Rekaman Tertulis Dalam Tradisi Sejarah Indonesia
Rekaman Tertulis Dalam Tradisi Sejarah Indonesia
Masyarakat Indonesia mengenal goresan pena akhir efek budaya Hindu-Buddha dan India. Sesudah mengenal goresan pena terutama elit penguasanya mulai mendirikan prasasti-prasasti. Pada umumnya prasasati yang terdapat di Indonesia ditulis di atas batu. Isi prasasti biasanya terkena peristiwa-peristiwa besar yang dianggap penting oleh penguasa atau juga terkena daftar silsilah keluarga raja-raja. Selain prasasti juga terdapat naskah-naskah atau kitab-kitab kuno, sebagai rekaman tertulis banyak sekali insiden termasuk jalannya pemerintahan para raja.
Pada uraian diberikut akan dibahas secara singkat terkena rekaman tertulis kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang pernah tumbuh dan berkembang di Nusantara, baik berupa prasasti dan naskah-naskah atau kitab-kitab kuno.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Hindu tertua di Indonesia ditemukan di Kutai Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, dikenal dengan nama Kerajaan Kutai. Rekaman tertulis kerajaan itu, berupa tujuh buah prasasti yang ditulis dengan abjad Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Ketujuh buah prasasti itu dikeluarkan oleh Mulawarman, raja terbesar Kerajaan Kutai. Prasastip rasasti berbentuk tiang watu atau yupa itu didirikan sebagai tempat pengikat binatang korban untuk upacara keagamaan, dan sebagai lambang kebemasukan raja.
Kerajaan Tarumguagara
Kerajaan Hindu tertua kedua ialah Kerajaan Tarumguagara di Jawa Barat. Di antara para mahir masih bersilang pendapat terkena letak kerajaan ini. Ada yang menyampaikan Kerajaan Tarumguagara berpusat di tempat Bogor, tetapi ada Juga yang menyampaikan berada di tempat Bekasi. Rekaman tertulis terkena kerajaan ini terdiri dan tujuh buah prasasti yang juga ditulis dengan abjad Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasastip rasasti itu dikeluarkan oleh Raja Purnawarman.
Ketujuh prasati itu ialah sebagai diberikut.
- Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun dipahatkan pada sebuah watu yang besar. Prasasti ini meliputi empat bans kalimat, lukisan laba-laba, dan sepasang tapak kaki manusia. Empat bans kalimat itu berbunyi: “ini bekas dua kaki menyerupai kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia”.
- Prasasti Kebon Kopi
Satu hal yang menarikdanunik dan prasasti ini ialah adanya dua tapak kaki gajah yang disebutnya sebagai tapak kaki Gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan Dewa Wisnu. Kelengkapan isi prasasti ini tidak sanggup diketahui seluruhnya sebab sebagian sudah usang.
- Prasasti Jambu
Isi prasasti ini antara lain, “gagah mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya ialah peinimpin insan yang tiada taranya yang termashur dan Sri Purnawarman yang memerintah di Taruma dan yang baju zirahnya tidak sanggup ditembus senjata musuh. ini ialah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, dihormati para pangeran, tetapi ialah duri bagi yang menentangnya.”
- Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianteun
Kedua prasasti ini ditulis dengan abjad yang berbentuk ikal yang sampai dikala ini belum berhasil dibaca. Selain itu juga terdapat gambar sepasang telapak kaki manusia. Prasasti Tugu ialah prasasti terpanjang dan terpenting dan Raja Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah watu lingkaran panjang secara melingkar. Isi prasasti itu secara ringkas sebagai diberikut “Raja Purnawarman pada masa pemerintahannva yang ke-22 sudah méi{ga1i sebuah sungai y.ng berjulukan Sungai .Gomati yang panjangnya 6.122 busur atau 12km dalam waktu 21 han di samping sungai yang sudah ada, yaitu Sungai Candrab haga (Kali Bekasi).
Penggalian itu dimaksudkan untuk mengatasi ancaman banjir Tang selalu melanda tempat sekitarnya. Raja mempersembahkan hadiah berupa 1000 buntut sapi sebagai tanda terima kasihnya kepada para Brahmana”.
- Prasasti Cidang hiang
Prasasti ini meliputi dua bans kalimat yang berbunyi: “ini tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sungguh-sungguh dan raja dunia yang mulia Raja Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja”.
Kerajaan Ho-ling (Kalingga)
Rekaman tertulis dan Kerajaan JJo-1ing berppa Prasasti Tukmas. Prasasti Tukmas ditemukan di Tuk Mas, Desa Dakawu yang terletak di lereng Gunung Merbabu. Prasasti itu tidak berangka tahun. Prasasti ditulis dengan abjad Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dan bentuk hurufnya sanggup diketahui usianya lebih muda daripada prasasti Purnawarman di Jawa Barat, yaitu sekitar tahun 500 Masehi.
Isi Prasasti Tuk Mas terkena sebuah mata air yang jernih dan membersihkan bersumber dan sebuah sungai yang disamakan dengan Sungai Gangga di India. Selain tulisan, dalam prasasti ini dijumpai pula gambar-gambar menyerupai sanka, cakra, trisula, kendi, dan teratai yang ialah lambang dewa-dewa agama Hindu. Hubungan benda-benda itu dengan Kerajaan Ho-ling yang beragama Buddha, belum diketahui.
Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya ialah kerajaan Buddha terbesar yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Pendiri kerajaan ini berjulukan Dapunta Hyang Srijayanaga. Selama masa pemerintahannya ia mengeluarkan lima buah prasasti, sebagai rekaman tertulis, terkena usaha-usaspesialuntuk memperluas kerajaan yang didirikannya. Prasasti-prasasti yang dikeluarkannya itu memakai abjad Pallawa dan berbahasa Melayu kuno. Kelima buah prasasti itu ialah sebagai diberikut.
- Prasasti Kedudukan Bukit
Prasasti ini berangka tahun 605 Saka atau 683 Masehi. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, bersahabat Palembang. Isi Prasasti Kedukan Bukit terkena perjalanan suci atau sidhayatra yang dilakukan Dapunta Hyang bersama tentaranya. Perjalanan itu dimulai dan Minangatamwan dengan memakai bahtera dan berlangsung selama delapan han. Ta berhasil menaklukkan beberapa daerah.
- Prasasti Talang Tuo
Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau 684 Masehi. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang, di tempat Talang Tuo. Prasasti Talang Tuo terdiri dan 14 bans kalimat. Tsinya terkena pembuatan sebuah taman yang didiberi nama Taman Sriksetra.
- Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, sedangkan Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka. Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Karang Berahi, berangka tahun sama yaitu 608 Saka atau 686 Masehi. Isi kedua prasasti itu juga sama, yaitu undangan kepada para tuhan semoga menjaga kesatuan Sriwijaya dan menghukum siapa saja yang durhaka terhadap raja. Kecuali bariterakhir Prasasti Kota Kapur yang berbunyi “bhuini Jawa tidak mau tunduk kepada Sriwijaya,” tidak terdapat dalam Prasasti Karang Berahi.
- Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di tempat Telaga Batu bersahabat Palembang. Prasasti Telaga Batu tidak berangka tahun. Prasasti itu meliputi kutukan-kutukan terhadap mereka yang melaksanakan kejahatan dan tidak taat terhadap raja.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Belum ada Komentar untuk "Rekaman Tertulis Dalam Tradisi Sejarah Indonesia"
Posting Komentar