Materi Sosiologi Kelas X Belahan 2.1 Individu, Kelompok, Dan Relasi Sosial (Kurikulum Revisi 2016)

Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari penggalan ini, Anda dibutuhkan mampu:
- Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan relasi sosial di masyarakat, dan
- Mengolah realitas individu, kelompok, dan relasi sosial sehingga berdikari dalam memosisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat

A. Individu
Dalam konsep manusia, individu sebagai makhluk yang otonom atau bangun sendiri. Kata individu berasal dari bahasa Latin yaitu individuum yang berarti terbagi atau kesatuan terkecil. Jika didefinisikan, individu berarti orang, seseorang atau perorangan. Dengan demikian, individu bersifat tunggal dan satu kesatuan yang terbatas. Antara individu satu dengan individu lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki tiap individu yang diperoleh semenjak individu tersebut dilahirkan.

Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak sanggup bangun sendiri. Individu membutuhkan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, individu senantiasa melaksanakan hubungan-hubungan sosial dengan individu yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya tersebut, maka terbentuklah kehidupan bersama yang disebut sebagai masyarakat* (Untuk pengertian masyarakat berdasarkan andal klik di sini). Beberapa alasan yang mendorong individu membentuk masyarakat* ialah sebagai berikut.
1) Faktor reproduksi atau adanya harapan individu untuk melanjutkan keturunannya
2) Mencari kekuatan bersama lantaran adanya kesadaran individu itu lemah
3) Adanya perasaan diuntungkan saat bekerjasama dan bergabung dengan individu lain
4) Terdapat aneka macam kesamaan antarindividu, mirip keturunan, nasib, kebudayaan, dan teritorial


B. Kelompok
Hasrat insan atau kepentingan pokok insan yang dibawa semenjak lahir yaitu:
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan insan lain di sekelilingnya, dan
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya

Keterikatan dan ketergantungan antara insan satu sama lain mendorong insan untuk membentuk kelompok-kelompok sosial (Pengertian Kelompok Sosial Menurut Para Ahli Klik di Sini). Suatu himpunan insan gres sanggup dikatakan sebagai kelompok sosial* kalau memenuhi beberapa syarat berikut.
1) Memiliki kesadaran sebagai penggalan dari kelompok yang bersangkutan
2) Ada relasi timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain
3) Ada faktor pengikat yang dimiliki oleh anggota kelompok, mirip kepentingan, tujuan, dan ideologi yang sama
4) Memiliki struktur, tujuan, dan pola sikap yang sama
5) Bersistem dan berproses

C. Hubungan Sosial
Hubungan sosial ialah relasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, relasi sosial berarti relasi seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat. Unsur fundamental dari relasi sosial ialah interaksi sosial*.

Hakikat Interaksi Sosial
Interaksi antarmanusia terjadi lantaran insan saling membutuhkan. Di samping itu insan secara kodrati ialah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan insan lain. Karena itulah, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan fundamental dalam diri manusia.

Interaksi sosial* ialah relasi timbal balik berupa agresi saling mempengaruhi antarindividu, antara individu dan kelompok, dan antarkelompok. Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut relasi antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antarkelompok.

Dalam relasi tersebut, individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melaksanakan interaksi, baik formal maupun informal, baik eksklusif maupun tidak langsung. Dalam interaksi sosial, salah satu pihak menunjukkan stimulus atau agresi dan pihak lain menunjukkan respons atau reaksi.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto*, interaksi sosial mustahil terjadi tanpa kontak sosial dan komunikasi.
a. Kontak Sosial
Kata “kontak” diturunkan dari Bahasa Latin: cum yang berarti bahu-membahu dan tangere yang berarti menyentuh. Kontak sosial mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1) Kontak sosial sanggup bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada kontradiksi atau konflik.
2) Kontak sosial sanggup bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi saat para peserta interaksi bertatap muka secara langsung. Sementara itu, kontak sekunder terjadi saat interaksi berlangsung melalui perantara, contohnya percakapan melalui telepon.

b. Komunikasi
Komunikasi ialah pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud sanggup dipahami.

Lima unsur pokok dalam komunikasi
1) Komunikator, yaitu orang yang memberikan pesan kepada pihak lain
2) Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang mendapatkan pesan
3) Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator
4) Media, yaitu alat untuk memberikan pesan
5) Efek, yaitu perubahan yang dibutuhkan terjadi pada komunikan sehabis mendapatkan pesan dari komunikator

Kelima unsur pokok itu berperan dalam tiga tahap komunikasi. Ketiga tahap tersebut ialah sebagai berikut.
1) Encoding (pembuatan kode)
2) Penyampaian
3) Decoding (pemecahan kode)

Kontak sosial sanggup terjadi tanpa komunikasi. Misalnya, seseorang berbicara dalam bahasa Batak kepada orang yang hanya mengerti bahasa Sunda. Dengan demikian kontak sosial tanpa komunikasi bukan merupakan interaksi sosial. Sebuah relasi bisa disebut interaksi sosial kalau mempunyai ciri-ciri berikut.
1) Adanya relasi timbal-balik yang saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya
2) Interaksi harus berpedoman kepada norma-norma atau kaidah-kaidah sebagai acuan
3) Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut
4) Harus mempunyai maksud dan tujuan yang terang
5) Interaksi sosial bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan

Pendekatan Interaksi Sosial
Salah satu pendekatan terhadap interaksi sosial* ialah perspektif interaksionisme simbolik*. Kata simbol di sini mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Simbol ialah sesuatu yang memberi nilai dan makna bagi penggunanya. Makna muncul dalam interaksi sosial. Menurut W.I Thomas*, seseorang tidak eksklusif bereaksi atau memberi tanggapan (respons) terhadap rangsangan (stimulus) dari luar, melainkan menilai atau mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan definisi atas situasi.

Herbert Blumer* menyatakan bahwa terdapat tiga pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik*, yaitu act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Sementara itu, berdasarkan Erving Goffman*, dalam setiap interaksi ada individu yang menciptakan pernyataan (expression) dan ada individu lain yang memperoleh kesan (impression). Goffman* menyebut usaha ini sebagai pengaturan kesan (impression management).

Demikian, secara umum, interaksi sosial sanggup terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta antarkelompok. Interaksi sosial sanggup bersifat positif maupun negatif. Interaksi sosial positif artinya saling menguntungkan, sedangkan interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau keduanya. Interaksi sosial sanggup pula terjadi meskipun orang yang bertatap muka tidak saling bekerjasama secara verbal (lisan). Hal ini disebabkan masing-masing orang saling menyadari keberadaan pihak lain yang sanggup menimbulkan perubahan perasaan dan rangsangan saraf, contohnya busuk keringat, minyak wangi, atau bunyi sepatu orang sedang berjalan.

Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yaitu,
1) Imitasi*
Imitasi ialah tindakan menggandakan orang lain. Imitasi* sanggup dilakukan dalam majemuk bentuk, contohnya gaya bicara, tingkah laku, watak dan kebisaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang.

2) Sugesti*
Sugesti berlangsung saat seseorang memberi pandangan atau pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Sugesti* bisanya muncul saat si akseptor sugesti* tidak sanggup berpikir rasional. Ia akan eksklusif mendapatkan segala usulan atau nasihat yang diberikan dan meyakini kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.
a) Orang yang berwibawa, karismatik, atau mempunyai dampak yang besar lengan berkuasa terhadap akseptor sugesti.
b) Orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari akseptor sugesti
c) Kelompok lebih banyak didominasi terhadap minoritas
d) Reklame atau iklan di media massa

Sugesti* bukan hanya lantaran faktor si pemberi sugesti, tapi juga lantaran beberapa faktor di dalam diri si akseptor sugesti.
a) Terhambatnya daya berpikir kritis
b) Kemampuan berpikir yang terpecah belah (disosiasi). Disosiasi terjadi saat seseorang sedang dilanda kebingungan lantaran menghadapi aneka macam persoalan
c) Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.

3) Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau harapan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi lantaran sanggup membentuk kepribadian seseorang.

4) Simpati
Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Ketika bersimpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang lain dan mencicipi apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain.

5) Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang sanggup mempengaruhi kondisi fisik dan jiwa seseorang. Contohnya, seorang ibu yang ikut mencicipi penderitaan anaknya yang mengidap kanker darah. Ibu tersebut sangat sedih sehingga ia pun jatuh sakit.

Sumber informasi yang mendasari interaksi
Karp dan Yoels menyatakan bahwa apabila seseorang gres berjumpa dengan orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi wacana orang itu. Sejalan dengan pandangan Goffman* bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi wacana orang lain yang ditemuinya biar sanggup mendefinisikan situasi. Menurut Karp dan Yoels, ada tujuh sumber informasi dalam interaksi.
1) Warna kulit
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Penampilan fisik
5) Bentuk tubuh
6) Pakaian
7) Wacana

Tahap pendekatan dan peregangan relasi dalam interaksi sosial*
Dalam interaksi sosial terdapat ruang cakupan interaksi yang luas. Mulai dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling mengenal hingga mempunyai relasi sangat dekat. Menurut Mark Knapp dan Anita Vangelisti, dalam interaksi sosial terdapat tahap pendekatan dan tahap peregangan relasi orang-orang yang berinteraksi (Knapp dan Vangelisti, 2013).
1) Tahap pendekatan
Tahap pendekatan dijabarkan menjadi :
a) Tahap memulai (initiating)
b) Menjajaki (experimenting)
c) Meningkatkan (intensifying)
d) Menyatupadukan (integrating), dan
e) Mempertalikan (bonding)

2) Tahap Perenggangan
Proses ini terdiri dari tahap:
a) Membeda-bedakan (differentiating)
b) Membatasi (circumscribing)
c) Memacetkan (stagnating)
d) Menghindari (avoiding), dan
e) Memutuskan (terminating)

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin, interaksi sosial berlangsung dalam dua jenis proses sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif mengarah pada persatuan atau integrasi sosial. Sebaliknya, proses disosiatif, yang disebut juga proses oposisi, cara melawan seseorang atau sekelompok orang demi meraih tujuan tertentu.

Proses Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif mencakup bentuk-bentuk antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a. Kerja sama
Kerja sama didefinisikan sebagai usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles H. Cooley*, kolaborasi timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan atau tujuan yang sama dengan orang lain.
Berdasarkan pelaksanaannya, kolaborasi mempunyai lima bentuk.
1) Kerukunan atau gotong royong
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam bargaining prinsip keadilan sangat ditekankan
3) Kooptasi, proses penerimaan unsur-unsur gres dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara menghindari konflik yang sanggup mengguncang organisasi
4) Koalisi, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama
5) Joint venture, yaitu kolaborasi dalam pengusahaan proyek tertentu

Selain itu beberapa andal juga membagi kolaborasi dalam beberapa bentuk berikut
1) Kerja sama impulsif (kerja sama serta merta)
2) Kerja sama eksklusif (hasil dari perintah atasan atau penguasa)
3) Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu)
4) Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai penggalan antarunsur dalam sistem sosial)

b. Akomodasi*
Akomodasi mempunyai dua pengertian, yakni sebagai keadaan dan sebagai proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi* sebagai proses mengacu pada usaha-usaha insan untuk meredakan kontradiksi biar tercipta keseimbangan.
Berikut beberapa tujuan fasilitas ialah sebagai berikut.
1) Menghasilkan sintesis atau titik temu antara beberapa pendapat yang berbeda biar menghasilkan suatu pola baru
2) Mencegah terjadinya kontradiksi untuk sementara
3) Mengadakan kolaborasi antarkelompok sosial yang terpisah akhir faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan
4) Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah

Akomodasi* sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
1) Koersi, yaitu bentuk fasilitas yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis
2) Kompromi, yaitu bentuk fasilitas saat pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya biar tercapai suatu penyelesaian
3) Arbitrase, yaitu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak.
4) Mediasi hampir mirip arbitrase. Dalam proses mediasi, kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat. Pihak ketiga tidak mempunyai wewenang mengambil keputusan untuk menuntaskan masalah
5) Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan.
6) Toleransi, bentuk fasilitas yang terjadi tanpa persetujuan formal.
7) Stalemate, terjadi saat pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang hingga balasannya kedua pihak menghentikan pertikaian tersebut.
8) Ajudikasi, yaitu cara menuntaskan perkara melalui pengadilan
9) Segregasi, yaitu bentuk fasilitas saat masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar untuk mengurangi ketegangan
10) Eliminasi, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik lantaran mengalah
11) Subjugation atau domination, yaitu bentuk fasilitas saat pihak yang besar lengan berkuasa meminta pihak yang lebih lemah menaatinya.
12) Keputusan mayoritas, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan bunyi terbanyak dalam voting
13) Minority consent, yaitu kemenangan kelompok lebih banyak didominasi yang diterima dengan bahagia hati oleh pihak minoritas
14) Konversi, yaitu penyelesaian konflik saat salah satu pihak bersedia menyerah dan mau mendapatkan pendirian pihak lain
15) Gencatan senjata, yaitu penundaan permusuhan dalam jangka waktu tertentu

c. Asimilasi
Asimilasi merupakan usaha mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok melaksanakan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru.
Faktor-faktor yang mempermudah proses asimilasi ialah sebagai berikut
1) Sikap toleransi
2) Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi
3) Sikap menghargai orang aneh dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
5) Persamaan unsur kebudayaan
6) Perkawinan adonan (amalgamasi)
7) Adanya musuh bersama dari luar

Sebaliknya, faktor-faktor yang menghalangi proses asimilasi ialah sebagai berikut
1) Terisolasinya kehidupan satu golongan tertentu dalam masyarakat
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
3) Adanya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi
4) Adanya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi
5) Adanya perasaan bahwa suatu kebudayaan atau golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok yang lain
6) Adanya in group feeling yang kuat.
7) Adanya gangguan golongan lebih banyak didominasi terhadap golongan minoritas
8) Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi

d. Akulturasi
Akulturasi ialah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan gres dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.

Proses sosial yang Bersifat Disosiatif
Proses sosial disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

a. Persaingan
Persaingan ialah usaha aneka macam pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu ciri dari persaingan ialah usaha yang dilakukan secara tenang dan sportif (fair play), artinya persaingan selalu menjunjung tinggi batasan dan aturan.

b. Kontravensi*
Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi* ditandai dengan ketidakpuasan seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia. Perang cuek merupakan salah satu contoh kontravensi lantaran tujuannya menciptakan lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis. Lima bentuk kontravensi berdasarkan Leopold von Wiese dan Howard Becker, klik di sini.

c. Pertentangan
Pertentangan atau konflik ialah usaha individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan. Bisanya, konflik disertai dengan bahaya atau kekerasan. Pertentangan tidak selalu bersifat negatif. Pertentangan juga sanggup menjadi alat untuk menyesuaikan norma-norma yang telah ada dengan kondisi gres yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan sanggup pula menghasilkan kolaborasi lantaran masing-masing pihak sanggup saling berintrospeksi dan memperbaiki diri. Mengenai bentuk-bentuk konflik sosial, klik di sini.

Hubungan Individu dan Kelompok
Secara umum, interaksi sosial sanggup terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta antarkelompok.
a. Hubungan sosial antarindividu
b. Hubungan sosial antara individu dengan kelompok
c. Hubungan sosial antarkelompok, berdasarkan Kinloch, relasi antarkelompok mempunyai beberapa kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria fisiologis, didasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, dan ras
2) Kriteria kebudayaan, diikat oleh persamaan budaya, mirip kelompok etnik suku bangsa, ataupun persamaan agama
3) Kriteria ekonomi, dibedakan antara mereka yang mempunyai kekuasaan ekonomi dan yang tidak
4) Kriteria perilaku, didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan terhadap hukum masyarakat

Sementara itu dimensi relasi antarkelompok dan pola relasi antarkelompok sanggup dilihat di sini.

Hubungan antara keteraturan sosial dan interaksi sosial
Keteraturan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan relasi yang selaras dan harmonis antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak dan kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata hukum yang berlaku. Keteraturan sosial bukanlah suatu keadaan statis lantaran masyarakat intinya bersifat dinamis, oleh lantaran itu harus senantiasa di usahakan.

Menurut proses terbentuknya, keteraturan sosial terjadi melalui tahap-tahap berikut.
1) Tertib sosial (social order), yaitu suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur ditandai dengan setiap individu bertindak sesuai hak dan kewajibannya.
2) Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat
3) Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah sebagai hasil dari relasi antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung terus menerus.
4) Pola yaitu corak relasi yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial dan dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola sanggup dicapai saat keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam aneka macam situasi.

Tertib sosial warga Menghasilkan order (adat-istiadat), yaitu sikap tertentu yang diikuti oleh hampir sebagian anggota masyarakat. Order ini kemudian menjadi keajegan dalam masyarakat. Keajegan dalam sikap masyarakat tersebut kemudian menghasilkan pola. Akhirnya, terciptalah keteraturan sosial dalam kehidupan masyarakat.

D. Status dan Peran dalam Interaksi Sosial
Status dan tugas seseorang mempengaruhi cara atau bentuk interaksi sosialnya.
Status (kedudukan)
Merupakan posisi seseorang secara umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulannya, prestise, hak-hak dan kewajibannya.
Menurut Ralf Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam status:
1) Ascribed status, merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut sanggup diperoleh semenjak lahir.
2) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja.
3) Assigned status merupakan status yang diperoleh dari dukungan pihak lain. Assigned status bekerjasama erat dengan achieved status. Artinya suatu kelompok atau golongan menunjukkan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa.

Dalam kenyataan masyarakat, seseorang sanggup mempunyai beberapa status. Bahkan dalam waktu bersamaan ia sanggup menjalankan beberapa status sekaligus. Beragam status yang dimiliki seseorang tersebut sanggup menimbulkan kontradiksi atau konflik status (status konflik).

Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Peran ialah sikap yang dibutuhkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan tugas tidak sanggup dipisahkan lantaran tidak ada tugas tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Sama mirip status, tugas sanggup dimiliki insan semenjak lahir atau diperoleh dari lingkungan sosial. Peran-peran tersebut harus dilaksanakan sekaligus. Di sinilah akan terjadi konflik peran.


Berikutnya. E. Lembaga Sosial

Download


Sumber
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; untuk SMA/MA Kelas X. Esis Erlangga. Jakarta


Soal-Soal
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Esai
3. Soal Pilihan Ganda Evaluasi Semester 1
4. Soal Esai Evaluasi Semester 1

Tambahan
1. Glosarium Materi Sosiologi Kelas X (Kurikulum Revisi 2016)
2. Silabus Sosiologi Kelas X (Kurikulum Revisi)
3. Program Tahunan Sosiologi Kelas X (Kurikulum Revisi)
4. Program Semester Sosiologi Kelas X (Kurikulum Revisi)
5. RPP Sosiologi Kelas X. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi)
6. RPP Sosiologi Kelas X. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial 2 (Kurikulum Revisi) 

Media
1. Power Point Bag. 1
2. Power Point Bag. 2
3. Video Penunjang
4. Materi Pengayaan Sosiologi. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial

Perangkat Pembelajaran (Kur Revisi) New
1. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Silabus (Kur Revisi)
2. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi (Kur Revisi)
3
. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Analisis Keterkaitan KI dan KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran (Kur Revisi)

4. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL) (Kur Revisi)
5. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Pemetaan Kompetensi dan Teknik Penilaian (Kur Revisi)
6. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Format Penentuan Kriteria Ketuntasan (Kur Revisi) Semester 1 dan Semester 2
7. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Jurnal Guru Mengajar (Kur Revisi)
8. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Kalender Pendidikan (Kur Revisi)
9. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Analisis Alokasi Waktu (Kur Revisi)
10. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Analisis Kompetensi (Kur Revisi)
11. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Program Tahunan (Kur Revisi)
12. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. Program Semester (Kur Revisi)
13. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. RPP 1 (Kur Revisi)
14. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. RPP 2 (Kur Revisi)
15. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. RPP 3 (Kur Revisi)
16. Perangkat Pembelajaran Sosiologi Kelas X. RPP 4 (Kur Revisi)
17. RPP Bab 2

Lembar Penilaian Pembelajaran New
1. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. Lampiran Teknik dan Instrumen Penilaian
2. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPP Tes Tertulis PG
3. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPP Tes Tertulis Uraian
4. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPP Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan
5. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPP Penugasan
6. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPK Unjuk Kerja
7. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPK Proyek
8. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPK Produk
9. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. LPK Portofolio
10. Lembar Penilaian Pembelajaran Sosiologi. Rekapitulasi Lembar Penilaian


Kamus
1. Kamus Sosiologi
2. Glosarium Sosiologi. Materi Kelas X
3. Kamus Istilah Sosiologi. Materi Interaksi Sosial
4. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Ahli

Teori-Teori Sosiologi Relevan Materi
1. Biografi dan Autobiografi Tokoh-Tokoh Sosiologi
2. Konstruksi Teoretis Teori-Teori Sosiologi
3. Polemik Internal Teori-Teori Sosiologi
4. Teori-Teori Sosiologi dari Klasik, Kontemporer, dan Postmodern

Teori-Teori Filsafat Relevan Materi
1. Biografi Filsuf
2. Aliran-Aliran Filsafat
3. Teori-Teori Filsafat dari Yunani, Modern, dan Postmodern
4. Teori-Teori Cultural Studies

Artikel Terkait Lainnya
1. Artikel Sosiologi Terkait Materi
2. Pengetahuan Umum Terkait Materi

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Materi Sosiologi Kelas X Belahan 2.1 Individu, Kelompok, Dan Relasi Sosial (Kurikulum Revisi 2016)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel