Giorgio Agamben. Gagasan Pos-Modern
Giorgio Agamben (lahir 1942) ialah seorang filsuf Italia yang pada beberapa tahun belakangan semakin berorientasi untuk membuatkan suatu teori sosial. Walaupun atas anutan intelektualnya dia banyak berhutang pada para filsuf (seperti Aristoteles*, Martin Heidegger*) dan para pemikir sosial (terutama Carl Schmitt, Hannah Arendt), karya-karyanya juga mengatakan imbas dari para teoritisi sosial, mirip Max Weber*, Emile Durkheim*, Walter Benjamin, dan terutama Michel Foucault*. Kumpulan pemikirannya ibarat banyak teori sosial utama dan meliputi sebuah narasi besar wacana sejarah sosial terkini maupun sebuah perjuangan untuk mengidentifikasi sebuah fenomena yang terletak pada jantung masyarakat modern (seperti yang dilakukan Weber* dengan birokrasi). Tidaklah gampang untuk menggolongkan karya Agamben, tetapi dengan imbas gagasan Foucault* yang sangat kuat, yang paling sempurna ialah menganggapnya sebagai seorang postrukturalis. Selain itu, dia memakai sejumlah gagasan postrukturalis dalam pemikirannya.
Guna mendapat pemahaman awal wacana anutan Agamben sebelum membahas aneka macam gagasan teoritisnya yang sangat esoterik, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu pemikirannya wacana Adolph Hitler dan Nazi. Segera sehabis mendapat kekuasaan, Nazi membredel artikel Weimar Constitution yang membahas wacana kebebasan sipil; pembredelan yang berlangsung selama dua belas tahun kekuasaan mereka. Hal itu memungkinkan mereka untuk melangsungkan “perang sipil yang legal” melawan warga negara mereka, terutama Yahudi. Nazi telah membuat sebuah “zona pengecualian” yang membolehkan mereka untuk membunuh kaum Yahudi dan orang lain yang tidak mereka sukai.
Bagaimanapun, Agamben tidak menaruh perhatian pada zona tersebut dan kekerasan yang tercipta di dalamnya dan olehnya sekadar sebagai fenomena sejarah. Ia memandang penciptaan zona itu, dan ancaman yang dihubungkan dengannya, sebagai fenomena masa sekarang (salah satu teladan yang sangat sering dia pakai ialah kamp penjara di Guantanamo Bay). Lebih lanjut, dia melihat bahwa zona pengecualian terus meningkat dari waktu ke waktu dan, secara kontroversial dan sangat patut dipertanyakan, dia beropini bahwa zona semacam itu menghadapkan ancaman yang jauh lebih besar di masa sekarang daripada dulu pada masa Nazi Jerman. Lebih lanjut, ancaman yang jauh lebih besar itu tidak hanya terbatas pada rezim totaliter, tetapi juga ditemukan dalam masyarakat modern.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
Giorgio Agamben. Konsep Dasar
Guna mendapat pemahaman awal wacana anutan Agamben sebelum membahas aneka macam gagasan teoritisnya yang sangat esoterik, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu pemikirannya wacana Adolph Hitler dan Nazi. Segera sehabis mendapat kekuasaan, Nazi membredel artikel Weimar Constitution yang membahas wacana kebebasan sipil; pembredelan yang berlangsung selama dua belas tahun kekuasaan mereka. Hal itu memungkinkan mereka untuk melangsungkan “perang sipil yang legal” melawan warga negara mereka, terutama Yahudi. Nazi telah membuat sebuah “zona pengecualian” yang membolehkan mereka untuk membunuh kaum Yahudi dan orang lain yang tidak mereka sukai.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
Giorgio Agamben. Konsep Dasar
Belum ada Komentar untuk "Giorgio Agamben. Gagasan Pos-Modern"
Posting Komentar