Karl Marx. Ideologi
Bukan hanya relasi-relasi produksi yang sudah ada yang cenderung mencegah perubahan-perubahan yang diharapkan untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi, tetapi relasi-relasi, lembaga-lembaga pendukung, dan khususnya ide-ide yang lazim pun cenderung mencegah perubahan-perubahan itu. Marx* menyebut ide-ide yang lazim yang melaksanakan fungsi tersebut sebagai ideologi. Seperti halnya dengan banyak istilah, Marx* tidak selalu saksama dalam pemakaian kata ideologi. Tampaknya ia memakai kata itu untuk menunjukkan dua jenis inspirasi yang berhubungan.
Pertama, ideologi mengacu kepada ide-ide yang secara alamiah muncul dari kehidupan sehari-hari di dalam kapitalisme, tetapi, lantaran hakikat kapitalisme mencerminkan kenyataan dengan cara yang terbalik (Larrain, 1979). Untuk menjelaskan makna istilah itu, Marx* memakai metafor sebuah obscura kamera, yang memakai suatu quirk optik untuk menunjukkan suatu gambar kasatmata yang dicerminkan secara terbalik.
Itulah tipe ideologi yang digambarkan oleh pemberhalaan komoditas atau uang. Meskipun kita mengetahui bahwa uang tidak lain dari sehelai kertas yang memiliki nilai hanya lantaran relasi-relasi sosial yang mendasarinya, di dalam kehidupan kita sehari-hari kita memperlakukan uang seperti ia memiliki nilai yang alami. Dari pada kita memandang bahwa kita memberi nilai kepada uang itu, kerap tampak bahwa uang memberi nilai kepada kita.
Tipe ideologi yang pertama di atas rentan terhadap gangguan lantaran ia di dasarkan pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya. Nilai insan benar-benar tidak tergantung kepada uang, dan kita sering menemukan orang yang merupakan bukti hidup pertentangan itu. sebenarnya, pada level itulah kita bisanya menjadi sadar atas kontradiksi-kontradiksi material yang dipercayai Marx* akan mendorong kapitalisme ke fase selanjutnya. Misalnya, kita menjadi sadar bahwa ekonomi bukan suatu sistem objektif yang independen, tetapi suatu lingkungan politis. Kita menjadi sadar bahwa tenaga kerja kita bukan sekedar komoditas lain dan penjualannya untuk upah menghasilkan alienasi. Atau kalau kita tidak menjadi sadar atas kebenaran yang mendasarinya, setidaknya kita menjadi sadar atas gangguan itu yang disebabkan oleh suatu langkah politis yang mencolok di dalam sistem ekonomi atau perasaan kita sendiri atas alienasi. Dalam membahas kekacauan-kekacauan menyerupai itulah, penggunaan kedua istilah ideologi itu oleh Marx* menjadi relevan.
Ketika gangguan-gangguan terjadi dan kontradiksi-kontradiksi material yang mendasari terungkap, atau terancam akan terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul. Di sini Marx* memakai istilah ideologi untuk mengacu kepada sistem-sistem inspirasi penguasa yang sekali lagi mencoba menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang ada di jantung sistem kapitalis. Di dalam sebagian besar kasus, mereka melaksanakan hal itu di dalam salah satu dari tiga cara: (1) mereka mengakibatkan terciptanya subsistem ide-ide—suatu sistem agama, filsafat, kesusastraan legal—yang membuat kontradiksi-kontradiksi itu tampak sebagai hal yang koheren, (2) mereka menjelaskan pengalaman orang-orang yang menyingkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai problem langsung atau keunikan individu, atau (3) mereka menyajikan pertentangan kapitalis benar-benar sebagai pertentangan di dalam hakikat insan dan oleh lantaran itu merupakan pertentangan yang tidak sanggup diperbaiki melalui perubahan sosial.
Secara umum, para anggota kelas penguasa membuat tipe kedua ideologi ini. Contohnya, Marx* mengacu kepada para ekonom borjuis yang menggambarkan sebuah komoditas sebagai hal yang alamiah dan universal. Atau ia mengkritik para filsuf borjuis, menyerupai Hegel, lantaran berpura-pura bahwa kontradiksi-kontradiksi material sanggup dipecahkan dengan mengubah cara kita berpikir. Akan tetapi, kaum proletariat pun sanggup membuat tipe ideologi kedua ini. Orang-orang yang sudah kehilangan impian akan masyarakat yang benar-benar berubah membutuhkan ideologi-ideologi menyerupai itu. Namun, tidak soal siapa yang menciptakannya, ideologi-ideologi tersebut selalu menguntungkan kelas penguasa dengan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan mengakibatkan perubahan sosial.
Download di Sini
Sumber:
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme
16. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
17. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
18. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
19. Karl Marx. Alienasi
20. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
21. Karl Marx. Potensi Manusia
22. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Pertama, ideologi mengacu kepada ide-ide yang secara alamiah muncul dari kehidupan sehari-hari di dalam kapitalisme, tetapi, lantaran hakikat kapitalisme mencerminkan kenyataan dengan cara yang terbalik (Larrain, 1979). Untuk menjelaskan makna istilah itu, Marx* memakai metafor sebuah obscura kamera, yang memakai suatu quirk optik untuk menunjukkan suatu gambar kasatmata yang dicerminkan secara terbalik.
Tipe ideologi yang pertama di atas rentan terhadap gangguan lantaran ia di dasarkan pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya. Nilai insan benar-benar tidak tergantung kepada uang, dan kita sering menemukan orang yang merupakan bukti hidup pertentangan itu. sebenarnya, pada level itulah kita bisanya menjadi sadar atas kontradiksi-kontradiksi material yang dipercayai Marx* akan mendorong kapitalisme ke fase selanjutnya. Misalnya, kita menjadi sadar bahwa ekonomi bukan suatu sistem objektif yang independen, tetapi suatu lingkungan politis. Kita menjadi sadar bahwa tenaga kerja kita bukan sekedar komoditas lain dan penjualannya untuk upah menghasilkan alienasi. Atau kalau kita tidak menjadi sadar atas kebenaran yang mendasarinya, setidaknya kita menjadi sadar atas gangguan itu yang disebabkan oleh suatu langkah politis yang mencolok di dalam sistem ekonomi atau perasaan kita sendiri atas alienasi. Dalam membahas kekacauan-kekacauan menyerupai itulah, penggunaan kedua istilah ideologi itu oleh Marx* menjadi relevan.
Ketika gangguan-gangguan terjadi dan kontradiksi-kontradiksi material yang mendasari terungkap, atau terancam akan terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul. Di sini Marx* memakai istilah ideologi untuk mengacu kepada sistem-sistem inspirasi penguasa yang sekali lagi mencoba menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang ada di jantung sistem kapitalis. Di dalam sebagian besar kasus, mereka melaksanakan hal itu di dalam salah satu dari tiga cara: (1) mereka mengakibatkan terciptanya subsistem ide-ide—suatu sistem agama, filsafat, kesusastraan legal—yang membuat kontradiksi-kontradiksi itu tampak sebagai hal yang koheren, (2) mereka menjelaskan pengalaman orang-orang yang menyingkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai problem langsung atau keunikan individu, atau (3) mereka menyajikan pertentangan kapitalis benar-benar sebagai pertentangan di dalam hakikat insan dan oleh lantaran itu merupakan pertentangan yang tidak sanggup diperbaiki melalui perubahan sosial.
Secara umum, para anggota kelas penguasa membuat tipe kedua ideologi ini. Contohnya, Marx* mengacu kepada para ekonom borjuis yang menggambarkan sebuah komoditas sebagai hal yang alamiah dan universal. Atau ia mengkritik para filsuf borjuis, menyerupai Hegel, lantaran berpura-pura bahwa kontradiksi-kontradiksi material sanggup dipecahkan dengan mengubah cara kita berpikir. Akan tetapi, kaum proletariat pun sanggup membuat tipe ideologi kedua ini. Orang-orang yang sudah kehilangan impian akan masyarakat yang benar-benar berubah membutuhkan ideologi-ideologi menyerupai itu. Namun, tidak soal siapa yang menciptakannya, ideologi-ideologi tersebut selalu menguntungkan kelas penguasa dengan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan mengakibatkan perubahan sosial.
Download di Sini
Sumber:
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme
16. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
17. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
18. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
19. Karl Marx. Alienasi
20. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
21. Karl Marx. Potensi Manusia
22. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Belum ada Komentar untuk "Karl Marx. Ideologi"
Posting Komentar