Download Makalah Analisis Kebutuhan Bermain Anak Usia Dini
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk membantu seorang anak mencapai potensinya secara optimal, orangtua harus memastikan bahwa tahun-tahun prasekolah dipenuhi dengan kegembiraan.Bagi seorang anak, bermain ialah berguru dan berguru ialah menyenangkan.Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan danperkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak.Dengan bermain anak sanggup mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.Pada dasarnya bawah umur gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok.Bermain ialah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain mempunyai fungsi yang sangat luas, menyerupai untuk anak, untuk guru, orang renta dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain sanggup mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.
Fungsi bermain bagi guru dan orangtua ialah supaya guru dan orangtua sanggup memahami huruf anak, jalan pikiran anak, sanggup intervensi, kerja sama dan berkomunikasi dengan anak.Fungsi lainnya ialah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan prosedur integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS KEBUTUHAN BERMAIN ANAK
Bermain bagi anak, selain merupakan alat berguru juga merupakan kebutuhan
bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak.terutama pada ketika di usia dini,menurut Laurence Tecik diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada ketika bermain anak sanggup memenuhi kebutuhan geraknya. Penelitian oleh Kemper dinegri Belanda dengan memasangkan alat pedometer (alat pengukur langkah , skor 1 (satu) setara dengan satu langkah) anak yang aktif melaksanakan 102.000 langkah/ minggu, maka rerata memerlukan aktifitas fisik perhari ialah 102.000 : 7 = 14.000 per hari atau setara dengan 3,5 jam, bila 2 X 45 menit membuktikan skor 4000 langkah. Kebutuhan 3,5 jam tersebut mustahil dipenuhi pada jam pelajaran di sekolah. Oleh alasannya ialah itu guru pendidikan jasmani harus sanggup memenuhi kebutuhan gerak anak didiknya dengan banyak sekali alternatif permainan yang sanggup dimainkan siswa ketika jam istirahat atau dirumah, lantaran anak tidak merasa betah bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih banyak dan merasa bangga ketika menyongsong jam istirahat lantaran mempunyai kesempatan untuk bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan kondisinya.
Sedangkan berdasarkan Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya menawarkan imbas positif terhadap pertumbuhan organ badan anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal positif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih
kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak :
A. Anak sanggup kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik
(melatih keterampilan motorik bergairah dan motorik halus), perkembangan psiko sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan).
B. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.
C. Bermain bagi anak ialah untuk melepaskan diri dari ketegangan.
D. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya.
E. Melalui bermain anak–anak sanggup mengeluarkan energi yang ada dalamdirinya kedalam acara yang menyenangkan.
F. Melalui bermain bawah umur sanggup mengembangkan imajinasinya seluas mungkin.
G. Melalui bermain bawah umur sanggup berpetualang menjelajah lingkungan danmenemukan hal-hal gres dalam kehidupan.
H. Melalui bermain anak sanggup berguru bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan berguru menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
I. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.
J. Bermain sanggup mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
K. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada kiprah tertentu.
B. TAHAP KEBUTUHAN BERMAIN ANAK
1. Usia 0-1 tahun, Dibutuhkan lingkungan bermain yang bermacam-macam dan menawarkan stimulasi yang mendorong pengenalan pola-pola dan bentuk melalui penglihatan (alat sensori utama insan untuk belajar). suara, sentuhan, pembelajaran kemajuan ke banyak sekali pengalaman berguru gampang di suatu lingkungan.
2. Usia 1-2 tahun, Kegiatan-kegiatan kreatif diharapkan untuk menawarkan ruangan bagi pengekspresian pikiran-pikiran dan perasaan, disamping sebagai pengalaman-pengalaman untuk menguji coba batas-batas dunia anak usia dini. Permainan kreatif menawarkan anak cara untuk menjelajahi dunia khayal dan mengembangkan imajinasi melalui permainan dan peran.
3. Usia 2-3 tahun, Pada usia ini permainan anak tentunya menjadi lebih kreatif dan imajinatif. Bermain kiprah dan kotak-kotak kostum semakin sering digunakan. Anak mulai memakai kuas, dan crayon-crayon yang kecil. Balok-balok yang dipakai juga semakin banyak bentuknya untuk dimainkan dan membangun sesuatu.
4. Usia 3-4 tahun, Pentingnya bermain secara pribadi maupun tidak pribadi tidak sanggup diremehkan. Melalui aktivitas-aktivitas bermain, banyak sekali prilaku sanggup dicoba tanpa perlu khawatir dan membahayakan. Bermain kiprah juga sanggup dilakukakan oleh anak. Permainan kreatif ketika ini bisa dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas sekolah, dan bisa juga mengembangkan berfikir banyak sekali cara untuk memecahkan banyak sekali masalah.
5. Usia 4-5 tahun, Anak-anak prasekolah semakin kreatif dan sangat suka bereksperimen lantaran hanya melalui pengalaman bawah umur merencanakan dan mengembangkan sekumpulan cara untuk melaksanakan sesuatu. Orangtua sanggup membantu mengembanggkan bakat-bakat anak melalui bermacam-macam aktifitas kreatif.
C. BERMAIN BERTUJUAN UNTUK PENGEMBANGAN
Para peneliti telah menemukan bahwa nilai-nilai bermain ialah sangat luas dan mengelilingi anak secara kognitif, social, emosi, dan fisik. Beberapa perkembangan anak ketika bermain. Yaitu:
1. Perkembangan kognitif, bermain ialah media penting dalam proses berfikir, yang berperan dalam perkembangan kognitif dengan menawarkan cara terhadap banyak sekali pengalaman yang memperkaya pemikiran anak-anak. Bermain sanggup melatih kemampuan anak menghadapi pengalaman, bermain mengkonsilidasi kemahiran-kemahiran mental yang baru, bermain berperan mengembangkan pikiran abstrak, bermain juga sanggup melatih kreatifitas anak.
2. Perkembangan sosial, belajar melihat dari suatu sudut pandang. Bermain membantu anak berguru bersikap benar sesuai norma-norma standard yang diterima dan melihat dari sudut pandang lain. Proses penting untuk perkembangan social anak adalah:
a. Kesempatan menerapkan praktek pola-pola sosial yang tak terbatas. Anak-anak mencoba konvensi-konvensi sosial melalui bermain.
b. Mendorong anak berinteraksi sosial.
3. Perkembangan emosi, Media verbal pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Dalam bermain, anak merasa nyaman dan menguasai perasaan-perasaannya. Dimana ia sanggup mengekspresikan perasan-perasaan yang tak sanggup diterima dengan cara-cara yang sanggup di terima. Anak sanggup memahami perasan-perasaan yang bertentangan. Seperti:
a. Melembutkan kenyataan-kenyataan kehidupan
b. Media pelepasan bagi bawah umur yang stress
c. Memberikan kesempatan untuk memahami diri
4. Perkembangan fisik
a. Perkembangan fisik dan motorik
b. Membantu menguji system keseimbangan
c. Berpartisipasi terhadap pengembangan koordinasi tangan dan mata.
D. TERAPI BERMAIN UNTUK KEBUTUHAN ANAK
Terapi bermain ialah metode terapi yang menyenangkan, berlangsung dalam waktu singkat, bertujuan untuk meningkatan kedekatan, rasa percaya diri dan keterikatan yang menyenangkan sehingga anak mempunyai tingkah laris yang sehat dan kreatif sesuai dengan usianya, yang sanggup dilakukan oleh orang renta di rumah. Terapi bermain sanggup dilakukan pada semua usia anak, namun sering dilakukan pada usia 18 bulan sampai 12 tahun. Terapi bermain secara umum sanggup diterapkan dalam banyak sekali duduk masalah perilaku, mulai dari sikap menarik diri, depresi dan pasivitas sampai agresivitas dan hiperaktivitas.
Contoh-contoh kegiatan yang didasarkan pada dimensi-dimensi terapi bermain:
1. Beanbag game: tempatkan beanbag atau boneka mainan yang lembut diatas kepala orang tua. Letakkan tangan orang renta di bawah tangan anak yang terulur untuk menangkap boneka tersebut. Beri gejala dan jatuhkan boneka tersebut ke tangan anak dengan memiringkan kepala orang renta ke arah tangan anak.
2. Buatlah gambar telapak tangan atau telapak kaki anak di selembaran kertas.
3. Salah satu orang renta menyembunyikan bola kapas, contohnya dibelakang telingan anak dan minta orang renta yang lain untuk menemukannya.
4. kedua orang renta duduk berhadapan dengan dipisahkan oleh selimut kecil, anak dalam kondisi dipangkuan salah satu orang tua. Dengan memakai tanda atau memanggil nama anak, selimut diangkat oleh kedua orang renta dan anak diminta untuk berjalan, berlari atau merangkak di bawah selimut ke arah orang renta yang satunya.
5. Orang renta dan anak merangkak secepat mungkin mengelilingi bantal. Usahakan untuk sanggup menangkap kaki orang yang ada di depannya. Jika anak berhasil menangkap kaki orang tua, balik arah dan lakukan sebaliknnya, orang renta berusaha menangkap kaki anak.
6. Minta anak duduk/berbaring di atas bantal besar dan minta ia untuk memegang tepi bantal. Panggil nama anak dan bila beliau menatap mata orang tua, tarik bantal tersebut berkeliling ruangan. Jika anak berhenti menatap mata orang tua, berhentilah menarik bantal.
7. Anak berpindah ayunan dari lengan orang renta yang satu ke lengan orang renta yang lain.
8. Tekan hidung anak dan katakan “tin..tin” tekan dagu dan katakanlah “tet”. Arahkan anak anda untuk menyentuh hidung dan dagu orang tua. Katakan “tin..tin” ketika menyentuh hidung orang renta dan “tet” ketika anak menyentuh dagu orang tua. Anak mungkin juga sanggup menghasilkan suara-suara sendiri.
9. ci luk ba
10. orang renta menggembungkan pipinya dan bantu anak untuk “meletuskan” pipi tersebut dengan tangan anak
11. orang renta meletakkan anak diatas lutut, dan mengangkat-ngangkat anak dengan kecepatan yang bervariasi secara hati-0hati.
12. Oleskan losion atau bedak pada tangan anak
13. Dudukkan anak di dingklik makannya atas pangku anak menghadap orang tuanya. Suapi anak dan dengarkan bunyi kunyahan atau tegukan airnya. Pertahankan kontak mata.
14. Nyanyikan lagu untuk anak-anak. Adaptasi lirik lagu sampai menjadi Istimewa buat anak, bila bertema ihwal anggota tubuh, sentuh anggota badan anak sesuai dengan lirik lagu.
15. Beri special kisses. Misalnya dengan menempelkan hidung orangtua dengan hidung anak dan digoyang-goyangkan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan orang renta sanggup lebih mendapatkan anak dan anak pun lebih merasa dimiliki dan dicintai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bermain bagi anak merupakan upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi danstimulasi/pendidikan. Bahkan bermain bagi anak usia balita merupakan salah satu intervensi penting untuk mengurangi dampak menurunnya IQ pada balita yang mengalami gangguan gizi ketika bayi, khususnya apabila intervensi derma masakan bergizi terlambat dilakukan. Berdasarkan penelitian yang ada, anak ternyata emosi dan kecerdasan anak pun meningkat. Anak juga jadi lebih peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain. Bermain bersama sobat juga menawarkan kesempatan bagi bawah umur untuk menyesuaikan sikap mereka dengan orang lain. Hebatnya lagi, anak juga bisa menghargai perbedaan di antara mereka.
Bermain juga merupakan suatu acara dimana anka sanggup melaksanakan atau mempraktikkan keterampilan,memberikan verbal terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu acara yang menawarkan stimulasi dalam kemapuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diharapkan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatukebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebtuhan lainnya menyerupai kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secara cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Perhatian selama proses bermain pada bawah umur sangat penting mengingat dalam proses bermain sanggup ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain menyerupai kreativitas anak, perkembangan mental dan emosi yang harus diarahkan supaya sesuai dengan proses kematangan perkembangan.
REFERENSI
Ali, ahmad. 2009, kebutuhan bermain anak sekolah dasar. Jakarta: PT indeks
Belum ada Komentar untuk "Download Makalah Analisis Kebutuhan Bermain Anak Usia Dini"
Posting Komentar