Sekilas Fatwa G.W.F. Hegel (1770-1883)

Menurut Terence Ball, “sulit bagi kita mengapresiasi hingga tingkat mana Hegel mendominasi ajaran Jerman di dalam perempat kedua kurun kesembilan belas. Sebagian besar orang akil Jerman—termasuk Marx muda—mendiskusikan sejarah, politik, dan kebudayaan dalam kerangka filsafat Hegel” (1991:25). Pendidikan Marx* di Universitas Berlin dibuat oleh ide-ide Hegel dan juga oleh perpecahan yang berkembang di kalangan pengikut Hegel sehabis kematiannya. “Hegelian Lama” terus menganut ide-ide sang master, sementara “Hegelian Muda”, meskipun masih bekerja di dalam tradisi Hegelian, bersikap kritis terhadap banyak segi dari sistem filosofis Hegel.

Dua konsep menggambarkan esensi filsafat Hegel—dialektika dan idealisme (Beamish, 2007a; Hegel, 1807/1821/1967). Dialektika ialah cara berpikir dan juga citra dunia. Di satu sisi, itu ialah cara berpikir yang menekankan pentingnya proses, hubungan-hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi—suatu cara berpikir dinamis ketimbang statis ihwal dunia. Di sisi lain, dialektika ialah suatu pandangan bahwa dunia bukan terbuat dari struktur-struktur statis melainkan dari proses-proses, hubungan-hubungan, dinamika-dinamika, konflik-konflik, dan kontradiksi-kontradiksi. Meskipun dialektika pada umumnya dihubungkan dengan Hegel, tentu saja dialektika sudah ada di dalam filsafat sebelum dia. Marx*, yang terlatih di dalam tradisi Hegelian, mendapatkan signifikansi dialektika. Akan tetapi, beliau bersikap kritis terhadap beberapa aspek cara Hegel menggunakannya. Contohnya, Hegel cenderung menerapkan dialektika hanya kepada ide-ide saja, sementara Marx* merasa bahwa dialektika juga berlaku bagi aspek-aspek kehidupan yang lebih material, misalnya, ekonomi.

Hegel juga dihubungkan dengan filsafat idealisme* (Kleiner, 2005), yang menekankan pentingnya pikiran dan produk-produk mental ketimbang dunia material. Yang paling penting ialah definisi sosial atas dunia fisik dan material, bukan dunia-dunia itu sendiri. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme menegaskan bahwa yang ada hanyalah pikiran dan pembangunan-pembangunan psikologis. Sejumlah idealis percaya bahwa proses-proses mental mereka akan tetap sama meskipun dunia-dunia fisik dan sosial tidak ada lagi. Para idealis tidak hanya menekankan proses-proses mental tetapi juga ide-ide yang dihasilkan oleh proses-proses tersebut. Hegel menaruh perhatian yang besar kepada perkembangan ide-ide tersebut, khususnya kepada apa yang beliau acu sebagai “roh” masyarakat.

Sesungguhnya Hegel mengatakan sejenis teori evolusioner mengenai dunia di dalam istilah-istilah idealistik. Pertama-tama, insan dianugerahi hanya dengan kemampuan untuk memperoleh pengertian indriawi atas dunia sekitarnya. Mereka sanggup memahami hal-hal menyerupai penglihatan, penciuman, dan mencicipi dunia sosial dan fisik. Kemudian, insan membuatkan kemampuan untuk menyadari, dan mengerti dirinya sendiri. Dengan pengetahuan diri dan pengertian diri, insan mulai memahami bahwa mereka sanggup menjadi lebih dari apa adanya. Dari segi pendekatan dialektis Hegel, suatu pertentangan berkembang di antara apa adanya insan dan apa yang mereka rasakan sanggup diwujudkan. Pemecahan atas pertentangan itu terletak di dalam pengembangan suatu kesadaran individual akan tempatnya di dalam roh masyarakat yang lebih besar. Para individu jadinya menyadari bahwa pemenuhan terakhir mereka terletak pada pengembangan dan ekspansi roh masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian, di dalam bagan Hegel, para individu berevolusi dari suatu pengertian atas benda-benda menuju pengertian atas diri hingga pengertian atas daerah mereka di dalam bagan benda-benda yang lebih besar.

Hegel, lalu memperlihatkan suatu teori evolusi umum ihwal dunia. Teori itu ialah teori subjektif yaitu perubahan dipandang terjadi pada level kesadaran. Akan tetapi, kesadaran itu terjadi sebagian besar di luar kendali para aktor. Para bintang film disusutkan menjadi lebih kecil daripada kapal-kapal yang dibawa serta oleh evolusi kesadaran yang tidak terelakkan.

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Download

Baca Juga
Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)

Belum ada Komentar untuk "Sekilas Fatwa G.W.F. Hegel (1770-1883)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel