Hans Eysenck. Psikopatologi
Teori kepribadian Eysenck menekankan tugas herediter sebagai faktor penentu dalam perolehan traits (sifat) ekstraversi, neurotisme, serta psikotisisme—dan juga kecerdasan. Hal ini sebagian didasarkan pada bukti korelasi hubungan antara aspek-aspek biologis, ibarat CAL (cortical arousal level) dan ANS (automatic nervous system reactivity) dengan dimensi-dimensi kepribadian.
Sebagai catatan, Eysenck juga beropini bahwa semua tingkah laris yang tampak—yakni pada hierarki kebiasaan dan respons spesifik—semuanya (termasuk tingkah laris neurosis) dipelajari dari lingkungan. Menurutnya, keseluruhan dari tiga faktor kepribadian, 75 persen bersifat herediter (diturunkan oleh orang tua) dan hanya 25 persen yang menjadi fungsi lingkungan. Eysenck memang tidak menutupi kemungkinan adanya imbas lingkungan pada kepribadian, ibarat interaksi keluarga di masa kecil ataupun korelasi dengan teman-teman di masa bakir balig cukup akal awal. Akan tetapi, Eysenck memercayai imbas hal tersebut terhadap kepribadian sangat terbatas.
Eysenck beropini inti dari fenomena neurotis ialah reaksi takut yang dipelajari atau terkondisi dari dan oleh lingkungan. Hal itu terjadi manakala satu atau dua stimulus netral diikuti dengan perasaan sakit atau nyeri, baik secara fisik maupun psikis. Bilamana traumanya sangat keras dan mengenai seseorang yang faktor hereditasnya rentan menjadi neurosis, boleh jadi satu insiden traumatis cukup menciptakan orang itu menyebarkan reaksi kecemasan dengan kekuatan besar dan sukar berubah (diatesis-stress model).
Sekali kondisi ketakutan atau kecemasan terjadi, pemicunya akan berkembang bukan hanya terbatas pada objek atau insiden asli, tetapi juga dipicu oleh stimulus lain yang ibarat dengan rangsangan orisinil atau dianggap berkaitan dengannya. Hal ini sanggup disebut stimulus bayang-bayang yang diciptakan oleh pikiran. Setiap kali seseorang menghadapi stimulus yang membuatnya merespons dalam bentuk perjuangan menghindar atau mengurangi kecemasan, Eysenck menganggap orang itu menjadi terkondisi oleh perasaan takut atau cemas dengan rangsangan yang gres saja dihadapinya. Jadi, kecenderungan merespons dengan tingkah laris neurotik semakin usang kian meluas. Akibatnya, reaksi ketakutan orang itu terhadap stimulus yang hanya sedikit ibarat atau bahkan berbeda sama sekali dengan objek atau situasi angker orisinil menjadi berlebihan.
Menurut Eysenck, stimulus gres sanggup begitu saja diikatkan dengan rangsangan asli. Dengan demikian, seseorang mungkin menyebarkan cara merespons stimulus yang terjadi serta merta akhir keberadaannya tanpa didasari tujuan fungsional. Eysenck menolak analisis psikodinamika yang memandang tingkah laris neurotik dikembangkan untuk mengurangi kecemasan. Menurutnya, tingkah laris neurotik sering dikembangkan tanpa alasan yang terang dan sering menjadi kontraproduktif sehingga semakin meningkatkan kecemasan, bukan menguranginya.
Jenis tanda-tanda atau gangguan psikologis yang cenderung berkembang ialah berkaitan dengan karakteristik kepribadian dasar dan prinsip-prinsip fungsi sistem saraf. Menurut Eysenck, orang ekstrover biasanya mempunyai level rangsangan cortical (CAL) yang tinggi. Sebaliknya, seorang introver pada umumnya mempunyai level CAL yang lebih rendah. Orang yang mengalami gangguan fobia dan obsesif-kompulsif biasanya tergolong introver. Sementara itu, orang yang kerap mengalami problem keseimbangan mental—misalnya paralisis histerikal—atau gangguan ingatan (contohnya amnesia) biasanya termasuk kategori ekstrover.
Eysenck juga menemukan korelasi antara dimensi normality-neurocitism dengan automatic nervous system reactivity. Orang dengan reaktivitas sistem saraf otonom tinggi cenderung menyebarkan gangguan neurotik. Orang yang mempunyai skor neurotik tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional berlebihan dan sulit kembali normal setelah emosinya meningkat. Sebagian besar pasien neurotik cenderung mempunyai neurotisisme tinggi dan skor ekstraversi yang rendah. Sebaliknya, penjahat dan orang-orang antisosial cenderung mempunyai skor neurotisisme, ekstraversi, dan psikotis tinggi. Individu-individu semacam ini mengatakan tingkat pembelajaran yang lemah mengenai norma-norma sosial.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Hans Eysenck. Biografi Psikolog
2. Hans Eysenck. Teori Kepribadian
Sebagai catatan, Eysenck juga beropini bahwa semua tingkah laris yang tampak—yakni pada hierarki kebiasaan dan respons spesifik—semuanya (termasuk tingkah laris neurosis) dipelajari dari lingkungan. Menurutnya, keseluruhan dari tiga faktor kepribadian, 75 persen bersifat herediter (diturunkan oleh orang tua) dan hanya 25 persen yang menjadi fungsi lingkungan. Eysenck memang tidak menutupi kemungkinan adanya imbas lingkungan pada kepribadian, ibarat interaksi keluarga di masa kecil ataupun korelasi dengan teman-teman di masa bakir balig cukup akal awal. Akan tetapi, Eysenck memercayai imbas hal tersebut terhadap kepribadian sangat terbatas.
Eysenck beropini inti dari fenomena neurotis ialah reaksi takut yang dipelajari atau terkondisi dari dan oleh lingkungan. Hal itu terjadi manakala satu atau dua stimulus netral diikuti dengan perasaan sakit atau nyeri, baik secara fisik maupun psikis. Bilamana traumanya sangat keras dan mengenai seseorang yang faktor hereditasnya rentan menjadi neurosis, boleh jadi satu insiden traumatis cukup menciptakan orang itu menyebarkan reaksi kecemasan dengan kekuatan besar dan sukar berubah (diatesis-stress model).
Sekali kondisi ketakutan atau kecemasan terjadi, pemicunya akan berkembang bukan hanya terbatas pada objek atau insiden asli, tetapi juga dipicu oleh stimulus lain yang ibarat dengan rangsangan orisinil atau dianggap berkaitan dengannya. Hal ini sanggup disebut stimulus bayang-bayang yang diciptakan oleh pikiran. Setiap kali seseorang menghadapi stimulus yang membuatnya merespons dalam bentuk perjuangan menghindar atau mengurangi kecemasan, Eysenck menganggap orang itu menjadi terkondisi oleh perasaan takut atau cemas dengan rangsangan yang gres saja dihadapinya. Jadi, kecenderungan merespons dengan tingkah laris neurotik semakin usang kian meluas. Akibatnya, reaksi ketakutan orang itu terhadap stimulus yang hanya sedikit ibarat atau bahkan berbeda sama sekali dengan objek atau situasi angker orisinil menjadi berlebihan.
Menurut Eysenck, stimulus gres sanggup begitu saja diikatkan dengan rangsangan asli. Dengan demikian, seseorang mungkin menyebarkan cara merespons stimulus yang terjadi serta merta akhir keberadaannya tanpa didasari tujuan fungsional. Eysenck menolak analisis psikodinamika yang memandang tingkah laris neurotik dikembangkan untuk mengurangi kecemasan. Menurutnya, tingkah laris neurotik sering dikembangkan tanpa alasan yang terang dan sering menjadi kontraproduktif sehingga semakin meningkatkan kecemasan, bukan menguranginya.
Jenis tanda-tanda atau gangguan psikologis yang cenderung berkembang ialah berkaitan dengan karakteristik kepribadian dasar dan prinsip-prinsip fungsi sistem saraf. Menurut Eysenck, orang ekstrover biasanya mempunyai level rangsangan cortical (CAL) yang tinggi. Sebaliknya, seorang introver pada umumnya mempunyai level CAL yang lebih rendah. Orang yang mengalami gangguan fobia dan obsesif-kompulsif biasanya tergolong introver. Sementara itu, orang yang kerap mengalami problem keseimbangan mental—misalnya paralisis histerikal—atau gangguan ingatan (contohnya amnesia) biasanya termasuk kategori ekstrover.
Eysenck juga menemukan korelasi antara dimensi normality-neurocitism dengan automatic nervous system reactivity. Orang dengan reaktivitas sistem saraf otonom tinggi cenderung menyebarkan gangguan neurotik. Orang yang mempunyai skor neurotik tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional berlebihan dan sulit kembali normal setelah emosinya meningkat. Sebagian besar pasien neurotik cenderung mempunyai neurotisisme tinggi dan skor ekstraversi yang rendah. Sebaliknya, penjahat dan orang-orang antisosial cenderung mempunyai skor neurotisisme, ekstraversi, dan psikotis tinggi. Individu-individu semacam ini mengatakan tingkat pembelajaran yang lemah mengenai norma-norma sosial.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Hans Eysenck. Biografi Psikolog
2. Hans Eysenck. Teori Kepribadian
Belum ada Komentar untuk "Hans Eysenck. Psikopatologi"
Posting Komentar