Makalah Relasi Antara Filsafat, Insan Dan Pendidikan Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia
A. Manusia dan Filsafat
Manusia yaitu binatang yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan kecerdikan pikirannya (the animal that reasons). Manusia yaitu binatang yang berpolitik (zoo politicon, political animal), binatang yang berfamili dan bermasyarakat mempunyai kampung halaman dan negara.[1]
Karena insan itu mempunyai kecerdikan pikiran yang senantiasa bergolak dan berfikir, dan lantaran situasi dan kondisi alam dimana beliau hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang kala beliau tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menimbulkan insan itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat beliau berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala insiden berlaku diatas permukaanya. Dan didalam siang dan malamnya beliau menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan senang, hidup dan mati dan sebagainya, yang mencakup dan melingkupi kehidupan manusia. Diarahkan pandnganya kelangit biru, maka nampak olehnya , benda-benda angkasa, mengambang dab bersemayam dilangit tinggi. Matahari menunjukkan sinar dan cahaya, terang benderang mencakup segenap sudut dan penjuru dunia ini. Menaburkan panas dan kehangatan yang nyaman dan menyegarkan dan kadang kala membara dan membakar, meresahkan seluruh mahluk diatas permukaan bumi.
Dengan sinarnya yang gilang gemilang itu, beliau membersihkan kehidupan dan menyalurkan ruh dan jiwa kepada benda-benda yang mati, mencairkan benda-benda yang beku, menimbulkan angin puting-beliung dan gelombang, menggerakan angin, air bah dan banjir, dinyalakan api ditengah padang , dihiasinya keindahan alam dengan warna, disemerbakanya bunga dengan keharuman dan kewangian surgawi. Hal-hal menyerupai itulah yang menakjubkan manusia, menimbulkan beliau termenung, merenungka segala sesuatu. Dia berfikir dan berfiki, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai micro kosmos dan memikirka jagad raya sebagai macro kosmos. Dia memikirkan juga lam gaib, alam dibalik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan diapun mulai membangun pemikiran filsafat.
Didalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran insan meningkat tinggi, maka tampilah manusia-manusia yang unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan menghapus banyak sekali problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinyafilsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua, kemudian Shopiesme, kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam kala sebelum masehi.
Memang filsafat alam, baik periode pertam maupun periode kedua, begitu pula pemikiran Shopiesme, belumlah mempunyai imbas mendalam dalam bidang pendidikan. Barulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh Socrates (470 SM-399 SM) dan murid-muridnya Plato dan Aristoteles, filsafat mulai kuat positif dalam bidang pendidikan.
B. Filsafat dan Teori Pendidikan
Sebenarnya kita ketahui, ilmu jiwa bagi ilmu pendidikan yaitu suatu komplementasi yang amat bernilai. Pedogogik tanpa ilmu jasa, sama dengan praktek tanpa teori, pendidikan tanpa mengerti untuk apa, bagaimana dan mengapa manusi dididik. Tanpa pengertian atas insan baik sifat-sifat individualitasnya yng unik maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, Pendidikan akan salah arah. Bahkan pengertian yang baik, pendidikan akan memperkosa kodrat manusia.[2]
Banyak diantara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosifos, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahanya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan banyak sekali cara pendekatanya, akan sanggup menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun sistematis teori-teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara lebih rinci sanggup diuraikan sebagai berikut:
1. Filsafat dalam arti analisa, filsafat yaitu salah satu cara pendekatan yang dipakai oleh para mahir pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikanya. Disamping mengunakan metoda-metoda ilmiah lainya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek, contohnya filsafat idealisme, realisme, materealisme dan sebagainya. Akan mewarnai pula pandangan mahir pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkanya. Aliran filsafat tertentu akan menghipnotis dan menunjukkan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran fisafat tersebut.
2. Filsafat juga berfungsi menunjukkan arah biar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdsarkan dan berdasarkan pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan biar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Disamping itu, yaitu merupakan kenyataan bahwa setiap masyrakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainya dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam menentukan dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dengan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
3. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk menunjukkan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pengetahuan atau pedagogis. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkanbentuk-bentuk dan gejalah-gejalah kependidikan yang tertentu pula. Hal ini yaitu merupakan data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan menunjukkan arti terhadap data-data kependidikan tersebut dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta sanggup disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (pedagogik).
Disamping kekerabatan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat kekerabatan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saefullah, sebagai berikut:
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep perihal hakikat insan serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikanya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang mencakup politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan kekerabatan antara keduanya yaitu bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya dibutuhkan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.
C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan
a. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal atau pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya perjuangan insan dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, insan tidak pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhtikan hal-hal yang khusus. Maka kemudian timbulah penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkungan filsafat. Jika penyelidikan ini mencapai tingkat yang tinggi, maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahuan yang gres dan berdiri sendiri. Adapun yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat ialah ilmu pasti, kemdian disusul oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainya. Akan tetapi meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang melepaskaan diri tidakla berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan dukungan dari ilmu filsafat. Misalnya makna dari pengetahuan perihal atom, gres mulai nampak bila dihubungkan dengan peradaban. Seorang mahir atom berusaha menemukan fakta kemudian membuat tekhnik-tekhnik yang diperlukan. Semuanya itu dilakukan dari pengetahuan perihal atom yang semakin meluas dan mendalam. Namun para mahir atom kadang kala atau tidak memperhatikan apa yang dilakukan manusia. Karena atom hanya untuk kepentingan perang yang sanggup membawa malapetaka kepada manusia. Hal ini menjadi kiprah dari filsafat, lantaran menyangkut kasus ini yang berarti filsafat akan menunjukkan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Kemudian bahasan perihal kedudukan atau kekerabatan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan Pieget perihal epistemologi genetis, yaitu fase-fase berfikir dan pikiran insan dengan mengambil rujukan perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga remaja sebagaimana diuraiakan oleh Halford sebagai berikut:
Jasa utama dari Pieget yaitu uraiannya mengenai perkembangan anak dalam hal tingkah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
1) Fase sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun hingga usia dimana cara berfikir anak masih sangat ditentukan oleh kemampuan pengalaman sensorinya, sehingga sangat sedikit terjadi insiden berfikir yang sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan sama sekali dalam prosees berfikir dan pikiran anak.
2) Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai adanya kegiatan berfikir dengan mulai mengunakan tanggapan (disebut logika fungsional). Ia tidak menyebut dengan berfikir berdasar kekerabatan alasannya yaitu akibat, menyerupai pendapat para mahir psikologi perkembangan.
3) Fase Operasional yang konkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk memecahakan duduk kasus secara konkrit dan terhadap benda-benda yang konkrit pula.
4) Fase Operasi Formal, pada anak dimulai pada usia 11 tahun. Anak telah mulai berfikir abstrak, dengan memakai konsep-konsep yang umum dengan memakai hipotesaserta memprosesnya secara sistematis dalam rangka menuntaskan problema walaupun si anak belum bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.
Dari uraian dan rujukan tadi sanggup disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu mendapatkan dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1) Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
2) Filsafat juga menunjukkan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3) Disamping itu filsafat juga menunjukkan dasar-dasar yang khusus yang dipakai dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4) Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya mustahil tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meningggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
5) Filsafat juga menunjukkan metoda atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.
Manusia merupakan subyek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, lantaran itu perilaku untuk dididik dan siap untuk mendidik dimilikinya. Berhasil tidakya suatu perjuangan atau kegiatan banyak tergantung pada terang tidak adanya tujuan. Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga masyarakat, sekolah dan perguruan tinggi tinggi.[3]
b. Kedudukan Filsafat dalam kehidupan Manusia
Untuk menunjukkan citra bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan insan maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengetian filsafat. Dalam bahasan sebelumnya, filsafat mengandung pengertian yaitu suatu ikhtiar untuk berfikir secara radikal, dalam arti mulai dari akarnya suatu tanda-tanda (hal kehendak permasalahan) hingga mencapai kebenaran yang dilakukan dengan kesungguhan dan kejujuran melalui tahapan-tahapan pikiran. Oleh lantaran itu seorang yang berfilsafat yaitu orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertama yaitu tehadap dirinya sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan yang diterima filsafat yaitu apabila isi pengetahuan yang diusahakan sesuai dengan objek yang diketahui yang didasari oleh kebebasan berfikir (diatur oleh logika) untuk menyidik atau tata pikir yang bermetoda, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan demikian filsafat yaitu ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu (seluruh dunia dan alam ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai insan yaitu mencakup segala soal hidup manusia: pikiran, budi, tingkah laku dan nilai-nilainya dan tujuan hidup manusia, baik didunia maupun setelah didunia ini tiada yang kemudian dikenal dengan sebutan pedoman hidup.
Filsafat sebagai ikhtiar berfikir maka bukan berarti untuk merumuskan suatu keyakinan yang final, konklusif, dan tidak bisa diganggu gugat. Dia bukan sekedar idealis menyerupai apa yang kita alami sebagai realita. Disamping itu ada pula anggapan bahwa filsafat yaitu hanya suatu kegiatan perenungan yang bertujuan mencapai pengetahuan perihal hakikat dari segala yng nyata, tetapi filsafat tolong-menolong untuk hingga kepada pengertian yang lebih jauh dari pada ssekedar persepsi, yaitu berupa kegiatan mental dalam wujud konseptualisasi.
Ada seorang guru/pemikir yang mempunyai kesadaran diri untuk mendapatkan dan meningkatkan pemahaman yang ada didalam kehidupan yang nyata, contohnya bagaimana pengetahuan tersebut diperolehnya, dan bagaiman bentuk dari apa yang telah dikuasai itu, maka filsafatlah yang membantu mereka untuk menjawabnya. Karena memang didalam kala ini duduk kasus pengetahuan merupakan pusat permasalahan didalam acara didalam spesialis filsafat. Sejarah ilmu filsafat selalu menaruh perhatian kepada permasalahan pertama filsafat realita, pengetahuan dan nilai (akan dibicarakan dalam problema pokok filsafat dan filsafat pendidikan). Guru pemikir tadi menyatakan pendapatnya dengan dukungan yang persuasif ialah apa yang diketahui ialah apa saja yang kita buktikan. Apakah kita pernah membantah bbahwa hari cerah dan tidak ada mendung bila kita dan orang lain melihat sinar matahari? Apakah sinar matahari telah tertanggkap oleh mata kita? Dan apakah kita masih akan membantah bahwa api itu panas setelah kita masukan jari ketempat api, dan segera menariknya kembali lantaran panas melalui jari. Jika kita pikirkan semua itu, maka kita akan memperoleh seperangkat pengetahuan dari pengalaman empiriat (sensoris). Pengetahuan yang berkhasiat tidak senantiasa eksklusif diperoleh, tetapi sanggup juga secara tidak eksklusif yang merupakan eksistensi pengertian yang diambil sacara empiris. Dengan membatasi pengetahuan pada pengalaman empiris saja berarti mengabaikan sekian banyak yang kita rasa telah diketahui. Kita telah merasa apa yang kit sukai atau tebaik untuk diri kita dalam suatu atau lain keadaan meskipun kita tidak sanggup membuktikanya. Kita hanya merasa mempunyai perasaan yang kuat semacam intuisi, meskipun kit tidak sanggup membuktikanya. Dan kita menjadikan perasaan tersebut sebagai suatu dasar untuk perilaku atau keputusan.[4]
D. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manusia yaitu sumberdaya primer dan sangat menentukan dalam pembangunan suatu bangsa. Sumber daya insan merupakan salah satu sumber daya dalam organisasi mencakup semua orang yang melaksanakan aktivitas. Oleh lantaran itu jikalau suatu bangsa ingin maju dan sejahtera, maka bangsa itu harus memprioritaskan investasi dalam pemgembangan sumber daya insan (human capital). Investasi yang sehat dalam membangun sumber daya insan ditempatkan pada tujuan strategis untuk mencapai tingkat nilai yang tinggi. Penekanan nilai tersebut membantu insan lebih prduktif, lebih kreatis, bisa memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dan bekerja keras dengan pengabdian tinggi yang pada akhirnya sanggup meningkatkan kesejahteraan. Dalam pengembangasn sumber daya insan ada dua sisi pokok, yaitu sisi Sumber daya dan sisi manusia, dimensi pokok sisi sumber daya yaitu konstribusinya terhadap organisasi dan lingkungannya, sedangkan sisi pokok insan yaitu perlakuan lingkungan dan organisasi terhadapnya, yang pada gilirannya menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya. Dengan demikian sanggup digambarkan bahwa kualitas insan sanggup merosot atau menurun yang disebabkan oleh sesuatu kekuatan baik internal maupun eksternal. Dalam perkembangan dan inovasi ilmu Pengetahuan mempunyai nilai pembentukan, nilai itu sangat dopengaruhi oleh penggunaan temuan (cration invention) ilmu pengetahuan itu disebut Teknologi. Sejarah mengambarkan bahwa teknologi tidak pernah susut atau surut, selain semakin pesat perkembangannya juga semakin tinggi dari teknologi alat hingga pada bioteknologi. Perkembangan atau pertumbuhan ekonomi ketika ini masih tergantung pada sumber daya alam menyerupai mineral, hutan, perkebunan besar, lahan pertanian dan industri pengelola sumber daya alam. Kemampuan sumber daya alam dengan peningkatan kebutuhan insan yang menjadi beban pertumbuahan ekonomi, hal ini disebabkab kemampuan sumber alam tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk kesudahannya banyak Negara-negara yang merosot jawaban ulahnya sendiri. Dewasa ini sejumlah Negara-negara dikawasan dunia ini khidupan Negara yang bersangkutan nyaris tidak mempunyai sumber daya alam. Hal diakibatkan kualitas sumber daya alamnya rendah. Sumber daya insan berkualitas tinggi yaitu sumber daya insan yang bisa membuat bukan saja nilai komperatif tetapi juga nilai kompetitif-generatif-inovatif yang memakai energi yang tinggi menyerupai Integence Creativity dan Imagination, tidak lagi semata-mata memakai energi garang menyerupai materi mentah lahan, air, tenaga otot dan sebagainya. Peningkatan kualitas sumber daya insan tertentu berbeda dari zaman ke zaman. Sifat bentuk dan arahannya tergantung pada kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat masing-masing. Dimasyarakat tradisional,peningkatan kualitas sumber daya insan masih terbatas pada aspek-aspek tertentu,yang erat kaitannya dengan tradisi setempat namun yang terang peningkatan itu tak lepas hubungannya dengan filsafat hidup dan kepribadian masing-masing.dalam pengertian sederhana, filsafat diartikan sebagai kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang,masyarakat,atau bangsa.kondisi ini dibuat oleh tradisi kehidupan masyarakat ataupun oleh perjuangan yang terprogram.namun demikian sesederhana apapun,pembntukan itu tak lepas dari kiprah pendidikan. Pendidikan,menurut Hasan Langgulung,pada prinsipnya sanggup dilihat dari dua sudut pandang : individu dan masyarakat, Jalaluddin dan Idi (2012 : 186-187). Jadi, untuk mendapatkan sumber daya insan yang berkualitas tinggi, ada suatu jalan pemecahan yang harus ditempuh, yakni melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihanlah yang akan meningkatkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi seseorang untuk berperan dalam kehidupannya, secara individu maupun masyarakat.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan demi tercapainya pengembangan sumber daya manusia.
1. Informasi-informasi yang luas, aktual, dan hangat biar sanggup membuka ketertutupan pandangan dan wawasan, dan pada tahap selanjutnya akan menimbulkan gairah untuk melaksanakan sesuatu yang dibutuhkan (tumbuh kemauan dan cita-cita berprestasi)
2. Motivasi dan isyarat yang sanggup menumbuhkan semangat untuk melaksanakan sesuatu atau beberapa kiprah pekerjaan dengan adanya kepercayaan diri yang kuat, sehingga ada gairah untuk mewujudkan suatu tujuan (peningkatan produktivitas dan kemampuan diri)
3. Metodologi dan system kerja yang sanggup menunjukkan cara penyelesaian kasus dengan efektif dan efesien, secara terus-menerus (manusia potensial, actual, dan fungsional)
E. Filsafat Pendidikan Peningkatan Sumber Daya Manusia
Manusia yaitu makhluk yang mempunyai beberapa potensi bawaan. Dari sudut pandang yang dimiliki itu,manusia dinamai dengan banyak sekali sebutan. Dilihat dari potensi inteleknya insan disebut homo intelectus.manusia juga disebut sebagai homo faber, lantaran insan mempunyai kemampuan untuk membuat barang atau peralatan.kemudian insan pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale abima ,karena insan yaitu mahkluk bermasyarakat.di lain pihak insan juga mempunyai kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan,kearifan,kebijaksanaan, dan penetahuan.atas dasar adanya kemampuan tersebut,manusia disebut homo sapiens . Filsafat pendidikan,seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Idi, 2012 : 194 -198) disusun atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pandangan ke dua yaitu perjuangan untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat. Pertama,aliran natularisme, yang menyatakan bahwa insan mempunyai potensi bawaan yang sanggup berkembang secara alami, tanpa memerlukan dukungan dari luar. Secara alami insan akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing.tokoh aliran ini yaitu Jean Jacques Rosseau. Kedua aliran empirisme. Menurut aliran ini insan bertumbuh dan berkembang atas dukungan atau lantaran adanya intervensi lingkungan.tokoh aliran ini yaitu Schopenhauer. Ketiga aliran konfergensi, yang mempunyai pandangan gabungan antara empirisme dan naturalism. Menurut aliran ini,manusia secara kodrati memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat.namun selanjutnya biar potensi itu sanggup bertumbuh dan berkembang dengan baik,perlu adanya imbas dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan.tokoh aliran ini yaitu Jhon Locke. Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran perihal insan dalam kaitan dengan problema pendidikan.namun kemudian,Kohnstamm menambahkan faktor kesadaran sebagai faktor ke empat. Dengan demikian menurutnya selain faktor dasar (natur) dan faktor asuh (empiri),yang kemudian dikonvergensikan,masih perlunya faktor kesadaran individu. Menurutnya walaupun insan mempunyai talenta yang baik, kemudian dididik secara baik pula,maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada motivasi intrinsik dari akseptor didik itu sendiri. Kohnstamm,melihat bahwa faktor lingkungan belum sanggup memberi hasil yang optimal bila tidak disertai dorongan dari dalam diri akseptor didik.pendapat ini sanggup dilihat sebagai temuan yang memperkaya pemikiran perihal insan dalam kaitannya dengan pendidikan. Keempat tokoh tersebut telah mengangkat latar belakang potensi manusia.kecuali J.J Rousseau,ketiga tokoh berikutnya seakan menyatu dalam pendapat bahwa potensi insan sanggup diintervensi oleh imbas lingkungan. Seperti yang dikatakan Imam Barnadib,bahwa filsafat pendidikan sebagai system sanggup dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama sebagai pendekatan filosofis,sebagaiman telah diuraikan terdahulu.dalam pandangan ini terungkap bahwa konsep pendidikan dalam banyak sekali aliran itu mengakui bahwa insan mempunyai potensi untuk dididik. Selanjutnya pendekatan kedua yaitu filsafat pendidikan dilihat dari sudut pandang pendidikan.berdasarkan pendekatan ini,filsafat pendidikan merupakan perjuangan untuk menemukan jawaban perihal pendidikan dan problema-problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis .dalam pandangan ini,filsafat pendidikan menjadi tumpuan bagi penyesunan system pendidikan. Menurut Hasan Langgulung,pendidikan dalam hubungannya dengan individu dan masyrakat,dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya dengan filsafat pendidikan dan sumberdaya manusia.dari sudut pandang individu, Pendidikan merupakan perjuangan untuk menyebarkan potensi individu,sebaliknya dari sudut pandang kemasyrakatan,pendidikan yaitu sebagai pewaris nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini pendidikan mengemban dua kiprah utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya.manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya yaitu pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi insan pencipta budaya itu. Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya insan yang menjadi pendukung nilai-nilai budaya tersebut.pada masyarakat yang masih mempunyai kebudayaan asli,berbeda dengan masyarakat yang mempunyai kebudayaan campuran. Kemajuan peradapan insan sebagian besar ditentukan oleh IPTEK.makin tinggi tingkat penguasaan IPTEK, makin maju pula perdapan suatu bangsa.juga tingkat kualitas sumberdaya manusianya.salah satu sarana yang paling efektif dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya anusia yaitu pendidikan. Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah suatu system pendidikan yang layak dan harmonis dengan tujuan pengembangan sumberdaya insan sebagai pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradapan yang dimiliki. Kemudian biar system pendidikan tersebut tetap terjaga, diperukan adanya suatu landasan filsafat pendidikan yang dinilai mengakarpada kepribadian bangsa itu masing-masing.dalam kaitan ini, terlihat bagaiman kaitan kekerabatan antara filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan insan untuk menyebarkan potensi dirinya dan menemukan pengetahuan yang benar yaitu sesuatu yang mutlak dilakukan lantaran insan selalu berpikir. Namun setiap insan berbeda cara berpikirnya untuk menemukan suatu kebanaran yang hakiki. lewat kegiatan berpikir dan sanggup dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan sember bagi setiap orang atau diri seseorang. Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa semakin tinggi cara bepikir seseorang maka otomatis pengembangan potensi yang ada pada diri seseorang semakin tinggi pula, dengan kata lain peranan ilmu atau filsafat pendidikan terhadap pemgembangan sumber daya insan sangat erat kaitannya atau saling ketergantungan. Karena sumber daya insan yang tinggi tergantung dari pemikiran-pemikiran atau ilmu pendidikan yang dimiliki manusia. Manusia menyebarkan pengetahuan, dari pengetahuannya itu muncul daya pikir bagaimana mengatasi kebutuhan dan kelangsunga hidup. Kaprikornus potensi yang dimiliki seseorang menjadi penentu kehidupan pada dirinya. Sehingga peranan filsafat pendidikan terhadap pengembangan sumber daya insan saling berkaitan satu sama lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia yaitu binatang yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan kecerdikan pikirannya (the animal that reasons). Manusia yaitu binatang yang berpolitik (zoo politicon, political animal), binatang yang berfamili dan bermasyarakat mempunyai kampung halaman dan negara.
Dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan kekerabatan antara keduanya yaitu bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya dibutuhkan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.
Manusia merupakan subyek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, lantaran itu perilaku untuk dididik dan siap untuk mendidik dimilikinya. Berhasil tidakya suatu perjuangan atau kegiatan banyak tergantung pada terang tidak adanya tujuan. Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga masyarakat, sekolah dan perguruan tinggi tinggi.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Relasi Antara Filsafat, Insan Dan Pendidikan Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia"
Posting Komentar