, dll)

6.         Al-Ghazali
Al-Ghazali ini mempunyai nama lengkap yang cukup unik yaitu Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid Al-Ghazali. Lahir dikota thus, suatu kota di Khurasan. Setelah ayahnya meninggal, Al-Ghazali lalu diasuh oleh spesialis tasawuf. Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqh pada Syekh bin Muhammad Ar Rasikani. Beliau hijrah ke Nishabur dan berguru kepada Al haromain. Dari sinilah mulai terlihat ketajaman otaknya yang luar biasa dan menguasai beberapa ilmu menyerupai mantiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya itulah imam Al Haromain menyampaikan bahwa Al-Ghazali itu ialah “Lautan  Tak Bertepi . . . “
Karya-karya Al-Ghazali mencakup banyak sekali macam ilmu pengetahuan menyerupai ilmu kalam (theologi islam), fiqh (hukum islam), adat tasawuf dan masih banyak lagi. Diantara karyanya terdapat beberapa kitab yang populer menyerupai Ihya Ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama) yang dikarangnya beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerusalem, Hijaj dan Yus, yang berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan filsafat, bukan saja populer dikalangan muslim tapi juga dikalangan dunia barat dan luar islam.










[1] Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar.hal.16-25.
[2] Ahmadi, Asmoro. 2007Pengantar Ilmu dan  Sejarah Filsafat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal.63.
[3] Sonny Keraf, A. dan M ikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.hal.43.

[4] Ahmadi, Asmoro. 2007Pengantar Ilmu dan  Sejarah Filsafat. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Hal.85.
[5] Mustofa, Ahmad. 2004. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit kanisius.hal.79-89.

Belum ada Komentar untuk "Makalah Sejarah Perkembangan Pedoman Filsafat Di Dunia Barat ( Yunani ) Dan Di Dunia Timur (Islam)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel