Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, Dan Ideologi
Untuk teladan mengenai ideologi, kita akan melihat ide-ide Marx* tentang konsepsi borjuis atas kesetaraan dan kebebasan. Menurut Marx, ide-ide khusus kita atas kesetaraan dan kebebasan muncul dari kapitalisme. Meskipun kita mengambil kepercayaan kita pada kebebasan dan kesetaraan sebagai suatu hal yang jelas, semua studi historis akan menunjukkan bahwa itu tidak benar. Sebagian besar masyarakat akan menganggap wangsit bahwa semua insan intinya setara sebagai hal yang absurd. Bagi sebagian besar kebudayaan di sepanjang sejarah, perbudakan tampak sangat alamiah. Sekarang di bawah kapitalisme, kita mempercayai hal yang sebaliknya: ketidaksetaraan ialah hal yang absurd, dan perbudakan itu tidak alamiah.
Marx* menganggap bahwa perubahan di bidang ide-ide kita itu tidak sanggup dilacak lewat praktik-praktik kapitalisme sehari-hari. Tindakan pertukaran yang merupakan dasar dari kapitalisme mengandaikan kesetaraan insan di bidang pertukaran, persis sebagaimana tindakan itu mengandaikan kesetaraan komoditas di dalam pertukaran.
Untuk komoditas-komoditas, perbedaan-perbedaan kualitatif yang khusus mengenai nilai gunanya disembunyikan oleh nilai tukarnya. Dengan kata lain, apel dan jeruk dibentuk setara dengan mereduksi mereka menjadi nilai moneternya. Hal yang sama terjadi pada perbedaan-perbedaan antara orang-orang yang terlibat di dalam pertukaran. Sebagian besar pertukaran di dalam kapitalisme yang maju melibatkan orang-orang yang tidak pernah bertemu dan tidak saling mengenal satu sama lain. Kita tidak peduli siapa yang menanam apel dan jeruk yang kita beli. Keanoniman dan ketidakacuhan itu merupakan sejenis kesetaraan.
Selanjutnya, kebebasan diasumsikan di dalam pertukaran itu, lantaran setiap kawan untuk pertukaran dianggap bebas untuk melaksanakan pertukaran atau tidak bila mereka melihatnya cocok. Ide pertukaran kapitalis itu sendiri berarti bahwa komoditas-komoditas tidak diambil secara paksa tetapi diperdagangkan secara bebas. Itu juga berlaku pada pertukaran waktu tenaga kerja untuk upah. Diasumsikan bahwa pekerja atau majikan bebas masuk ke dalam pertukaran dan bebas untuk menghentikannya. Marx* (1857-1858/1974:245) menyimpulkan bahwa “Kesetaraan dan kebebasan tidak hanya dihargai di dalam pertukaran yang didasarkan pada nilai-nilai tukar, tetapi pertukaran dari nilai-nilai tukar ialah dasar produktif yang kasatmata dari semua kesetaraan dan kebebasan”. Namun demikian, Marx* percaya bahwa praktik-praktik kapitalis menghasilkan suatu pandangan terbalik wacana kebebasan. Tampaknya kita bebas; tetapi sebenarnya, modallah yang bebas dan kita lah yang diperbudak.
Menurut Marx*, kebebasan ialah kemampuan untuk mengendalikan pekerjaan Anda sendiri dan produk-produknya. Meskipun para individu sanggup tampak bebas di bawah kapitalisme, mereka tidak bebas. Di bawah bentuk-bentuk sosial sebelumnya, orang didominasi pribadi oleh orang lain sehingga mereka sadar akan ketidakbebasannya. Di bawah kapitalisme, orang didominasi oleh relasi-relasi kapitalis yang tampak objektif dan alamiah sehingga tidak terasa sebagai suatu bentuk dominasi. Marx* (1857-1858/1974:652) mengutuk “Kehambaran pandangan bahwa persaingan bebas ialah perkembangan mutakhir kebebasan manusia... oleh lantaran itu, jenis kebebasan individual ini pada ketika yang sama ialah penangguhan yang paling lengkap atas individualitas di bawah kondisi-kondisi sosial yang mengambil bentuk sebagai kekuasaan-kekuasaan objektif”.
Karena kaum kapitalis mempunyai alat-alat produksi, pertukaran upah untuk waktu kerja mustahil bebas. Kaum proletariat harus bekerja semoga sanggup bertahan hidup, tetapi sang kapitalis mempunyai pilihan untuk mengupah orang-orang lain dari pasukan tenaga kerja cadangan, atau melaksanakan mekanisasi, atau membiarkan pabrik menganggur sampai para pekerja menjadi cukup frustasi sehingga mendapatkan “dengan bebas” upah yang diberikan sang kapitalis. Pekerja tidak bebas dan juga tidak setara lagi dengan sang kapitalis.
Karena itu, kita melihat bahwa level pertama ideologi kebebasan dan ketidaksetaraan muncul dari praktik-praktik pertukaran di dalam kapitalisme, tetapi ide-ide kita dibalikkan dan tidak menggambarkan kebebasan yang kasatmata dan kesetaraan. Modallah yang bertukar secara bebas dan setara; kaum kapitalislah yang diterima tanpa prasangka; modallah yang bisa berbuat sesuka hatinya, bukan kita. Tipe ideologi tersebut gampang terganggu, dan kesadaran kita akan gangguan itu mendorong kapitalisme kepada fase selanjutnya. Meskipun ada ideologi kesetaraan dan kebebasan, hanya segelintir pekerja yang merasa setara dengan majikannya; segelintir yang merasa bebas di dalam pekerjaannya. Itulah sebabnya mengapa tipe kedua ideologi itu diperlukan. Kekacauan-kekacauan menyerupai itu harus diterangkan sedikit atau dibentuk semoga terlihat tidak terelakkan.
Hal tersebut secara khusus berlaku dengan ideologi kesetaraan dan kebebasan, lantaran ide-ide itu ada di antara hal-hal yang paling mengancam bagi kapitalisme. Keduanya ialah teladan lain mengenai cara kapitalisme membuat para penggali kuburnya sendiri. Bentuk-bentuk ketidakbebasan dan ketidaksetaraan yang lebih renta mengikat orang dengan jelas, oleh lantaran itu ada keinginan untuk menjadi bebas dan setara dengan mengubah hati orang-orang yang menindas kita. Ketika kita menjadi sadar akan sumber ketidakbebasan dan ketidaksetaraan di bawah kapitalisme, kita mulai menyadari bahwa kapitalisme sendiri harus diubah. Oleh lantaran itu, ideologi-ideologi harus diciptakan untuk melindungi kapitalis, dan satu cara yang mereka tempuh ialah dengan melukiskan ketidaksetaraan sebagai kesetaraan dan ketidakbebasan sebagai kebebasan.
Marx* percaya bahwa sistem kapitalis secara alamiah tidak setara. Para kapitalis secara otomatis lebih diuntungkan dalam sistem kapitalis, sementara para pekerja dirugikan secara otomatis. Di bawah kapitalisme, orang-orang yang mempunyai alat-alat produksi, orang-orang yang mempunyai modal, menghasilkan uang dari uang mereka. Di bawah kapitalisme, modal memperanakkan modal yang lebih banyak—yakni, investasi-investasi menghasilkan suatu imbalan—dan menyerupai yang kita lihat di atas, Marx* percaya bahwa hal itu berasal dari eksploitasi para pekerja. Bukan hanya para pekerja dieksploitasi secara otomatis, mereka juga menanggung beban pengangguran lantaran perubahan-perubahan teknologis, perubahan-perubahan geografis, dan dislokasi-dislokasi ekonomi lainnya, semua hal yang menguntungkan sang kapitalis. Penguasaan kapitalisme tercermin di dalam ucapan umum bahwa yang kaya semakin kaya sementara yang miskin semakin miskin. Peningkatan terus-menerus ketidaksetaraan dibangun di dalam sistem kapitalis.
Setiap perjuangan menuju suatu masyarakat yang lebih setara harus memperhitungkan kecondongan otomatis sistem kapitalis untuk ketidaksetaraan yang semakin meningkat. Namun demikian, usaha-usaha untuk membuat sistem kapitalis lebih setara sering dilukiskan sebagai bentuk-bentuk ketidaksetaraan. Dari sudut pandang Marxis usaha-usaha tersebut akan menjadi bentuk ideologi yang kedua. Contohnya, ideologi-ideologi mendorong suatu “flat tax” (pajak merata) yang memajak orang kaya dan orang miskin dengan tingkat yang sama. Mereka berargumen bahwa lantaran tingkatnya sama bagi orang kaya dan orang miskin berarti pajaknya setara. Mereka mengabaikan fakta bahwa suatu tingkat pajak yang berkelas-kelas mungkin merupakan kompensasi yang adil bagi ketidaksetaraan kapitalisme yang sudah lekat. Mereka membuat suatu ideologi dengan menggambarkan ketidaksetaraan-ketidaksetaraan yang gamblang dalam sistem kapitalis sebagai hal yang tidak terhindarkan atau lantaran kemalasan kaum miskin. Dengan cara tersebut, ketidaksetaraan digambarkan sebagai kesetaraan, dan kebebasan orang kaya untuk menjaga buah eksploitasi dan mengalahkan kebebasan para pekerja.
Kita melihat di dalam teladan di atas bukan hanya dua tipe ideologi, tetapi juga teladan lain bagaimana Marx* menganggap bahwa kapitalisme ialah suatu hal yang baik. Ide-ide kebebasan dan kesetaraan muncul dari kapitalisme itu sendiri, dan ide-ide itulah yang mendorong kita menuju pembubaran kapitalisme, menuju komunisme.
Download di Sini
Sumber:
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme
16. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
17. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
18. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
19. Karl Marx. Alienasi
20. Karl Marx, Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
21. Karl Marx. Potensi Manusia
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Marx* menganggap bahwa perubahan di bidang ide-ide kita itu tidak sanggup dilacak lewat praktik-praktik kapitalisme sehari-hari. Tindakan pertukaran yang merupakan dasar dari kapitalisme mengandaikan kesetaraan insan di bidang pertukaran, persis sebagaimana tindakan itu mengandaikan kesetaraan komoditas di dalam pertukaran.
Selanjutnya, kebebasan diasumsikan di dalam pertukaran itu, lantaran setiap kawan untuk pertukaran dianggap bebas untuk melaksanakan pertukaran atau tidak bila mereka melihatnya cocok. Ide pertukaran kapitalis itu sendiri berarti bahwa komoditas-komoditas tidak diambil secara paksa tetapi diperdagangkan secara bebas. Itu juga berlaku pada pertukaran waktu tenaga kerja untuk upah. Diasumsikan bahwa pekerja atau majikan bebas masuk ke dalam pertukaran dan bebas untuk menghentikannya. Marx* (1857-1858/1974:245) menyimpulkan bahwa “Kesetaraan dan kebebasan tidak hanya dihargai di dalam pertukaran yang didasarkan pada nilai-nilai tukar, tetapi pertukaran dari nilai-nilai tukar ialah dasar produktif yang kasatmata dari semua kesetaraan dan kebebasan”. Namun demikian, Marx* percaya bahwa praktik-praktik kapitalis menghasilkan suatu pandangan terbalik wacana kebebasan. Tampaknya kita bebas; tetapi sebenarnya, modallah yang bebas dan kita lah yang diperbudak.
Menurut Marx*, kebebasan ialah kemampuan untuk mengendalikan pekerjaan Anda sendiri dan produk-produknya. Meskipun para individu sanggup tampak bebas di bawah kapitalisme, mereka tidak bebas. Di bawah bentuk-bentuk sosial sebelumnya, orang didominasi pribadi oleh orang lain sehingga mereka sadar akan ketidakbebasannya. Di bawah kapitalisme, orang didominasi oleh relasi-relasi kapitalis yang tampak objektif dan alamiah sehingga tidak terasa sebagai suatu bentuk dominasi. Marx* (1857-1858/1974:652) mengutuk “Kehambaran pandangan bahwa persaingan bebas ialah perkembangan mutakhir kebebasan manusia... oleh lantaran itu, jenis kebebasan individual ini pada ketika yang sama ialah penangguhan yang paling lengkap atas individualitas di bawah kondisi-kondisi sosial yang mengambil bentuk sebagai kekuasaan-kekuasaan objektif”.
Karena kaum kapitalis mempunyai alat-alat produksi, pertukaran upah untuk waktu kerja mustahil bebas. Kaum proletariat harus bekerja semoga sanggup bertahan hidup, tetapi sang kapitalis mempunyai pilihan untuk mengupah orang-orang lain dari pasukan tenaga kerja cadangan, atau melaksanakan mekanisasi, atau membiarkan pabrik menganggur sampai para pekerja menjadi cukup frustasi sehingga mendapatkan “dengan bebas” upah yang diberikan sang kapitalis. Pekerja tidak bebas dan juga tidak setara lagi dengan sang kapitalis.
Karena itu, kita melihat bahwa level pertama ideologi kebebasan dan ketidaksetaraan muncul dari praktik-praktik pertukaran di dalam kapitalisme, tetapi ide-ide kita dibalikkan dan tidak menggambarkan kebebasan yang kasatmata dan kesetaraan. Modallah yang bertukar secara bebas dan setara; kaum kapitalislah yang diterima tanpa prasangka; modallah yang bisa berbuat sesuka hatinya, bukan kita. Tipe ideologi tersebut gampang terganggu, dan kesadaran kita akan gangguan itu mendorong kapitalisme kepada fase selanjutnya. Meskipun ada ideologi kesetaraan dan kebebasan, hanya segelintir pekerja yang merasa setara dengan majikannya; segelintir yang merasa bebas di dalam pekerjaannya. Itulah sebabnya mengapa tipe kedua ideologi itu diperlukan. Kekacauan-kekacauan menyerupai itu harus diterangkan sedikit atau dibentuk semoga terlihat tidak terelakkan.
Hal tersebut secara khusus berlaku dengan ideologi kesetaraan dan kebebasan, lantaran ide-ide itu ada di antara hal-hal yang paling mengancam bagi kapitalisme. Keduanya ialah teladan lain mengenai cara kapitalisme membuat para penggali kuburnya sendiri. Bentuk-bentuk ketidakbebasan dan ketidaksetaraan yang lebih renta mengikat orang dengan jelas, oleh lantaran itu ada keinginan untuk menjadi bebas dan setara dengan mengubah hati orang-orang yang menindas kita. Ketika kita menjadi sadar akan sumber ketidakbebasan dan ketidaksetaraan di bawah kapitalisme, kita mulai menyadari bahwa kapitalisme sendiri harus diubah. Oleh lantaran itu, ideologi-ideologi harus diciptakan untuk melindungi kapitalis, dan satu cara yang mereka tempuh ialah dengan melukiskan ketidaksetaraan sebagai kesetaraan dan ketidakbebasan sebagai kebebasan.
Marx* percaya bahwa sistem kapitalis secara alamiah tidak setara. Para kapitalis secara otomatis lebih diuntungkan dalam sistem kapitalis, sementara para pekerja dirugikan secara otomatis. Di bawah kapitalisme, orang-orang yang mempunyai alat-alat produksi, orang-orang yang mempunyai modal, menghasilkan uang dari uang mereka. Di bawah kapitalisme, modal memperanakkan modal yang lebih banyak—yakni, investasi-investasi menghasilkan suatu imbalan—dan menyerupai yang kita lihat di atas, Marx* percaya bahwa hal itu berasal dari eksploitasi para pekerja. Bukan hanya para pekerja dieksploitasi secara otomatis, mereka juga menanggung beban pengangguran lantaran perubahan-perubahan teknologis, perubahan-perubahan geografis, dan dislokasi-dislokasi ekonomi lainnya, semua hal yang menguntungkan sang kapitalis. Penguasaan kapitalisme tercermin di dalam ucapan umum bahwa yang kaya semakin kaya sementara yang miskin semakin miskin. Peningkatan terus-menerus ketidaksetaraan dibangun di dalam sistem kapitalis.
Setiap perjuangan menuju suatu masyarakat yang lebih setara harus memperhitungkan kecondongan otomatis sistem kapitalis untuk ketidaksetaraan yang semakin meningkat. Namun demikian, usaha-usaha untuk membuat sistem kapitalis lebih setara sering dilukiskan sebagai bentuk-bentuk ketidaksetaraan. Dari sudut pandang Marxis usaha-usaha tersebut akan menjadi bentuk ideologi yang kedua. Contohnya, ideologi-ideologi mendorong suatu “flat tax” (pajak merata) yang memajak orang kaya dan orang miskin dengan tingkat yang sama. Mereka berargumen bahwa lantaran tingkatnya sama bagi orang kaya dan orang miskin berarti pajaknya setara. Mereka mengabaikan fakta bahwa suatu tingkat pajak yang berkelas-kelas mungkin merupakan kompensasi yang adil bagi ketidaksetaraan kapitalisme yang sudah lekat. Mereka membuat suatu ideologi dengan menggambarkan ketidaksetaraan-ketidaksetaraan yang gamblang dalam sistem kapitalis sebagai hal yang tidak terhindarkan atau lantaran kemalasan kaum miskin. Dengan cara tersebut, ketidaksetaraan digambarkan sebagai kesetaraan, dan kebebasan orang kaya untuk menjaga buah eksploitasi dan mengalahkan kebebasan para pekerja.
Kita melihat di dalam teladan di atas bukan hanya dua tipe ideologi, tetapi juga teladan lain bagaimana Marx* menganggap bahwa kapitalisme ialah suatu hal yang baik. Ide-ide kebebasan dan kesetaraan muncul dari kapitalisme itu sendiri, dan ide-ide itulah yang mendorong kita menuju pembubaran kapitalisme, menuju komunisme.
Download di Sini
Sumber:
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme
16. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
17. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
18. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
19. Karl Marx. Alienasi
20. Karl Marx, Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
21. Karl Marx. Potensi Manusia
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Belum ada Komentar untuk "Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, Dan Ideologi"
Posting Komentar