Al-Kindi. Riwayat Hidup

Filsuf Islam yang pertama muncul di belahan Timur Islam yang berpusat di Bahdad ialah Al-Kindi (185 H/801 M-260 H/873 M). Ia dikenal sebagai “Ahli filsafat Arab” yang mempunyai garis keturunan aristokrat Arab dari suku Kindah, suku bangsa yang pada masa sebelum Islam bermukim di Arab Selatan. Al-Kindi ialah salah satu dari 12 pemikir terbesar kala pertengahan, “yang dalam pandangan sarjana Italia era Renaisans, Geralomo Cardano (1501-1575).

Nama lengkap Al-Kindi ialah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail bin Muhammad bin Al-Ash’ats bin Qais al-Kindi. Ayahnya ialah Gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Al-Hadi (169-170 H/785-786 M) dan Harun Ar-Rayid (170-194 H/786-809 M). Al-Kindi  lahir di Kufah dan memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi tumbuh sampaumur dan meninggal di Baghdad. Di kota ini ia terlibat dalam gerakan penerjemahan dan mempunyai banyak uang untuk menggaji banyak orang yang menerjemahkan atau menyalin naskah-naskah ilmu pengetahuan dan filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi perpustakaan pribadinya, Perpustakaan Al-Kindiyyah.


Dalam Ibnu Abi Usaibi’ah (w. 668 H/1269 M), pengarang Tabaqatal Attiba, mencatat Al-Kindi sebagai salah satu dari empat penerjemah mahir pada masa gerakan penerjemahan. Tiga orang lainnya ialah Hunain bin Ishaq, Tabit bin Qurrah, dan Umar bin Farkhan At-Thabari. Meskipun sebagian penulisnya mencurigai keikutsertaannya dalam menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat, setidaknya ia ikut memperbaiki terjemahan Arab dari sejumlah buku. Kegiatannya lebih banyak tertuju pada upaya menyimpulkan pemikiran filsafat yang sulit dipahami dan kemudian mengarang sendiri dengan gaya bahasanya. Dengan kata lain, ia turut menyumbangkan pemikirannya secara efektif dalam memasukkan filsafat ke dalam khazanah pengetahuan Islam. Bahkan, dalam The Legacy of Islam diuraikan wacana santunan Al-Kindi dalam optika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan banyak memengaruhi Roger Bacon.

Selanjutnya Al-Kindi menjadi ulama besar yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dua kota besar pada ketika itu, yaitu Kufah dan Basrah. Pada kala ke-2 H/ke-8 M dan ke-3 H/ke-9 M, kedua kota tersebut merupakan sua sentra kebudayaan Islam yang saling bersaing. Kufah lebih cenderung pada studi-studi aqliah; daerah Al-Kindi melewatkan masa kanak-kanaknya. Ia menghafal Al-Qur’an, mempelajari tata bahasa Arab, kesusastraan dan ilmu hitung, yang semuanya itu merupakan kurikulum bagi semua anak muslim. Setelah itu, Al-Kindi mempelajari fiqh dan disiplin gres yang disebut kalam, tetapi ia lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama sesudah ia pindah ke Baghdad. Pengetahuan lengkap wacana ilmu dan filsafat Yunani diperolehnya sesudah ia menguasai dua bahasa Yunani dan Syiria lantaran banyak karya Yunani diterjemahkan dengan dua bahasa tersebut. Al-Kindi mempelajari bahasa Yunani dan ia menguasai bahasa Syria dalam menerjemahkan beberapa karya klasik. Ia juga memperbaiki beberapa terjemahan bahasa Arab, menyerupai terjemahan Enneads Plotinus oleh Al-Himsi yang hingga kepada orang-orang Arab sebagai salah satu karya Aristoteles. Al-Qifti, sang penulis biografi, menyampaikan bahwa Al-Kindi menerjemahkan banyak buku filsafat, menjelaskan hal-hal yang pelik, dan menciptakan intisari teori-teori canggih filsafat.

Ibn Nabatah berkata, “Al-Kindi dan karya-karyanya telah menghiasi kerajaan Al-Mu’tasim.” Ia juga populer pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil (232-247 H/847-861 M). Ibn Abi Usaibi’ah menceritakan kemasyuran Al-Kindi pada masa lalu, “Muhammad dan Ahmad, dua putra Musa ibn Syakir, yang bersekongkol untuk memusuhi orang yang maju dalam ilmu pengetahuan, mengutus Sanad ibn Ali ke Baghdad untuk memisahkan Al-Kindi dari Al-Mutawakkil. Persekongkolan mereka berhasil sehingga Al-Mutawakkil memerintahkan Al-Kindi ditangkap. Perpustakaannya disita, dipencilkan, dan segel dengan nama ‘Perpustakaan Al-Kindi”.

Al-Kindi hidup dan berinteraksi dengan pemerintahan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim maka berdasarkan Harun Nasution, tidak heran kalau Al-Kindi menganut fatwa Mu’tazilah* yang mengedepankan rasio dan filsafat dalam pemahaman keislamannya. Di samping itu, zaman Al-Kindi ialah zaman penerjemahan buku-buku Yunani yang memperlihatkan imbas besar terhadap contoh pikiran Al-Kindi dan ia turut aktif dalam acara terjemahan.

Riwayat lain wacana sepak terjang, Al-Kindi dilukiskan dalam karikatur Al-Jahiz dalam kitab Al-Bukhala. Al-Kindi hidup glamor di sebuah rumah yang di kebun rumahnya ia memelihara banyak hewan langka. Ia hidup menjauh dari masyarakat, bahkan dari tetangga-tetangganya. Sebuah kisah menarik oleh Al-Qifti memaparkan bahwa Al-Kindi bertetangga dengan seorang saudagar kaya yang tidak pernah tahu bahwa Al-Kindi ialah seorang tabib ahli. Ketika anak sang saudagar tiba-tiba lumpuh dan tidak seorang tabib pun di Baghdad bisa menyembuhkannya, seseorang memberi tahu sang saudagar bahwa ia bertetangga dengan filsuf cemerlang yang sangat akil mengobati penyakit menyerupai itu. Al-Kindi mengobati anak yang sakit lumpuh itu dengan musik.

Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 


Download

Baca Juga
1. Al-Kindi. Karya Filsafat
2. Al-Kindi. Pemikiran Filsafat
3. Al-Kindi. Filsafat Ketuhanan
4. Al-Kindi. Filsafat Jiwa
5. Arah dan Pembagian Filsafat Al-Kindi
6. Al-Kindi. Tentang Alam
7. Al-Kindi. Tentang Roh dan Akal
8. Al-Kindi. Tuhan Yang Maha Esa Menjadi Topik Utama

Belum ada Komentar untuk "Al-Kindi. Riwayat Hidup"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel