Makalah Filsafat Pendidikan

A.    FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN

            Orang pada zaman kini ini telah meyakini perihal eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum hingga kepada yang khusus. Keyakinan ini semakin hari diperkuat dengan berkembangnya metode pengukuran dan cara analisa yang sanggup mendapatkan amanah untuk menghasilkan data yang dipercaya pula. Dengan bahasa ilmiah lazim dikatakan “ Apa yang ada itu sanggup dihayati alasannya ialah sanggup diukur”.
            Prinsip  dasar yang dikemukakan oleh Thorndike ini menjadi salah satu motor aktivis pengembangan ilmu pendidikan, yang pada waktu ini sanggup dihayati dengan pengungkapan data kuantitatif yang merupakan salah satu kekayaannya. Tugas ilmu menjadi lebih Nampak karenanya kalau telah hingga pada terjangkaunya hasil-hasil penelitian yang pengujian hipotesa, laporan serta rekomendasinya.
            Disamping pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kuantitatif ibarat tersebut diatas, ada yang lain-lain yang memerlukan tanggapan yang sanggup memperlihatkan hakiki dan kearah mana pendidikan itu dibawa. Misalnya : Untuk apakah sebetulnya sekolah itu didirikan? Anak didik itu ada sebagai ia berada, sedangkan masyarakat dan menginginkan anak didik terbina sesuai ideology yang telah digariskan. Maka timbul pertanyaan, apakah yang seharusnya pendidik itu lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan tujuan ditas.
            Jawaban mengenai pertanyaan pertama seharusnya berkisar pada konsep atau landasan pikiran bahwa pendidik memerlukan suatu forum di luar keluarga, yang mempunyai peranan bagi terbinanya masyarakat yang ideal.

            Sedangkan untuk pertanyaan yang kedua dibutuhkan tanggapan yang berupa konsep-konsep perihal isi dan proses pendidikan yang mempertemukan potensi anak didik dan citra insan ideal berdasarkan masyarakat dan Negara itu.
            Dua jenis pertanyaan mengenai pendidikan diatas bersifat filosofis yang memerlukan tanggapan filosofis pula. Maka dari itu dimasukkan kedalam bidang filsafat pendidikan. 

B.     FILSAFAT PENDIDIKAN
            Diatas telah dirumuskan bahwa Filsafat pendidikan ialah ilmu yang pada hakekatnya merupakan tanggapan dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh alasannya ialah bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada hakekatnya ialah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
            Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini merupakan,suatu keharusan. John Dewey, seorang Filosof Amerika menyampaikan bahwa filsafat itu ialah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyidik faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
            Oleh alasannya ialah filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini sanggup menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan bekerjasama dengan realita. Semuanya ini sanggup disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk menyebarkan diri.
            Sebagai contoh, sanggup dikemukakan bahwa filsafat mengadakan pembahasan soal saya dan tujuan, yang perlu menjadi tujuan, yang perlu menjadi perhatian pendidikan sebelum ia terjun aktif dalam prosesnya. Bahwa pandangan filsafat alasannya ialah akunya insan (individu) ialah sesuatu yang lain daripada yang lain, yang sanggup menjadi landasan pandangan mengenai hakekat anak didik. Berarti pandangan mengenai bentuk kesungguhan (form  substansialis) mengenai insan ini sanggup berubah menjadi menjadi pandangan pendidik mengenai anak didik. Beberapa teladan  diutarakan dibawah ini.
            Bila pendidik memandang form substansialitas insan itu bersifat biologis, sanggup mempunyai visi pendidikan yang naturalistis. Pendidik dalam lingkungan ini ialah Jean Jacques Rousseau, yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam bukunya yang berjudul Emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indera ialah praktek pendidikan yang amat penting artinya.
            Lain halnya kalau anak didik dipandang sebagai mahluk spiritual. Landasan untuk memilih inspirasi dan tujuan pendidikan ialah pandangan keabadian dan ke-Tuhan-an. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai entitet mekanistis belaka.
Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alasan untuk ini :
a)      Adanya problema-problema pendidikan yang timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya masing-masing. Pendidikan ialah perjuangan insan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin bangsa dan masyarakat. Banyak goresan pena yang dihasilkan oleh hebat pikir, dan tidak jarang gagasan hebat yang satu menghipnotis ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-ahli pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsaafat pendidikan.
b)     Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan sanggup mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya melampau hal-hal yang ditemukan secara eksperimental atau empiris. Maka dari itu filsafat pendidikan sanggup diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
c)      Dapat terpenuhinya tuntutan intelektual dan akademik. Dengan landasan azas bahwa berfilsafat ialah berpikir logis yang runtut, teratur dan kritis. Maka berfilsafat pendidikan berarti mempunyai kemampuan semacam itu. Oleh alasannya ialah itu diharapkan sanggup mempunyai imbas terbentuknya pribadi pendidik yang baik.

C.    ANALISIS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

a.    Analisa Filsafat Dalam Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan ialah merupakan kasus hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya ialah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge yaitu bahwa: life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan insan itu ialah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan imbas pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memperlihatkan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan berguru yang serba terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun kasus pendidikan ialah merupakan kasus yang bekerjasama pribadi dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan perjuangan dari insan remaja yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, biar nantinya menjadi insan yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya dan pendidikan formal disekolah hanya bab kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa kasus kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula. yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat kasus pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut kasus yang bersifat fundamental dan mendalam, sehingga  memerlukan derma ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang mustahil terjawab dengan memakai analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Berikut ini akan dikemukakan bebarapa kasus kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannyaantara lain:
1.    Masalah kependidkan pertama dan yang fundamental ialah perihal apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada insan dan merupakan hakikat hidup insan itu. Dan bagaimana kekerabatan anatara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2.    Apakah pendidikan itu berkhasiat untuk membawa kepribadian manusia, apakah potensi hereditas yang memilih kepribadian insan itu, ataukah faktor–faktor yang berasal dari luar/ lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang baik pula tidak mencapai kepribadian yang diharapkan: dan kenapa pula anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidkan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
3.    Apakah sebetulnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian insan ataukah untuk Pembinaan masyarakat.apakah pelatihan insan itu semata-mata untuk dan demi kehidupan real dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak diakhirat yang kekal ?
4.    Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan hingga dimana tanggung jawab tersebut.bagaimana kekerabatan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut sesudah insan dewasa,dan sebagainya.
5.   Apakah hakikat pribadi insan itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik: akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah intelektualnya ataukah kesemuannya itu.
6.    Apakah isi kurikulum pendidikan relevan  dalam  kehidupan   masyarakat.
7.    Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang mengutamakan pelatihan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensive, ataukah deangan kurikulum yang terbatas tetapi intensif penguasaanya dan bersipat mudah pula.
8.    Bagaimana metode pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi; apakah oleh Negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
9.    Bagaimana asas penyelenggara pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi; apakah oleh negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.

Masalah-masalah tersebut, merupakan sebagian dari contoh–contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat mnggunakan aneka macam macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahanya. Di antara pendekatan (approach) yang dipakai antara lain :
1.    Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti: memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini ialah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan ialah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan perihal sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah- kasus kependidikan memang bekerjasama dengan hal–hal yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, contohnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya.
2.    Pendekatan normatif, artinya nilai atau hukum dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam perjuangan dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai mana dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan ialah berusaha untuk memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan insan dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana kekerabatan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan sanggup dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana perjuangan pendidikan diarahkan.
3.    Pedekatan analisa konsep Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai obyek yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang perihal kerbau misalnya, berbeda dengan konsep seorang seniman perihal kerbau yang sama, berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak,seorang guru, seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan dalam filsafat pendidikan, dimaksudkan ialah perjuangan memahami konsep dari para hebat pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat terhadap pendidikan, perihal aneka macam kasus yang bekerjasama dengan pendidikan. Misalnya konsep mereka perihal anak, perihal jiwa, masyarakat, sekolah, perihal aneka macam kekerabatan (interaksi) yang bersifat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .







    II.            FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

A.    KONSEP DASAR LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

Landasan ialah sesuatu yang menjadi sandaran semua dasar dalam suatu bangunan, sedangkan dasar ialah fundamen yang menegakkan suatu bangunan, sehingga menjadi berpengaruh dan kokoh dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan yang sempurna sebagai kawasan berpijak yang baik dan kuat. Oleh alasannya ialah itu, pendidikan Islam sebagai suatu perjuangan dalam membentuk insan dan peradabannya harus mempunyai landasan yang berpengaruh ke mana semua kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan. Baik sebagai sumber maupun dasar yang menjadi pedoman penerapan dan pengembangannya. Landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang sanggup dikembangkan dengan ijtihad, mashlahah al-mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.  Dasar dan fundamen dari suatu bangunan ialah bab dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap berdiri tegaknya bangunan itu. Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan pendidikan Islam ialah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia pendidikan Islam, juga biar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh aneka macam “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan ia akan semakin berpengaruh dan tegar di dalam menghadapinya.
Dasar filosofis pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para sobat nabi saw sebagai sumber sekunder. Dengan demikian secara singkat sanggup dikatakan filsafat Islam adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan anutan Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh anutan Islam[1]. Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar anutan Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya.
Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an contohnya memperlihatkan prinsip penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia dan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan.
Dasar pendidikan Islam selanjutnya ialah nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah atas prinsip mendatangkan kemashlahatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam[2]. Di samping itu, di bab lain Azyumardi Azra juga mengemukakan mengenai sumber dan dasar pendidikan Islam ialah al-Qur’an dan as-sunnah serta nilai-nilai, norma dan tradisi sosial yang memberi corak keislaman dan sanggup mengikuti perkembangannya.
Pendidikan Islam berpangkal dari anutan Ilahiyah, maka tentu harus bersumber dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaran Ilahi telah diperkenalkan kepada insan melalui para nabi berupa kitab suci.Dari empat kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia, maka semenjak kehadiran Rasulullah saw. di muka bumi ini satu yang harus ditegakkokohkan yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul saw juga merupakan sumber utama pendidikan Islam.
Pada dasarnya bangunan syari’at dan moralitas Islam itu mempunyai dua sumber pokok yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi saw. Al-Qur’anadalah kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad bin Abdillah,dengan bahasa Arab yang terperinci dan fasih yang secara kronologis diturunkan dalam rentangan waktu kurang lebih 23 tahun, yang mempunyai nilai-nilai ibadah. Serta sumber Islam yang kedua ialah al-Sunnah sebagai landasanberfikir dan syari’at terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari Rasul saw.

1.      Al-Qur’an (kalamullah)
Al-Qur’an sebagai kalamullah yang meliputi segala aspek persoalan kehidupan insan dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya,sesama insan dan alam semesta yang merupakan duduk masalah mendasar dalam setiap kehidupan manusia. Al-Qur’an mempunyai gagasan mendasar yang amat luas dalam aneka macam bidang kehidupan insan yang semua nya dapat dan harus dijadikan sebagai landasan dasar utama dalam pengembangan Pendidikan Islam. Kedudukan al-Qur’an dalam kerangka Pendidikan Islam bukan saja sebagai dasar bahkan menjadi sumber yang sangat berharga untuk terus digali, dipahami dan diambil intisarinya untuk senantiasa diaktualisasikan dalam hidup dan kehidupan manusia.

2.      Al-Sunnah al-Shohihah
Al-Sunnah bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah saw dalam menerapkan anutan Islam serta menyebarkan kehidupan umat insan yang benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua alam, termasuk insan dalam mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi keselamatan dalam kehidupannya. Kedudukan al-Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran Islam sangat penting, alasannya ialah di samping memperkuat dan memperjelas aneka macam duduk masalah dalam al-Qur’an, juga banyak memperlihatkan dasar pemikiran yang lebih kongkret mengenai penerapan aneka macam acara yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan kehidupan umat manusia.

3.      Pemikiran Islam
Pemikiran Islam yakni penggunaan logika budi insan dalam rangka memperlihatkan makna dan aktualisasi terhadap aneka macam anutan Islam yang diubahsuaikan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman yang muncul dalam kehidupan umat insan dalam aneka macam bentuk duduk masalah untuk dicarikan solusinya yang diharapkan sesuai dengan anutan Islam.

4.      Sejarah Islam
Sejarah kebudayaan Islam merupakan segala dinamika kehidupan dan hasil karya masa lampau yang pernah dan terus dikembangkan dalam kehidupan umat Islam secara terus menerus. Semua ini akan memperlihatkan citra bagi pelatihan dan pengembangan Pendidikan Islam yang sanggup dijadikan landasan sebagai sumber penting Pendidikan Islam.

5.      Realitas Kehidupan
Realitas kehidupan kini ini, yakni kenyataan realitas yang tampak dalam kehidupan secara keseluruhan terutama menyangkut insan dengan segala dinamikanya, kenyataan alam semesta dengan segala ketersediaannya. Dengan demikian realitas ini menyangkut kehidupan insan dan aneka macam makhluk lainnya serta alam semesta ini semuanya merupakan sumber dalam rangka pengembangan Pendidikan Islam.
Dari uraian di atas, sanggup dipahami bahwa landasan dasar filosofis pendidikan Islam ialah suatu dasar, landasan yang menjadi sumber dibangun dan dikembangkannya pendidikan Islam baik secara filosofis, maupun teoritis dan empiris dalam dunia pendidikan Islam. Dengan demikian sanggup dinyatakan bahwa pemikiran mengenai landasan yang menjadi sumber dasar pendidikan Islam ialah al-Qur’an dan al-Sunnah yang menjadi sumber primer kemudian pemikiran Islam, sejarah Islam dan realitas kehidupan yang menjadi cabang (furu’) dari pengembangan dua sumber primer tadi. Untuk itu dalam makalah ini sumber yang akan dibahas hanya terpusat pada sumber primer yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah alasannya ialah dari sinilah ilmu-ilmu Islam yang lain muncul.


B.     ANALISIS AYAT AL-QUR’AN DAN AL-HADITS YANG BERKAITAN DENGAN DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM


Berikut beberapa ayat-ayat dalam yang secara eksplisit didalamnya terdapat klarifikasi perihal dasar atau landasan dalam Pendidikan Islam. Diantaranya Allah saw berfirman :
Surat al-Baqarah: 129
رَبَّنَا وَٱبعَث فِيهِم رَسُولا مِّنهُم يَتلُواْ عَلَيهِم ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلكِتَٰبَ وَٱلحِكمَةَ وَيُزَكِّيهِم إِنَّكَ أَنتَ ٱلعَزِيزُٱلحَكِيمُ

Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 129)

Dari ayat yang dipaparkan di atas terdapat kalimat yang membuktikan perihal dasar filosofis Pendidikan Islam yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW yaitu kalimat al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan sanggup ditarik kesimpulan bahwa Allah swt sesungguhnya telah mengajarkan kepada Rasul bagaimana cara mendidik dan mengajarkan para sahabatnya dan kaum muslimin perihal Islam yang benar pada waktu itu yaitu dengan berpedoman kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Karena dengan berlandaskan dua landasan primer tersebut konsep Pendidikan Islam akan mempunyai arah yang terperinci sebagaimana yang telah tertuang dalam penjelasan-penjelasan para ulama yaitu, untuk menyucikan diri-diri umat insan dari syirk dan moral yang buruk, kemudian mengajarkan mereka dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah).Hal ini selaras dengan hadits nabi saw yaitu,
 Yang artinya: “Wahai insan sesungguhnya saya (Muhammad saw) telah meninggalkan wasiat kepada kalian, barangsiapa yang berpegang teguh kepadanya maka ia tidak akan pernah tersesat selamanya, wasiat itu adalah Kitabullah dan Sunnah nabi-Nya” (HR. Bukhori dan Muslim)

 III.            KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN


Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1)        Tujuan Pendidikan
2)        Peserta Didik
3)        Pendidik
4)        Metode Pendidikan
5)        Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
6)        Lingkungan Pendidikan
7)        Alat dan Fasilitas Pendidikan
8)        Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut.
1.      Tujuan Pendidikan
Tingkah laris manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laris insan yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normative dan praktis.
a.    Ilmu pengetahuan normatif
Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah laris perbuatan yang sebetulnya dilaksanakan oleh manusia.
b.    Ilmu pengetahuan praktis
Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laris perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh forum pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laris insan akan menjiwai tingkah laris pendidikan dan sekaligus akan memilih tujuan pendidikan manusia.

2.      Peserta Didik
Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memperlihatkan konsekuensi pada pengertian akseptor didik. Kalau dulu orang mengansumsikan akseptor didik terdiri darianak-anak pada usia sekolah, maka kini akseptor didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
3.      Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan ialah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai tanda-tanda kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari forum pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam forum sekolah, orang renta sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk kategori pendidik ialah sebagai berikut :
a.    Orang Dewasa
Orang remaja sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu, insan yang mempunyai pandangan hidup yang niscaya dan tetap, insan yang telah mempunyai tujuan hidup atau harapan hidup tertentu termasuk harapan untuk mendidik.
b.    Orang Tua
Kedudukan orang renta sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang renta sebagai pendidik utama dan yang pertama yang berlandaskan pada kekerabatan cinta kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang renta sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkantentang pendidikan.
c.    Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara pribadi maupun tidak pribadi menerima kiprah dari orang renta atau masyarakat untuk melakukan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laris yang dianut, kemampuan intelektual, perilaku dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang bekerjasama dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainnya dan mempunyai filsafat pendidikan yang sanggup dipertanggungjawabkan.
d.   Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pelatihan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik tampak pada aktifitas pelatihan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

4.      Metode Pendidikan
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
a)      Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembangan insan semata-mat ditentukan oleh faktor luar manusia. Metode ini menjadikan perilaku dictator dan otoriter, pendidik yang memilih segalanya.
b)      Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang beropini bahwa perkembangan insan itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara masuk akal ada pada diri manusia. Pandangan ini menjadikan perilaku bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas.
c)      Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang menyampaikan bahwa perkembangan insan itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita dihentikan bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
5.      Isi Pendidikan/Materi Pendidikan
Isi pendidikan mempunyai kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada akseptor didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6.      Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai tanda-tanda kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan ialah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen pendidikan yang lain.   
7.      Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan akomodasi pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan akan berjalan dengan lancar sehingga  tujuan pendidikan akan gampang dicapai. Misalnya laboratorium  lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet dll.



BAB III
KESIMPULAN
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya ialah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge yaitu bahwa: life is education, and education is life, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan insan itu ialah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan danmemberikan imbas pendidikan baginya.
Islam sesungguhnya telah mempunyai konsep dasar filosofis Pendidikan Islam yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW yaitu berupa al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan sanggup ditarik kesimpulan bahwa Allah SWT sesungguhnya telah mengajarkan kepada Rasul bagaimana cara mendidik dan mengajarkan para sahabatnya dan kaum muslimin perihal Islam yang benar pada waktu itu yaitu dengan berpedoman kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) tersebut. Karena dengan berlandaskan dua landasan primer tersebut konsep Pendidikan Islam akan mempunyai arah yang terperinci sebagaimana yang telah tertuang dalam penjelasan-penjelasan para ulama yaitu, untuk menyucikan diri-diri umat insan dari syirk dan moral yang buruk, kemudian mengajarkan mereka dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah).
Dan, Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang memilih berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1.   Input masukan (raw input): akseptor didik.
       Komponen masukan (raw input), ialah kualitas siswa yang akan mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut sanggup berupa potensi kecerdasan, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan sebagainya.
2.    Input alat (instrumental input) : kurikulum, dan pendidik Komponen masukan yang berperan sebagai alat pendidikan (insrumental input) ialah

semua faktor yang secara pribadi atau tidak pribadi menghipnotis proses pembelajaran, contohnya kurikulum, media pengajaran, alat penilaian hasil belajar, fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya.
3.   Input lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara pribadi maupun tidak pribadi sanggup menghipnotis proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk komponen-komponen pendidikan, yaitu  Tujuan Pendidikan, Peserta DidiPendidik, Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak DidikIsi Pendidikan, dan Lingkungan pendidikan. Dan komponen-komponen pendidikan di atas saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.



















DAFTAR PUSTAKA




Darajad, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1980.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy). Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010.
Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
https://rodaduniailmu.blogspot.com//search?q=komponen-pendidikan





[1] Lihat Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal 30-31
[2] Lihat Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 9

Belum ada Komentar untuk "Makalah Filsafat Pendidikan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel