Max Weber. Sosiologi Substantif
Kini kita beralih ke sosiologi substantif Weber. Seperti yang dilakukan Weber* di dalam karyanya yang monumental Economic and Society, kita mulai pada level tindakan dan interaksi. Akan tetapi, kita akan segera berhadapan dengan paradoks fundamental di dalam karya Weber*: walau ia tampak berkomitmen kepada sosiologi yang membahas proses-proses yang berskala kecil, karyanya terutama berada pada level-level dunia sosial berskala besar.
Apa itu Sosiologi?
Dalam menegaskan pandangannya atas sosiologi, Weber* sering bersikap menentang sosiologi evolusioner berskala besar, organisisme, yang menonjol pada masa itu. Misalnya, Weber* berkata: “Saya menjadi satu [seorang sosiolog] untuk mengakhiri gagasan-gagasan kolektivis. Dengan kata lain, sosiolog pun sanggup dipraktikkan hanya dengan melanjutkan tindakan seorang atau lebih, sedikit atau banyak, individu, artinya, dengan memakai metode ‘individualis’ yang ketat (G. Roth, 1976:306).
Kendati menyatakan kesetiaan kepada metode ‘individualis’, Weber* terpaksa mengakui bahwa mustahillah melenyapkan secara total ide-ide kolektif dari sosiologi. Akan tetapi, meskipun mengakui pentingnya konsep-konsep kolektif, pada hasilnya Weber* mereduksi konsep-konsep tersebut menjadi pola-pola dan keteraturan-keteraturan tindakan individual: “Untuk penafsiran subjektif atas tindakan di dalam aktivitas sosiologis, kolektivitas-kolektivitas itu harus diperlakukan semata-mata sebagai akibat-akibat dan cara-cara pengaturan tindakan-tindakan khusus orang-orang individual, alasannya yaitu hanya hal-hal itulah yang sanggup diperlakukan sebagai biro di dalam serangkaian tindakan yang sanggup dipahami secara subjektif” (1921/1968:13).
Pada level individual Weber* sangat memperhatikan makna, dan cara pembentukannya. Tampak sedikit keraguan bahwa Weber percaya pada, dan bermaksud untuk menjalankan mikrososiologi. Akan tetapi, dalam kenyataannya, itukah yang ia lakukan? Guenther Roth, salah seorang penafsir terkemuka Weber*, memberi kita balasan yang tegas di dalam gambarannya mengenai tujuan menyeluruh Economy and Society, yakni “perbandingan empiris struktur sosial yang ketat dan normatif di dalam kedalaman dunia historis” (1968:xxvii).
Lars Udehn (1981) menjelaskan duduk perkara dalam menafsirkan karya Weber itu dengan membedakan antara metodologi Weber* dan perhatian-perhatian substantifnya dan mengakui adanya konflik atau ketegangan di antaranya. Dalam pandangan Udehn, Weber* memakai “metodologi individualis dan subjektivis” (1981:131). Berkenaan dengan perhatian substantif, Weber tertarik pada apa yang dilakukan para individu dan mengapa mereka melakukannya (motif-motif subjektifnya). Terkait dengan metodologi, Weber tertarik mereduksi kolektivitas menjadi tindakan-tindakan individu. Akan tetapi, di dalam sebagian besar sosiologi substantifnya, Weber* berfokus pada struktur berskala besar (seperti birokrasi atau kapitalisme) dan tidak memerhatikan secara prinsipil apa yang dilakukan para individu atau mengapa mereka melakukannya. Struktur-struktur demikian tidak direduksi Weber menjadi tindakan-tindakan individu, dan aksi-aksi orang-orang di dalamnya ditentukan oleh struktur-struktur, bukan oleh motif-motif mereka. Ada sedikit keraguan bahwa terdapat pertentangan yang besar di dalam karya Weber*, dan hal tersebut menjadi perhatian pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut, berikut definisi sosiologi berdasarkan Weber*: “Sosiologi... yaitu suatu ilmu yang berkenaan dengan pengertian interpretatif atas tindakan sosial dan dengan demikian berkenaan dengan klarifikasi kausal atas rangkaian dan konsekuensi-konsekuensinya” (1921/1968:4). Yang tersirat dari definisi tersebut yaitu hal-hal sebagai berikut:
1. Sosiologi harus menjadi suatu ilmu
2. Sosiologi harus berkenaan dengan kausalitas. (penggabungan sosiologi dengan sejarah)
3. Sosiologi harus memakai pengertian interpretatif
Download di Sini
Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Max Weber. Biografi
2. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
3. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Ekonomi
4. Max Weber. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
5. Max Weber. Metodologi: Sejarah dan Sosiologi
6. Max Weber. Verstehen dan Kausalitas
7. Max Weber. Tindakan Sosial
8. Max Weber. Rasionalisasi
9. Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial
10. Max Weber. Struktur-Struktur Otoritas
11. Weber dan Teori Tindakan
12. Max Weber. Tipe-Tipe Ideal
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Weber dan Teori Tindakan
Apa itu Sosiologi?
Dalam menegaskan pandangannya atas sosiologi, Weber* sering bersikap menentang sosiologi evolusioner berskala besar, organisisme, yang menonjol pada masa itu. Misalnya, Weber* berkata: “Saya menjadi satu [seorang sosiolog] untuk mengakhiri gagasan-gagasan kolektivis. Dengan kata lain, sosiolog pun sanggup dipraktikkan hanya dengan melanjutkan tindakan seorang atau lebih, sedikit atau banyak, individu, artinya, dengan memakai metode ‘individualis’ yang ketat (G. Roth, 1976:306).
Pada level individual Weber* sangat memperhatikan makna, dan cara pembentukannya. Tampak sedikit keraguan bahwa Weber percaya pada, dan bermaksud untuk menjalankan mikrososiologi. Akan tetapi, dalam kenyataannya, itukah yang ia lakukan? Guenther Roth, salah seorang penafsir terkemuka Weber*, memberi kita balasan yang tegas di dalam gambarannya mengenai tujuan menyeluruh Economy and Society, yakni “perbandingan empiris struktur sosial yang ketat dan normatif di dalam kedalaman dunia historis” (1968:xxvii).
Lars Udehn (1981) menjelaskan duduk perkara dalam menafsirkan karya Weber itu dengan membedakan antara metodologi Weber* dan perhatian-perhatian substantifnya dan mengakui adanya konflik atau ketegangan di antaranya. Dalam pandangan Udehn, Weber* memakai “metodologi individualis dan subjektivis” (1981:131). Berkenaan dengan perhatian substantif, Weber tertarik pada apa yang dilakukan para individu dan mengapa mereka melakukannya (motif-motif subjektifnya). Terkait dengan metodologi, Weber tertarik mereduksi kolektivitas menjadi tindakan-tindakan individu. Akan tetapi, di dalam sebagian besar sosiologi substantifnya, Weber* berfokus pada struktur berskala besar (seperti birokrasi atau kapitalisme) dan tidak memerhatikan secara prinsipil apa yang dilakukan para individu atau mengapa mereka melakukannya. Struktur-struktur demikian tidak direduksi Weber menjadi tindakan-tindakan individu, dan aksi-aksi orang-orang di dalamnya ditentukan oleh struktur-struktur, bukan oleh motif-motif mereka. Ada sedikit keraguan bahwa terdapat pertentangan yang besar di dalam karya Weber*, dan hal tersebut menjadi perhatian pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut, berikut definisi sosiologi berdasarkan Weber*: “Sosiologi... yaitu suatu ilmu yang berkenaan dengan pengertian interpretatif atas tindakan sosial dan dengan demikian berkenaan dengan klarifikasi kausal atas rangkaian dan konsekuensi-konsekuensinya” (1921/1968:4). Yang tersirat dari definisi tersebut yaitu hal-hal sebagai berikut:
1. Sosiologi harus menjadi suatu ilmu
2. Sosiologi harus berkenaan dengan kausalitas. (penggabungan sosiologi dengan sejarah)
3. Sosiologi harus memakai pengertian interpretatif
Download di Sini
Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Max Weber. Biografi
2. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
3. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Ekonomi
4. Max Weber. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
5. Max Weber. Metodologi: Sejarah dan Sosiologi
6. Max Weber. Verstehen dan Kausalitas
7. Max Weber. Tindakan Sosial
8. Max Weber. Rasionalisasi
9. Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial
10. Max Weber. Struktur-Struktur Otoritas
11. Weber dan Teori Tindakan
12. Max Weber. Tipe-Tipe Ideal
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Weber dan Teori Tindakan
Belum ada Komentar untuk "Max Weber. Sosiologi Substantif"
Posting Komentar