Sejarah Kronologi Pendudukan Jepang Di Indonesia Pasca Pd Ii
Perang Dunia II di Kawasan Asia Pasifik 1941-1945) ialah perluasan dari Perang Dunia 11 yang terjadi di Eropa. Seiring dengan kemenangan Jerman (sekutu Jepang),di banyak sekali front pertempuran Jepang melaksanakan perluasan ke Kawasan Asia Pasifik yang dilandasi oleh ambisi untuk membangun suatu wilayah kekuasaan di Asia, terutama Asia Tenggara.
Wilayah kekuasaan tersebut sangat diharapkan sebagai sumber materi mentah (bahan baku) industri, tempat menanam modal, serta tempat memasarkan hasil industri. Selain itu, wilayah kekuasaan tersebut juga diharapkan untuk memotong garis perbekalan musuh yang ada di daerah itu.
Pelaksanaan perluasan diawali dengan melaksanakan penyerangan ke daerah-daerah koloni Eropa di Asia Tenggara. Penyerangan terhadap awalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour menjadi awal meletusnya Perang Dunia II di daerah Asia Pasifik.
World War II in Asia Pacific Area (1941-1945) was the extension of World War II that happened in Europe. Along with Germany victory (Japguase ally) in vario us encounter fronts, the Japguase performed expansion to Asia Pacific Area which was based on ambition to build a power region in Asia, especially South-East Asia.
The regional of the power was in great need as source of industrial raw material, place to invest capital, and also place to market the industrial product. Besides, the power region was also needed to cut the line provisions of enemy existed in that area.
The execution of expansion was preceded by attacking the European colony areas in South-East Asia. The attack toward the United States naval base in Pearl Harbour became early eruption of World War II in Asia Pacific area.
After the attack against the American naval bases was successful, the Japguase continued its attack to Luzon and Bataan (Philippine). Then, the Japguase controlled Hainan, Bangkok, Burmese and Davao. The Japa-nese attack was going on to Indonesia. By then, Indonesia was occupied by the governance of the Dutch Indies.
Thereby, Governor General of the Dutch Indies, Tjarda Van of Starkenborgh Stachouwer, declared war to the Japguase. But, because the relation with the government in Netherland was cut, finally the Dutch Indies army in Indonesia did not succeed to fight against the Japguase army. In the aftermath, the regions which had been controlled by the Dutch Indies were grabbed and occupied by the Japguase.
Sesudah penyerangan terhadap awalan Angkatan Laut Amerika berhasil, Jepang melanjutkan penyerangannya ke Luzon dan Bataan (Filipina). Kemudian, Jepang menguasai Hainan, Bangkok, Burma dan Davao. Serangan Jepang terus berlanjut hingga ke Indonesia. Pada waktu itu, Indonesia sedang diduduki oleh pemerintahan Hindia Belanda.
melaluiataubersamaini demikian, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, menyatakan perang kepada Jepang. Tetapi, sebab terputusnya korelasi dengan pemerintah di negara Belanda, alhasil tentara Hindia Belanda di Indonesia tidak berhasil melawan tentara Jepang. Akibatnya, daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh Hindia Belanda berhasil direbut dan diduduki oleh Jepang.
The regions wexe Tarakan which was grabbed on January 12, 1942, Balikpapan was grabbed on January 24, 1942, hereinafter Pontianak (January 29, 1942), Samarinda (February 3, 1942), Kotabangun (Feb-ruary, 3 1942), Ambon (February 4, 1942) and Banjarmasin was grabbed on February 10, 1942. Afterwards the Japguase grabbed Palembang as a mean to dissociate Batavia (Dutch center) with Singapore (English center). On February 15, 1942, Singapore also fell into the hands of the Japguase.
Daerah-daerah tersebut ialah Tarakan yang direbut pada tanggal 12 Januari1942, Balikpapan yang direbut pada tanggal 24 Januari 1942, selanjutnya Pontianak (29 Januari 1942), Samarinda (3 Februari 1942), Kotabangun (3 Februari 1942), Ambon (tanggal 4 Februari 1942) dan Banjarmasin direbut pada tanggal 10 Februari 1942. Sesudah itu Jepang merebut Palembang dengan tujuan untuk memisahkan Batavia (pusat Belanda) dengan Singapura (pusat Inggris). Pada tanggal 15 Februari 1942, Singapura pun jatuh ke tangan Jepang.
On February 19, 1942, on Java Sea battle, Japguase troops succeeded to shatter the allied forces (Dutch, English, United States, and Australian). The allied forces were under command of ABDACOM (American British Dutch Australian Command), led by General Sir Archibald Wavell. The headquarter of ABDACOM was located at Lembang Bandung (West Java). The operation of alliance team aimed to maintain domination of Ally nations in Asia Pa-cific Area.
Pada tanggal 19 Februari 1942, pada pertempuran di Laut Jawa, pasukan Jepang berhasil menghancurkan pasukan adonan Sekutu (Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Australia). Pasukan adonan Sekutu tersebut berada di bawah komando ABDACOM (American British Dutch Australian Command), yang dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell. Markas ABDACOM terletak di Lembang Bandung (Jawa Barat). Operasi pasukan adonan tersebut bertujuan untuk mempertahankan dominasi negara-negara Sekutu di Kawasan Asia Pasifik.
Finally, in one month Japguase could domineer South-East Asia. The countries controlled were Indo China, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Philippine, Singapore, and Indonesia.
Pada akhirnya, Asia Tenggara sanggup dikuasai oleh Jepang dalam waktu satu bulan. Negara-negara yang dikuasainya ialah Indo Cina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, Singapura, dan Indonesia.
In 1942, Japguase succeeded to defeat the Dutch, so that the Dutch surrendered at discretion to Japguase in a building which existed at the military airfield of Kalijati, Subang (West Java). This matter made the Indonesian people convinced that Japa-nese had assisted Indonesia in chasing away the colonist. The trust of the Indonesian nation was exploited by Japguase who would form a military government in Indonesia with a reason to fight against the colonist group, specially the Dutch.
Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengalahkan Belanda, sehingga Belanda mengalah tanpa syarat kepada Jepang di gedung yang terdapat di lapangan terbang militer Kalijati, Subang (Jawa Barat). Hal ini membuat rakyat Indonesia yakin bahwa Jepang sudah memmenolong Indonesia dalam mengusir penj ajah. Kepercayaan bangsa Indonesia tersebut dimanfaatkan oleh Jepang yang akan membentuk pemerintahan militer di Indonesia dengan dalih untuk melawan kaum penjajah, khususnya Belanda.
Besides, the Japguase continued to launch propaganda. The Japguase named themselves as "Older Brother" who would free the Indone-sian nation that was considered as "Younger Brother" of the Japguase from Western colonization shackles. Assuring more the Indonesian nation, the Japguase promised that independence would be passed to Indonesia if Indonesia had been able to be their own. However, with reason a war was still going on, the governance was still held by the Japguase, and Japguase prohibited all Indonesian nation to run a political activity.
Selain itu, Jepang terus melancarkan propaganda. Jepang menamakan dirinya sebagai "Saudara Tua" yang akan membebaskan bangsa Indonesia yang dianggap sebagai "Saudara Muda" Jepang dari belenggu penjajahan Barat. Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang menjanjikan bahwa kemerdekaan akan didiberikan kepada Indonesia apabila Indonesia sudah sanggup berdiri sendiri. Akan tetapi, dengan alasan masih dalam keadaan perang, pemerintahan masih dipegang oleh Jepang, dan Jepang melarang seluruh acara politik bangsa Indonesia.
As a matter of fact, in the period of the Japguase occupation, the Indonesian people suffered more compared to previous colonization. The Japguase oppressed and extorted the Indonesian people. When the Japguase founded a military government, then all kinds of activity were directed for the sake of war.
Pada kenyataannya, dalam masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia lebih menderita dibandingkan dengan penjajahan sebelumnya. Jepang menindas dan memeras rakyat Indonesia. Ketika Jepang membentuk pemerintahan militer, maka tiruana jenis acara diarahkan untuk kepentingan perang.
During the occupation in Indonesia, the Japguase divided Indonesia into three military government zones as follows.
Selama pendudukan di Indonesia, Jepang membagi. Indonesia ke dalam tiga wilayah pemerintahan militer, yaitu sebagai diberikut.
- Zone I, governed by the sixteenth Army of Rikugun (Ground Force), consisted of Java and of Madura. Its center was in Lakarta.
"Wilayah I, diperintah oleh Tentara ke-16 Rikugun (Angkatan Darat), terdiri atas Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta".
- Zone H, governed by the twenty-fifth Army of Rikugun (Ground Force), for the region of Sumatra. Its center was in Bukittinggi.
"Wilayah II, diperintah oleh Tentara ke-25 Rikugun (Angkatan Darat), untuk daerah Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi".
- Zone III, governed by Second Southern Armada of Kaigun (Navy)," consisted of regions of Kalimantan, Sulawesi, Moluccas, Bali, and South-East Islands. Its center was in Makasar (Ujung Pandang).
"Wilayah III, diperintah oleh Armada Selatan kedua Kaigun (Angkatan Laut), terdiri atas daerah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara. Pusatnya di Makasar (Ujung Pandang)".
Picture 3.5 I Gambar 3.5 Poster which contained the Japguase propaganda in order that the people felt sympathy to the Japguase. Poster yang meliputi propaganda Jepang, semoga rakyat simpati kepada Jepang. In line with the aslily aim, the Japguase wished to get support of nations in Asian regions which had been conquered, especially to assist in action against the Ally. The Japguase required fund and another com-bat aid from the colonized regions. Indonesia provided enough natural resources and human resource. Therefore, the Japguase exploited this condition by performing extortion.
Sesuai dengan tujuan tiruanla, Jepang ingin mendapat proteksi dari negara-negara di wilayah Asia yang sudah ditaklukkannya, terutama untuk memmenolong dalam perang menghadapi Sekutu. Jepang membutuhkan dana dan menolongan tempur lainnya dari daerah-daerah yang dijajahnya. Indonesia cukup menyediakan kekayaan alam dan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, Jepang memanfaatkan keadaan ini dengan melaksanakan pemerasan.
Sumber Pustaka: Yrama Widya
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Kronologi Pendudukan Jepang Di Indonesia Pasca Pd Ii"
Posting Komentar