Al-Kindi. Falsafat Jiwa

Jiwa dipandang intisari dari insan dan para filsuf Islam banyak membicarakan ini. Menurut Al-Kindi, roh tidak tersusun (simple), tetapi mempunyai arti penting, tepat dan mulia. Substansinya berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan korelasi cahaya dengan matahari. Roh berbeda dengan tubuh dan mempunyai wujud sendiri. Argumen yang dipakai Al-Kindi ihwal perbedaan roh dari tubuh ialah keadaan tubuh mempunyai hawa nafsu (carnal desire) dan sifat pemarah (passion). Sementara roh menentang harapan hawa nafsu dan passion. Dengan pelantaraan roh, insan memperoleh pengetahuan yang sebenarnya. Ada dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan pancaindra dan pengetahuan akal. Pengetahuan pancaindra mengenai yang lahir-lahir saja.
Dalam hal ini insan dan hewan sama. Adapun pengetahuan nalar merupakan hakikat dan hanya sanggup diperoleh oleh insan dengan syarat beliau melepaskan dirinya dari sifat hewan yang ada dalam tubuhnya. Caranya ialah dengan meninggalkan dunia dan berpikir serta berkontemplasi ihwal wujud. Dengan kata lain, seseorang harus bersifat zahid. Jika roh telah sanggup meninggalkan harapan badan, higienis dari segala roda kematerian, dan senantiasa berpikir ihwal hakikat wujud, beliau akan menjadi suci dan sanggup menangkap citra segala hakikat, tidak ubahnya menyerupai cermin yang sanggup menangkap citra dari benda-benda yang ada di depannya.

Pengetahuan dalam paham ini merupakan emanasi. Sebagai cahaya dari Tuhan, roh sanggup menangkap ilmu-ilmu yang ada pada Tuhan. Jika ruh kotor, sebagaimana halnya dengan cermin yang kotor, roh tidak sanggup mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang dipancarkan oleh cahaya yang berasal dari Tuhan. Roh bersifat kekal dan tidak hancur dengan hancurnya badan. Ia tidak hancur alasannya substansinya berasal dari substansi Tuhan. Ia ialah cahaya yang dipancarkan Tuhan. Selama dalam badan, roh tidak memperoleh kesenangan yang bekerjsama dari pengetahuannya tidak sempurna. Hanya sehabis bercerai (meninggalkan dunia) dengan badan, roh memperoleh kesenangan bekerjsama dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah bercerai dengan badan, roh pergi ke alam kebenaran atau alam nalar (Tuhan) di atas bintang-bintang, di dalam lingkungan cahaya Tuhan, akrab dengan Tuhan dan sanggup melihat Tuhan. Di sinilah terletak kesenangan awet dari roh.

Hanya roh yang suci di dunia ini yang sanggup pergi ke alam kebenaran. Roh yang masih kotor dan belum higienis pergi dahulu ke bulan. Setelah berhasil membersihkan diri di sana, beliau pindah ke Merkuri. Ia naik setingkat demi setingkat, hingga sehabis benar-benar bersih, beliau hingga ke alam akal, dalam lingkungan cahaya Tuhan dan melihat Tuhan. Jiwa mempunyai tiga daya: daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Daya berpikir itu disebut akal.

Menurut Al-Kindi ada tiga macam akal, yaitu nalar yang bersifat potensial, nalar yang telah keluar dari sifat potensial menjadi aktual, dan nalar yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas yang disebut nalar yang kedua.

Akal yang bersifat potensial tidak sanggup mempunyai sifat faktual jikalau tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh alasannya itu, bagi Al-Kindi ada lagi satu macam nalar yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bernama: nalar yang selamanya dalam aktualitas. Akal ini, alasannya selamanya dalam aktualitas, ialah menciptakan nalar yang bersifat potensial dalam roh insan menjadi aktual.

Sifat-sifat nalar ini adalah: (1) merupakan Akal Pertama; (2) selamanya dalam aktualitas; (3) spesies dan genus; (4) menciptakan nalar potensial menjadi faktual berpikir; (5) tidak sama dengan nalar potensial.

Bagi Al-Kindi, insan disebut cendekia jikalau telah mengetahui universal, yaitu memperoleh nalar di luar itu. Akal Pertama bagi Al-Kindi mengandung arti banyak, alasannya beliau ialah universal. Sebagai limpahan dari Yang Mahasatu, nalar inilah yang pertama-tama merupakan yang banyak.

Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 

Download

Baca Juga
1. Al-Kindi. Riwayat Hidup
2. Al-Kindi. Karya Filsafat
3. Al-Kindi. Pemikiran Filsafat
3. Al-Kindi. Filsafat Ketuhanan
5. Arah dan Pembagian Filsafat Al-Kindi 
6. Al-Kindi. Tentang Alam
7. Al-Kindi. Tentang Roh dan Akal
8. Al-Kindi. Tuhan Yang Maha Esa Menjadi Topik Utama

Belum ada Komentar untuk "Al-Kindi. Falsafat Jiwa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel