Carl Jung. Prinsip Kerja Jiwa
Sebelumnya sudah dijelaskan pembagian terstruktur mengenai mengenai jiwa. Kini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan gerak serta dinamika atau kerja jiwa. Jung menyatakan bahwa prinsip kerja jiwa ada tiga.
a. Prinsip oposisi
Prinsip oposisi mengacu pada kenyataan perihal adanya pikiran-pikiran yang berlawanan dengan sesuatu yang akan kita lakukan. Misalnya, seseorang ingin berjalan ke barat. Namun, ia berpikir apakah kalau berjalan ke barat ia akan berhasil, mendapat rasa aman, serta menuai sesuatu menyerupai yang diharapkan. Pertentangan-pertentangan inilah yang memicu munculnya energi. Semakin besar lengan berkuasa kontradiksi terjadi maka kian besar energi yang dihasilkan
b. Prinsip kesamaan
Prinsip kesamaan ini berkaitan dengan energi yang dihasilkan akhir pertentangan-pertentangan di alam pikiran manusia. Seluruh energi akan didistribusikan secara sama terhadap segala hal yang bertentangan di alam pikiran. Mengacu pada pola prinsip oposisi, seseorang memutuskan untuk tetap berjalan ke barat. Maka, ia akan mempunyai energi yang cukup untuk melakukannya. Akan tetapi, kalau menentukan mengurungkan niat itu, ia juga mempuntai energi cukup untuk melakukannya. Jadi, energi yang menghalangi “aku” sama besarnya dengan yang menyuruh.
Di dalam prinsip kesamaan terdapat sesuatu yang disebut “kompleks” yaitu bentuk pikiran dan perasaan yang ditekan menjadi semacam penyangkalan terhadap pikiran. Sebagai contoh, seseorang telah melaksanakan perbuatan yang keliru. Namun, ia tetap menyampaikan bahwa dirinya baik-baik saja. Dengan kata lain, ia tidak mengakui telah melaksanakan perbuatan yang salah.
c. Prinsip entropi
Prinsip entropi yaitu kecenderungan oposisi untuk hadir secara bersamaan sehingga menciptakan energi yang ditimbulkannya lenyap. Artinya, setiap energi mengalir ke segala arah tanpa terkendali. Misalnya, seorang sampaumur sanggup dengan sangat cepat mengubah kepribadiannya dari yang semula urakan menjadi religius. Seiring bertambahnya usia, ia menyadari di dalam dirinya ada “sisi pemberontak” dan “agamis” sekaligus. Akan tetapi, ia telah menentukan jalan hidup religius dan merasa nyaman dengan itu. Proses keluar dari oposisi ini, yaitu menentukan salah satu posisi dengan tetap menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat dua posisi yang berlainan disebut Jung sebagai transendensi.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Carl Jung. Biografi Psikolog
2. Carl Jung. Teori Psikologi Analitis
3. Carl Jung. Tipologi Kepribadian
4. Carl Jung. Perkembangan Kepribadian dan Proses Individuasi
a. Prinsip oposisi
Prinsip oposisi mengacu pada kenyataan perihal adanya pikiran-pikiran yang berlawanan dengan sesuatu yang akan kita lakukan. Misalnya, seseorang ingin berjalan ke barat. Namun, ia berpikir apakah kalau berjalan ke barat ia akan berhasil, mendapat rasa aman, serta menuai sesuatu menyerupai yang diharapkan. Pertentangan-pertentangan inilah yang memicu munculnya energi. Semakin besar lengan berkuasa kontradiksi terjadi maka kian besar energi yang dihasilkan
b. Prinsip kesamaan
Prinsip kesamaan ini berkaitan dengan energi yang dihasilkan akhir pertentangan-pertentangan di alam pikiran manusia. Seluruh energi akan didistribusikan secara sama terhadap segala hal yang bertentangan di alam pikiran. Mengacu pada pola prinsip oposisi, seseorang memutuskan untuk tetap berjalan ke barat. Maka, ia akan mempunyai energi yang cukup untuk melakukannya. Akan tetapi, kalau menentukan mengurungkan niat itu, ia juga mempuntai energi cukup untuk melakukannya. Jadi, energi yang menghalangi “aku” sama besarnya dengan yang menyuruh.
Di dalam prinsip kesamaan terdapat sesuatu yang disebut “kompleks” yaitu bentuk pikiran dan perasaan yang ditekan menjadi semacam penyangkalan terhadap pikiran. Sebagai contoh, seseorang telah melaksanakan perbuatan yang keliru. Namun, ia tetap menyampaikan bahwa dirinya baik-baik saja. Dengan kata lain, ia tidak mengakui telah melaksanakan perbuatan yang salah.
c. Prinsip entropi
Prinsip entropi yaitu kecenderungan oposisi untuk hadir secara bersamaan sehingga menciptakan energi yang ditimbulkannya lenyap. Artinya, setiap energi mengalir ke segala arah tanpa terkendali. Misalnya, seorang sampaumur sanggup dengan sangat cepat mengubah kepribadiannya dari yang semula urakan menjadi religius. Seiring bertambahnya usia, ia menyadari di dalam dirinya ada “sisi pemberontak” dan “agamis” sekaligus. Akan tetapi, ia telah menentukan jalan hidup religius dan merasa nyaman dengan itu. Proses keluar dari oposisi ini, yaitu menentukan salah satu posisi dengan tetap menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat dua posisi yang berlainan disebut Jung sebagai transendensi.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Carl Jung. Biografi Psikolog
2. Carl Jung. Teori Psikologi Analitis
3. Carl Jung. Tipologi Kepribadian
4. Carl Jung. Perkembangan Kepribadian dan Proses Individuasi
Belum ada Komentar untuk "Carl Jung. Prinsip Kerja Jiwa"
Posting Komentar