William James. Prinsip-Prinsip Psikologi Fungsionalisme

1. Prinsip Kesadaran
Bagi James, ciri yang luar biasa dari kesadaran insan ialah bersifat adaptif, yaitu kemungkinan menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pengetahuan perihal kesadaran tidak sanggup diterangkan tanpa mempelajari keadaan-keadaan dari kesadaran adaptif. Adapun kesadaran adaptif mempunyai beberapa karakteristik berikut ini.
a. Bersifat pribadi
Kesadaran ialah milik individu itu sendiri, bukan orang lain. Kesadaran seseorang juga tidak berasal dari kesadaran kelompok atau sosial. Kesadaran individu hanya dimiliki secara tertutup oleh seseorang.


b. Selalu berubah
Setiap orang terus melihat, mendengar, merasa, mencium, menalar, mengingat, dan sebagainya. Artinya, kesadaran tidak statis, tetapi mengalir dan berubah secara terus-menerus.

c. Terus-menerus
Elemen-elemen kesadaran tidak sanggup dibagi. Sebab, kesadaran ialah anutan yang terus-menerus dan merupakan suatu totalitas.

d. Selektif
Kesadaran merupakan pembiasaan insan dalam usahanya mempertahankan jenis dan dirinya (teori evolusi). Karenanya, seseorang hanya menyadari sesuatu tertentu, tetapi tidak pada hal lain. Kesadaran bersifat selektif, yaitu hanya mendapatkan hal penting dan menolak sesuatu yang dianggap tidak penting.

2. Prinsip Diri
James membagi diri menjadi dua kategori utama. Pertama, “me”, yaitu diri yang dialami. James memecah diri “me” menjadi tiga bagian.
a. Diri material
Diri material terdiri dari hal-hal yang menjadi milik sendiri, ibarat keluarga, pakaian, tubuh, atau uang. Semua itu ialah kepingan dari diri material. Inti dari diri material ialah tubuh. Pakaian ialah sesuatu yang penting bagi diri material. James percaya bahwa pakaian orang mengungkapkan jati dirinya alasannya ialah memperlihatkan status seseorang. Oleh alasannya ialah itu, pakaian memperlihatkan donasi bagi pembentukan diri. Keluarga juga merupakan kepingan penting dari diri material. James merasa jikalau seseorang kehilangan anggota keluarga, kepingan dari dirinya akan ikut pergi. Uang juga termasuk kepingan dari diri material. Jika uang yang diharapkan kemudian hilang, diri material seseorang akan berubah.

b. Diri sosial
Diri sosial ialah diri yang sedang berada dalam situasi sosial tertentu. Menurut James, perubahan cara orang bertindak bergantung pada situasi sosial di mana ia berada. James percaya bahwa orang mempunyai bermacam-macam diri sosial sebanyak partisipasi yang ia lakukan dalam situasi sosial. Sebagai contoh, seseorang akan bertindak kaku di kawasan kerja, tetapi sangat cair dalam suasana pesta bersama teman-temannya. Bahkan, dalam kelompok sosial tertentu, diri sosial seseorang sanggup dibagi-bagi. Misalnya, di kawasan kerja si A akan memperlihatkan sikap yang berbeda ketika sedang berhadapan dengan atasannya dan berinteraksi dengan rekan kerja.

c. Diri spiritual
Diri spiritual ialah hakikat mengenal siapa diri sendiri. Diri spiritual lebih kasatmata atau permanen daripada diri material dan sosial. Diri spiritual lebih subjektif dan intim. Aspek diri spiritual individu meliputi hal-hal ibarat kepribadian, nilai-nilai hidup, serta hati nurani yang biasanya tidak berubah sepanjang hidup individu tersebut. Diri spiritual melibatkan introspeksi, yaitu proses pencarian diri ke dalam pertanyaan-pertanyaan spiritual, moral, atau intelektual mendalam tanpa dipengaruhi pikiran objektif. Bagi James, pencapaian tertinggi terhadap pemahaman perihal siapa hakikat diri sendiri atau memahami diri rohaniah jauh lebih berharga daripada sekadar memenuhi kebutuhan diri sosial dan material.

Kedua, diri “I”, yaitu diri yang dipikirkan. James menamakan diri “I” sebagai ego murni. Bagi James, ego murni ialah segala sesuatu yang menjadi “tali penghubung” antara masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ego murni berkaitan dengan identitas individu yang muncul secara konsisten dari kesadaran secara terus-menerus. James mempercayai ego murni ibarat dengan sesuatu yang dianggap sebagai jiwa atau pikiran. Ego murni bukan substansi sehingga tidak sanggup diselidiki dengan ilmu pengetahuan.

3. Prinsip Emosi
Ada beberapa prinsip penting terkait emosi yang patut diperhatikan. Pertama, emosi berafiliasi pribadi dengan perubahan fisiologis. Rasa marah, cinta, takut, dan sebagainya tidak hanya “memaksa” seseorang untuk bertindak, tetapi juga memicu perubahan verbal sikap dan mimik wajah, desah napas, sirkulasi darah, serta fungsi organik lainnya dengan cara-cara tertentu.


Kedua, emosi ialah persepsi pikiran atas kondisi fisiologis yang dihasilkan dari beberapa stimulus. Prinsip emosi James dikenal sebagai teori emosi James-Lange. Pada dekade 1880-an, Carl Lange mencetuskan teori yang menyatakan bahwa emosi berasal dari perubahan anutan darah. Teori inilah yang kemudian dikembangkan oleh James. Sebagai contoh, seseorang merasa menyesal alasannya ialah itu ia menangis. Seseorang murka alasannya ialah itu ia menyerang. Seseorang takut alasannya ialah itu ia gemetar. Hal ini tidak sanggup dibalik menjadi seseorang menangis alasannya ialah itu ia menyesal; seseorang menyerang alasannya ialah itu ia marah; atau seseorang gemetar alasannya ialah itu ia takut.

Inti gagasan James perihal emosi amat sederhana. Ia mendasarkan pada kenyataan bahwa emosi sering disertai respons sistem saraf simpatik di dalam tubuh, ibarat degup jantung, telapak tangan berkeringat, perut ketat, otot tegang, dan sebagainya. Manusia sanggup mencicipi apa yang terjadi di dalam dirinya sebanyak apa yang terjadi di luar diri. Dalam setiap kasus, respons fisiologis diantarkan ke otak sehingga muncul dalam bentuk sensasi tubuh. Pola umpan balik sensoris ini memperlihatkan kualitas emosi yang unik. Rasa takut terasa berbeda dengan murka atau cinta alasannya ialah ketiganya mempunyai tanda fisiologis yang berbeda.

Menurut James, emosi berbeda dengan keadaan-keadaan lain alasannya ialah ia mempunyai jawaban badan yang menjadikan sensasi internal. Demikian pula emosi berbeda satu sama lain alasannya ialah disertai dengan respons badan dan sensasi berbeda. Sebagai contoh, pada suatu waktu, ketika melihat beruang seseorang akan berlari. Ketika lari badan mengalami kontraksi fisiologis berupa tekanan darah yang meningkat, denyut jantung semakin cepat, pupil membesar, telapak tangan berkeringat, dan otot mengejang. Hal-hal itu oleh James disebut sebagai prosedur pertahanan bawaan. Kontraksi fisiologis pada ketika itu akan berbeda dengan kontraksi fisiologis apabila orang tersebut melihat beruang di waktu yang lain.

Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
1. William James. Biografi Psikolog
2. William James. Psikologi Fungsionalisme
3. William James. Kebenaran Pragmatis 
4. William James. Kepercayaan Religius
5. William James. Perkembangan Pragmatisme
6. William James. Pragmatisme dan Etika

Belum ada Komentar untuk "William James. Prinsip-Prinsip Psikologi Fungsionalisme"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel