Struktur Dasar Pemahaman Manusia. Struktur Dialogis Pemahaman
Di dalam acara pengetahuan kita, senantiasa terjadi dua kutub pengetahuan: subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Tak ada kegiatan kognitif yang tidak mempunyai dua kutub ini. Di dalam mengetahui suatu objek, tidak sanggup tidak kita melibatkan peranan orang-orang lain untuk memilih ‘objektivitas’ objek itu. Suatu objek dianggap objektif jikalau aliran lebih dari satu subjek sama dalam memandang sebuah objek, maka ada kekerabatan intersubjektif untuk memilih objektivitas sesuatu.
Proses-proses kesadaran insan akan dunianya diekspresikan dalam bahasa. Bahasa telah memungkinkan insan mengambil jarak terhadap realitas dan menjadikannya suatu objek, termasuk proses-proses batinnya sendiri. Intersubjektivitas juga menjadi ciri konstitutif dalam bahasa, alasannya ialah bahasa bukan hanya proteksi nama pada kenyataan, melainkan juga bahwa proteksi nama itu terjadi di dalam interaksi sosial yang menghasilkan konsensus dan konvensi. Oleh alasannya ialah itu, proteksi nama kepada kenyataan tidak sanggup tidak menyertakan kehadiran subjek lain.
Bila pemahaman akan suatu objek dilakukan melalui bahasa, pemahaman pun bersifat intersubjektif atau dialogis. Pengetahuan (logos) kita dicapai dalam, melalui, dan dengan (dia-) interaksi sosial. Makna dicapai dalam korelasi antarpribadi yang bersama mencari pemahaman timbal-balik dan pemahaman bersama akan suatu dunia. Ciri dialogis pemahaman ini menawarkan ‘kebahasaan’ dan ‘kesejarahan’ dari dunia atau kenyataan. Kebahasaannya tampak pada perjuangan memanusiawikan kenyataan dengan memberi nama atasnya. Kesejarahannya terdapat dalam kenyataan bahwa kenyataan ditangkap melalui bahasa yang sudah dipahami dalam cakrawala suatu tradisi: kita memahami suatu kata melalui penafsiran yang pernah diberikan generasi pendahulu, yang ada sekarang, dan yang mungkin ada. Demikianlah makna kita peroleh dalam komunikasi dalam cakrawala masa lampau, masa kini, dan masa depan.
Pengantara Pemahaman
Karena pengetahuan kita terjadi melalui oposisi subjek-objek, pemahaman kita tidak sanggup tidak diperantarai. Pengantara pemahaman kita ialah lingkungan sosiokultural dan sejarah. Oleh alasannya ialah itu, tak ada pemahaman yang netral dan ahistoris. Pemahaman senantiasa diperantarai oleh konteks sejarah dan sosial tertentu sebagai cakrawalanya.
Download
Sumber
Hardiman, Budi. F. 2002. Melampaui Positivisme dan Modernitas. Kanisius. Yogyakarta.
Proses-proses kesadaran insan akan dunianya diekspresikan dalam bahasa. Bahasa telah memungkinkan insan mengambil jarak terhadap realitas dan menjadikannya suatu objek, termasuk proses-proses batinnya sendiri. Intersubjektivitas juga menjadi ciri konstitutif dalam bahasa, alasannya ialah bahasa bukan hanya proteksi nama pada kenyataan, melainkan juga bahwa proteksi nama itu terjadi di dalam interaksi sosial yang menghasilkan konsensus dan konvensi. Oleh alasannya ialah itu, proteksi nama kepada kenyataan tidak sanggup tidak menyertakan kehadiran subjek lain.
Bila pemahaman akan suatu objek dilakukan melalui bahasa, pemahaman pun bersifat intersubjektif atau dialogis. Pengetahuan (logos) kita dicapai dalam, melalui, dan dengan (dia-) interaksi sosial. Makna dicapai dalam korelasi antarpribadi yang bersama mencari pemahaman timbal-balik dan pemahaman bersama akan suatu dunia. Ciri dialogis pemahaman ini menawarkan ‘kebahasaan’ dan ‘kesejarahan’ dari dunia atau kenyataan. Kebahasaannya tampak pada perjuangan memanusiawikan kenyataan dengan memberi nama atasnya. Kesejarahannya terdapat dalam kenyataan bahwa kenyataan ditangkap melalui bahasa yang sudah dipahami dalam cakrawala suatu tradisi: kita memahami suatu kata melalui penafsiran yang pernah diberikan generasi pendahulu, yang ada sekarang, dan yang mungkin ada. Demikianlah makna kita peroleh dalam komunikasi dalam cakrawala masa lampau, masa kini, dan masa depan.
Pengantara Pemahaman
Karena pengetahuan kita terjadi melalui oposisi subjek-objek, pemahaman kita tidak sanggup tidak diperantarai. Pengantara pemahaman kita ialah lingkungan sosiokultural dan sejarah. Oleh alasannya ialah itu, tak ada pemahaman yang netral dan ahistoris. Pemahaman senantiasa diperantarai oleh konteks sejarah dan sosial tertentu sebagai cakrawalanya.
Download
Sumber
Hardiman, Budi. F. 2002. Melampaui Positivisme dan Modernitas. Kanisius. Yogyakarta.
Belum ada Komentar untuk "Struktur Dasar Pemahaman Manusia. Struktur Dialogis Pemahaman"
Posting Komentar