Teori Sistem Umum Niklas Luhmann
Teoritisi yang paling terkemuka di dalam sosiologi ialah Niklas Luhmann (1927/1998). Luhmann membuatkan pendekatan sosiologis yang memadukan unsur-unsur fungsionalisme struktural Talcott Parson* dengan teori sistem umum dan memperkenalkan konsep-konsep biologi kognitif, sibernetika, dan fenomenologi (Paul, 2001).
Kunci untuk memahami apa yang dimaksud Luhmann dengan suatu sistem sanggup ditemukan di dalam pembedaan di antara suatu sistem dan lingkungannya. Pada dasarnya, perbedaan di antara keduanya ada dalam hal kompleksitas. Sistem selalu kurang kompleks daripada lingkungannya. Contohnya, suatu bisnis, menyerupai pabrik mobil, sanggup dilihat sebagai suatu sistem yang berurusan dengan suatu lingkungan yang sangat kompleks yang meliputi banyak tipe orang yang berbeda, lingkungan fisik yang terus-menerus berubah, dan banyak sistem bermacam-macam lainnya. Akan tetapi, kompleksitas itu digambarkan dalam bentuk yang banyak disederhanakan di dalam sistem itu. Ketika pabrik membutuhkan bahan-bahan mentah (baja, karet, dan sebagainya), wajarnya ia tidak peduli dari mana asalnya, bagaimana benda-benda itu dihasilkan, dan sifat dasar penyedianya. Semua kompleksitas itu direduksi menjadi informasi ihwal harga dan kualitas bahan-bahan mentah. Demikian pula, semua praktik bermacam-macam para pelanggannya direduksi menjadi hal-hal yang memiliki dampak pribadi kepada apakah mereka membeli sebuah mobil.
Menyederhanakan kompleksitas berarti dipaksa menyeleksi (pabrik peduli soal bagaimana bahan-bahan mentah diproduksi tetapi mungkin tidak memerhatikan situasi politis bangsa produsennya). Dipaksa untuk menyeleksi berarti kontingensi alasannya ialah orang selalu sanggup menyeleksi secara berbeda (pabrik sanggup memantau situasi politis). Dan kontingensi berarti risiko. Oleh alasannya ialah itu, jikalau pabrik menentukan tidak memantau situasi politis di dalam bangsa produsen bahan-bahan mentah, proses produksi mungkin sangat terganggu oleh pemberontakan yang menghentikan penyediaan materi itu.
Suatu sistem benar-benar mustahil serumit lingkungannya. Suatu sistem yang berusaha demikian akan mengingatkan kita pada cerita Borgers (1964) ihwal raja yang memerintahkan seorang kartografer untuk membuat sebuah peta negerinya yang akurat secara lengkap. Ketika kartografer itu sudah merampungkannya, peta itu sebesar negerinya sehingga menjadi peta yang tidak bermanfaat. Peta, menyerupai dengan sistem-sistem, harus mengurangi kerumitan. Kartografer harus menyeleksi fitur-fitur apa yang penting. Peta-peta yang berbeda dari wilayah yang sama sanggup dibentuk alasannya ialah penyeleksian bersifat kontingen. Hal tersebut senantiasa diperlukan, tetapi juga berisiko alasannya ialah pembuat peta tidak pernah sanggup merasa niscaya bahwa hal-hal yang dihilangkan tidak akan penting bagi pengguna.
Meskipun peta tidak pernah serumit lingkungannya, sistem-sistem membuatkan subsistem-subsistem gres dan membangun relasi-relasi yang beraneka ragam di antara subsistem-subsistem biar sanggup berurusan secara efektif dengan lingkungannya. Jika mereka tidak melakukannya, mereka akan kewalahan dengan kerumitan lingkungan itu. Contohnya, pabrik kendaraan beroda empat sanggup membuat suatu departemen untuk urusan internasional yang bertugas memantau kondisi-kondisi politis di dalam bangsa-bangsa penyedia. Departemen gres itu bertanggungjawab untuk selalu memberitahukan gangguan-gangguan potensial di bidang penyediaan bahan-bahan mentah dan untuk menemukan sumber-sumber alternatif bila terjadi suatu gangguan. Oleh alasannya ialah itu, secara paradoksikal, “hanya kompleksitas yang sanggup mereduksi kompleksitas” (Luhmann, 1995:26).
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Sosiologi Pengetahuan Niklas Luhmann
2. Sistem-Sistem Otopoietik Niklas Luhmann
Kunci untuk memahami apa yang dimaksud Luhmann dengan suatu sistem sanggup ditemukan di dalam pembedaan di antara suatu sistem dan lingkungannya. Pada dasarnya, perbedaan di antara keduanya ada dalam hal kompleksitas. Sistem selalu kurang kompleks daripada lingkungannya. Contohnya, suatu bisnis, menyerupai pabrik mobil, sanggup dilihat sebagai suatu sistem yang berurusan dengan suatu lingkungan yang sangat kompleks yang meliputi banyak tipe orang yang berbeda, lingkungan fisik yang terus-menerus berubah, dan banyak sistem bermacam-macam lainnya. Akan tetapi, kompleksitas itu digambarkan dalam bentuk yang banyak disederhanakan di dalam sistem itu. Ketika pabrik membutuhkan bahan-bahan mentah (baja, karet, dan sebagainya), wajarnya ia tidak peduli dari mana asalnya, bagaimana benda-benda itu dihasilkan, dan sifat dasar penyedianya. Semua kompleksitas itu direduksi menjadi informasi ihwal harga dan kualitas bahan-bahan mentah. Demikian pula, semua praktik bermacam-macam para pelanggannya direduksi menjadi hal-hal yang memiliki dampak pribadi kepada apakah mereka membeli sebuah mobil.
Menyederhanakan kompleksitas berarti dipaksa menyeleksi (pabrik peduli soal bagaimana bahan-bahan mentah diproduksi tetapi mungkin tidak memerhatikan situasi politis bangsa produsennya). Dipaksa untuk menyeleksi berarti kontingensi alasannya ialah orang selalu sanggup menyeleksi secara berbeda (pabrik sanggup memantau situasi politis). Dan kontingensi berarti risiko. Oleh alasannya ialah itu, jikalau pabrik menentukan tidak memantau situasi politis di dalam bangsa produsen bahan-bahan mentah, proses produksi mungkin sangat terganggu oleh pemberontakan yang menghentikan penyediaan materi itu.
Suatu sistem benar-benar mustahil serumit lingkungannya. Suatu sistem yang berusaha demikian akan mengingatkan kita pada cerita Borgers (1964) ihwal raja yang memerintahkan seorang kartografer untuk membuat sebuah peta negerinya yang akurat secara lengkap. Ketika kartografer itu sudah merampungkannya, peta itu sebesar negerinya sehingga menjadi peta yang tidak bermanfaat. Peta, menyerupai dengan sistem-sistem, harus mengurangi kerumitan. Kartografer harus menyeleksi fitur-fitur apa yang penting. Peta-peta yang berbeda dari wilayah yang sama sanggup dibentuk alasannya ialah penyeleksian bersifat kontingen. Hal tersebut senantiasa diperlukan, tetapi juga berisiko alasannya ialah pembuat peta tidak pernah sanggup merasa niscaya bahwa hal-hal yang dihilangkan tidak akan penting bagi pengguna.
Meskipun peta tidak pernah serumit lingkungannya, sistem-sistem membuatkan subsistem-subsistem gres dan membangun relasi-relasi yang beraneka ragam di antara subsistem-subsistem biar sanggup berurusan secara efektif dengan lingkungannya. Jika mereka tidak melakukannya, mereka akan kewalahan dengan kerumitan lingkungan itu. Contohnya, pabrik kendaraan beroda empat sanggup membuat suatu departemen untuk urusan internasional yang bertugas memantau kondisi-kondisi politis di dalam bangsa-bangsa penyedia. Departemen gres itu bertanggungjawab untuk selalu memberitahukan gangguan-gangguan potensial di bidang penyediaan bahan-bahan mentah dan untuk menemukan sumber-sumber alternatif bila terjadi suatu gangguan. Oleh alasannya ialah itu, secara paradoksikal, “hanya kompleksitas yang sanggup mereduksi kompleksitas” (Luhmann, 1995:26).
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Sosiologi Pengetahuan Niklas Luhmann
2. Sistem-Sistem Otopoietik Niklas Luhmann
Belum ada Komentar untuk "Teori Sistem Umum Niklas Luhmann"
Posting Komentar