Jean Baudrillard. Sekilas Pemikiran
Melalui karya-karyanya, Baudrillard memiliki pertolongan besar terhadap perkembangan teori sosial postmodernisme. Karya awal Baudrillard (1968,1970) sangat dipengaruhi oleh perspektif Marxian yang menitikberatkan pada kasus ekonomi. Bedanya, bila Marxian lebih memfokuskan pada produksi, Baudrillard memfokuskan dirinya pada kasus konsumsi. Menurut Baudrillard, objek konsumsi merupakan “sesuatu yang diorganisir oleh tatanan produksi” atau “perluasan kekuatan produktif yang diorganisir”. Baudrillard menambahkan, “konsumsi bukanlah embel-embel kecil bagai putaran kapital... tetapi [merupakan] kekuatan produktif yang penting bagi kapital itu sendiri”.
Untuk mendukung masyarakat biar memanfaatkan hasil-hasil produksi yang sebesar-besarnya, kaum kapitalis membuat sistem komunikasi yang disebutnya dengan “kode” (sign). Kode dikomunikasikan kepada konsumen melalui sistem pemasaran dan iklan yang gencar. Kode, dalam pengertian yang lebih umum merupakan sistem aturan-aturan guna menggabungkan seperangkat terma yang stabil dalam pesan. Melalui arahan yang diciptakan, masyarakat sanggup terstratifikasi sesuai dengan apa yang mereka konsumsi dan membedakan dari masyarakat lain menurut objek yang dikonsumsi. Mengonsumsi objek tertentu membuktikan (secara tidak sadar) kita mengasosiasi diri kita dengan orang yang mengonsumsi objek tersebut dan kita berbeda dengan orang yang mengonsumsi objek lain. Akhirnya, masyarakat, kata Baudrillard, mirip hidup dalam simulasi atau simularca, yang dicirikan dengan ketidakbermaknaan. Manusia kehilangan identitasnya, jati dirinya, dan huruf aslinya, alasannya ialah hidup dalam peran-peran permainan, yang sewaktu-waktu sanggup berganti baju dan cerita.
Baudrillard memfokuskan pada kritik dan analisis masyarakat kontemporer. Banyak perhatian dicurahkan pada duduk kasus arahan dan kontrolnya atas apa yang berlangsung di tengah masyarakat. Dalam pandangan Baudrillard, kita telah memasuki fraktal gres yang dicirikan ketidakbermaknaan dan perkembangan yang terus-menerus. Ini ialah dunia ekstasis dan mirip pertumbuhan kanker yang hipertelik, AIDS, kegemukan, dan sejenisnya.
Secara umum, fatwa Baudrillard memusatkan perhatian pada kultur, yang dilihatnya mengalami revolusi besar-besaran dan merupakan peristiwa besar. Revolusi kultural itu menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang semakin berontak mirip yang diperkirakan pemikir Marxis. Dengan demikian, massa dilihat sebagai “lubang hitam” yang menyerap semua makna, informasi, komunikasi, pesan, dan sebagainya, menjadi tidak bermakna... massa menempuh jalan mereka sendiri, tak mengindahkan upaya yang bertujuan memanipulasi mereka. Ketakacuhan, apatis, dan kelebaman ini merupakan istilah yang pepat untuk melukiskan kejenuhan massa terhadap tanda media, simulasi, dan hiperrealitas.
Sumber
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Download
Baca Juga
1. Jean Baudrillard. Biografi
2. Jean Baudrillard. Teori Sosial Postmodern Ekstrim
3. A Mirror On The Wall: Simulasi dan Simulakrum
4. Posisi Iklan dalam Dinamika Kapitalisme
5. Pengertian Postmodernisme
6. Post-Modernitas
7. Strukturalisme dan Post-Strukturalisme
8. Teori-Teori Konsumsi
9. Teori-Teori Modernitas dan Posmodernitas
Untuk mendukung masyarakat biar memanfaatkan hasil-hasil produksi yang sebesar-besarnya, kaum kapitalis membuat sistem komunikasi yang disebutnya dengan “kode” (sign). Kode dikomunikasikan kepada konsumen melalui sistem pemasaran dan iklan yang gencar. Kode, dalam pengertian yang lebih umum merupakan sistem aturan-aturan guna menggabungkan seperangkat terma yang stabil dalam pesan. Melalui arahan yang diciptakan, masyarakat sanggup terstratifikasi sesuai dengan apa yang mereka konsumsi dan membedakan dari masyarakat lain menurut objek yang dikonsumsi. Mengonsumsi objek tertentu membuktikan (secara tidak sadar) kita mengasosiasi diri kita dengan orang yang mengonsumsi objek tersebut dan kita berbeda dengan orang yang mengonsumsi objek lain. Akhirnya, masyarakat, kata Baudrillard, mirip hidup dalam simulasi atau simularca, yang dicirikan dengan ketidakbermaknaan. Manusia kehilangan identitasnya, jati dirinya, dan huruf aslinya, alasannya ialah hidup dalam peran-peran permainan, yang sewaktu-waktu sanggup berganti baju dan cerita.
Baudrillard memfokuskan pada kritik dan analisis masyarakat kontemporer. Banyak perhatian dicurahkan pada duduk kasus arahan dan kontrolnya atas apa yang berlangsung di tengah masyarakat. Dalam pandangan Baudrillard, kita telah memasuki fraktal gres yang dicirikan ketidakbermaknaan dan perkembangan yang terus-menerus. Ini ialah dunia ekstasis dan mirip pertumbuhan kanker yang hipertelik, AIDS, kegemukan, dan sejenisnya.
Secara umum, fatwa Baudrillard memusatkan perhatian pada kultur, yang dilihatnya mengalami revolusi besar-besaran dan merupakan peristiwa besar. Revolusi kultural itu menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang semakin berontak mirip yang diperkirakan pemikir Marxis. Dengan demikian, massa dilihat sebagai “lubang hitam” yang menyerap semua makna, informasi, komunikasi, pesan, dan sebagainya, menjadi tidak bermakna... massa menempuh jalan mereka sendiri, tak mengindahkan upaya yang bertujuan memanipulasi mereka. Ketakacuhan, apatis, dan kelebaman ini merupakan istilah yang pepat untuk melukiskan kejenuhan massa terhadap tanda media, simulasi, dan hiperrealitas.
Sumber
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Download
Baca Juga
1. Jean Baudrillard. Biografi
2. Jean Baudrillard. Teori Sosial Postmodern Ekstrim
3. A Mirror On The Wall: Simulasi dan Simulakrum
4. Posisi Iklan dalam Dinamika Kapitalisme
5. Pengertian Postmodernisme
6. Post-Modernitas
7. Strukturalisme dan Post-Strukturalisme
8. Teori-Teori Konsumsi
9. Teori-Teori Modernitas dan Posmodernitas
Belum ada Komentar untuk "Jean Baudrillard. Sekilas Pemikiran"
Posting Komentar