Ijtihad Ulama Dalam Memilih Aturan Wadh'i Sebuah Perbuatan Mukallaf


PENGERTIAN IJTIHAD
Etimologi  =  mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha bersungguh-sungguh, bekerja semaksimal munggkin.
Terminologi  =  perjuangan yang sungguh-sungguh oleh seseorang ulama yang mempunyai syarat-syarat tertentu, untuk merumuskan kepastian aturan perihal sesuatu ( beberapa ) kasus tertentu yang belum ditetapkan hukumnya secara explisit di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Menurut Mahmud Syaltut, Ijtihad atau al-Ra’yu meliputi 2 pengertian, yaitu :
1. Penggunaan pikiran untuk memilih suatu aturan yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Penggunaan pikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau Hadits.
Dasar melaksanakan Ijtihad ialah al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 48!

48. dan Kami telah turunkan kepadamu Al Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan watu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah kasus mereka berdasarkan apa yang Allah turunkan dan janganlah kau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kau semuanya, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kau perselisihkan itu,
[421] Maksudnya: Al Alquran ialah ukuran untuk memilih benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
LAPANGAN IJTIHAD
Secara ringkas, lapangan Ijtihad sanggup dibagi menjadi 3 perkara, yaitu :
1. Perkara yang sama sekali tidak ada nashnya di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Perkara yang ada nashnya, tetapi tidak Qath’i ( mutlak ) wurud ( hingga / muncul ) dan dhalala ( kesesatan ) nya.
3. Perkara aturan yang gres tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
KEDUDUKANIJTIHAD
Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber aturan Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, alasannya ialah Ijtihad merupakan kegiatan kecerdikan pikiran insan yang relatif. Sebagai produk pikiran insan yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.
2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang, tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi tidak berlaku pada masa / kawasan yang lain.
3. Keputusan Ijtihad dilarang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa fatwa Islam.
5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.

Karakteristik Islam
         Islam ialah agama yang mengajarkan kedamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang antara urusan dunia dan akhirat, berharta, mempunyai kepekaan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, mengutamakan pencegahan dari pada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, kawasan tinggal, lingkungan dan sebagainya.
         Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan banyak sekali cabangnya. Karakteristik Islam yang demikian ideal itu tampak masih belum seluruhnya dijumpai dalam kenyataan umatnya antara fatwa Islam yang ideal dan kenyataan umatnya yang demikian itu, masih ada kesenjangan.
         Abuy Sodikin menjelaskan Islam mempunyai tujuh karakteristik fatwa yaitu :
1.      Ajarannya sederhana, mudah dan mengandung corak rasional.
          Agama Islam ajarannya tidak mengandung unsur mitologi, Islam membangkitkan kemampuan berfikir dan mendorong insan untuk memakai penalaran. (QS, Azmar: 9, Al-An’am: 98, Al-Baqarah: 269)
2.      Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian.
         Islam membagi kehidupan atas dua bagian, yaitu material dan spiritual. Menurut pandangan Islam, kemajuan spiritual hanya sanggup dicapai apabila insan berada ditengah insan lain di dunia, dan keselamatan spiritual gres sanggup dicapai dengan memanfaatkan sumber daya material.
3.      Islam memberi petunjuk bagi seluruh segi kehidupan insan walaupun sebagian petunjuk itu bersifat umum. (QS. Al-Baqarah: 208)
4.      Keseimbangan antara individu dan masyarakat, Islam mengakui keberadaan insan sebagai individu dan menganggap setiap orang mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan, bahkan Islam menjamin hak-hak Azazi individu dan tidak mengizinkan adanya campur tangan orang lain di dalamnya (QS, An-Najm : 39). Namun dilain pihak, islam menyebarkan rasa tanggung jawab sosial dalam diri insan dan menyerukan individu-individu untuk memberi andil dalam membina kesejahteraan masyarakat.
5.      Keuniversalan dan kemanusiaan.
         Islam ditujukan untuk mengetahui bahwa Tuhan dalam Islam ialah Tuhan sekalian alam. (QS, Al-Fatihah: 2) dan Muhammad SAW ialah Rosul Allah untuk seluruh umat insan (QS, AL-A’raf: 158 dan Ar-Rum: 107). Dalam Islam, seluruh umat insan ialah sama, apapun warna kulit, bahasa, ras, atau kebangsaannya.
6.      Ketetapan dan perubahan.
         Al-qur’an dan Sunnah yang berisi pedoman kekal dari Tuhan tidak terikat batasan ruang dan waktu, tetapi bersifat abadi. Namun pedoman tersebut sering kali bersifat umum atau dalam garis besar, sehingga memberi ruang kebebasan kepada insan untuk melaksanakan Ijtihad dan mengaplikasikannya pada setiap kondisi masyarakat.
7.      Ajaran Islam yang bersumber pada kitab suci Al-Qur’an, diturunkan pada 14 Abad yang kemudian tetap terjamin kesucian dan kemurniannya.[1][2]




KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat insan sangat membutuhkan agama Islam ialah sebagai berikut.

[1]. Islam tiba dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebetulnya Allah lebih mengetahui apa yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Apakah (pantas) Allah yang membuat itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.” [Al-Mulk: 14]

[2]. Islam menjelaskan awal kejadian insan dan selesai kehidupannya, serta tujuan ia diciptakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah membuat kau dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) membuat pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan pria dan wanita yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kau saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa': 1]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman

“Darinya (tanah) itulah Kami membuat kau dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kau dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kau pada waktu yang lain.” [Thaahaa: 55]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman

“Aku tidak membuat jin dan manusia, melainkan semoga mereka beribadah kepada-Ku.” [Adz-Dzaariyaat: 56]

[3]. Islam ialah agama fitrah. Islam tidak akan pernah bertentangan dengan fitrah dan kecerdikan manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah membuat insan berdasarkan (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan insan tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Islam memperhatikan kecerdikan dan mengajaknya berfikir, mencela kebodohan dan taqlid buta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman

“Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” [Az-Zumar: 9]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat gejala (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan perihal penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb kami, tidaklah Engkau membuat semua ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab Neraka.” [Ali ‘Imran: 190-191]

Juga firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala

“Dan janganlah kau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” [Al-Israa’: 36]

Islam meliputi ‘aqidah dan syari’at (keyakinan dan pedoman hidup). Islam telah tepat dalam ‘aqidah, fatwa syari’atnya dan seluruh aspek kehidupan.

[4]. Islam ialah ilmu syar’i. Ilmu ialah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, dan ilmu mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya ke derajat yang paling tinggi.

Firman Allah Azza wa Jalla

“...Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...” [Al-Mujadilah: 11]

[5]. Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan bagi orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam kehidupan, baik bagi perorangan maupun masyarakat.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antaramu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menimbulkan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menimbulkan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi kondusif sentosa. Mereka (tetap) beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sehabis (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]

[6]. Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, lantaran syari’at dan dasar-dasar ajarannya meliputi segala aturan bagi segala kejadian yang tidak terbatas.

[7]. Syari’at Islam ialah syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa, paling tepat dalam memperlihatkan solusi dari setiap masalah, memperhatikan kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak manusia.

[8]. Islam ialah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman, bangsa dan banyak sekali macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik melainkan dengan agama Islam. Oleh karenanya, semakin modern zaman dan semakin majunya bangsa selalu muncul bukti gres yang memperlihatkan keabsahan Islam dan ketinggian nilainya.

[9]. Islam ialah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang sesama kaum mukminin.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah supaya kau menerima rahmat.” [Al-Hujuraat: 10]

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

“Perumpamaan kaum mukminin dalam (sikap) cinta men-cintai, sayang-menyayangi dan menaruh rasa simpati, ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut mencicipi sakit juga, dengan demam dan tidak bisa tidur.” [2]

Juga sabda dia Shallallahu 'alaihi wa sallam

“Orang-orang yang saling sayang-menyayangi akan di-kasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Maha Perkasa lagi Mahatinggi, maka sayangilah orang yang ada di muka bumi, pasti kalian disayangi oleh Allah yang ada di langit.” [3]

[10]. Islam ialah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

“Mukmin yang berpengaruh lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mohonlah per-tolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya saya berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdir-kan Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,’ lantaran ucapan ‘seandainya’ akan membuka (pintu) per-buatan syaitan.” [4]

[11]. Islam ialah agama yang sangat jauh dari kontradiksi.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Maka apakah mereka tidak menghayati (mendalami) Al-Qur-an? Kalau kiranya (Al-Qur-an) itu bukan dari sisi Allah, pastilah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An-Nisaa': 82]

[12]. Islam itu sangat terang dan sangat mudah, tidak sulit, dan Islam gampang difahami oleh setiap orang.

[13]. Islam mengajak kepada adat mulia dan amal shalih.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang bodoh.” [Al-A’raaf: 199]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman

“...Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dan antara dia ada per-musuhan seakan-akan menjadi teman yang sangat setia.” [Fushshilat: 34]

[14]. Islam memelihara kesehatan. Banyak sekali dalil dari Al-Qur-an dan As-Sunnah perihal pemeliharaan kesehatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“...Dan makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” [QS. Al-A’raaf: 31]

Para ulama mengatakan, “Sederhana dalam makan dan minum merupakan faktor utama terpeliharanya kesehatan.”

Di antara instruksi pemeliharaan kesehatan, Islam meng-haramkan kuliner yang berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah...” [Al-Ba-qarah: 173]

Allah berfirman perihal khamr (minuman keras).

“Hai orang-orang yang beriman, sebetulnya (meminum) khamr, ber####, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, ialah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) semoga kau menerima keberuntungan.” [Al-Maa'idah: 90]

Khamr diharamkan lantaran di antara bahayanya ialah merusak akal, melemahkan jantung, merusak hati dan ber-bagai penyakit lainnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman perihal madu yang berguna menyembuhkan penyakit.

"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan kemudian tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang majemuk warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” [An-Nahl: 69]

[15]. Islam seiring dengan inovasi ilmiah. Oleh lantaran itu mustahil inovasi ilmiah yang benar ber-tentangan dengan nash-nash syari’at Islam yang jelas.

Demikianlah karakteristik Islam yang mengokohkan agama ini serta memperlihatkan kemuliaannya.







Belum ada Komentar untuk "Ijtihad Ulama Dalam Memilih Aturan Wadh'i Sebuah Perbuatan Mukallaf"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel