Pra Sejarah : Pengertian Kala Pra Abjad Di Indonesia (Pelajaran Ips Smp/ Mts Kelas Vii)
PRA SEJARAH : PENGERTIAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII) ✓ Semenjak jutaan tahun silam sudah ada kehidupan insan di permukaan bumi ini. Manusia terus mengalami perkembangan baik sisi kuantitas dan kualitasnya. Untuk mengetahui kehidupan insan pada masa kemudian sanggup diketahui dengan melalui peninggalan-peninggalannya saja. Pada pecahan ini akan dibahas terkena masa yang mana insan belum mengenal adanya tulisan/ masa pra aksara/ masa prasejarah dilihat dari sisi keadaan lingkungan, keadaan manusia, teknologi, dan juga kehidupan sosial budayanya.
Pra Sejarah : Pengertian Masa Pra Aksara di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII) |
Daftar Isi
Pra Sejarah : Pengertian Masa Pra Aksara Di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII)
Pengertian Masa Pra Aksara
Masa prasejarah (masa pra aksara) yaitu masa kehidupan sebelum insan mengenal adanya tulisan. Manusia yang hidup pada masa pra abjad diperkirakan yaitu MANUSIA PURBA yang sanggup diketahui melalui peninggalan-peninggalan dari mereka yang sanggup wujud fosil, alat-alat kehidupan, dan juga fosil tumbuh-tumbuhan/ binatang yang hidup dan juga berkembang pada waktu itu.
Zaman pra sejarah/ pra abjad berlangsung sejak insan belum mengenal goresan pena hingga dengan insan mengenal dan menggunakan tulisan. Sedangkan untuk zaman setelah insan mengenal dan menggunakan goresan pena disebut sebagai zaman sejarah/ zaman aksara.
Berlangsungnya zaman pra sejarah di Indonesia yaitu hingga dengan periode ke-3 Masehi dan pada periode ke-4 Masehi, insan Indonesia mulai mengenal adanya tulisan. Bukti yang mendukung hal tersebut yaitu bisa diketahui dari kerikil bertulis yang ada di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Walaupun prasastinya tidak ada angka tahunnya, namun bahasa dan juga bentuk huruf yang digunakan menggambarkan bahwa prasasti itu ditulis sekitar tahun 400 Masehi.
A. Zaman Batu
Pada zaman kerikil meninjukkan masa di mana alat kehidupan yang digunakan yaitu mayoritas terbuat dari batu, walaupun ada juga alat yang terbuat dari tulang dan kayu. Zaman kerikil sanggup dikelompokkan menjadi zaman kerikil bau tanah (Palaeolitikum), zaman kerikil madya (Mesolithikum) dan zaman kerikil muda (Neolitikum).
- Zaman kerikil bau tanah (Palaeolithikum)
Merupakan suatu zaman di mana hasil peralatan dari batunya yang dibuatnya masih garang dan juga belum diasah sehingga mempunyai bentuk yang masih sederhana, sebagai contoh peralatan peninggalan zaman kerikil tua yaitu kapak genggam. Peninggalan zaman kerikil bau tanah banyak terdapat di Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
- Zaman kerikil madya (Mesolitikum)
Adalah ialah zaman peralihan di mana cara hasil dari pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan juga lebih halus kalau dibandingkan dengan zaman kerikil tua, sebagai contoh peralatan pada zaman kerikil madya yaitu pebble/kapak Sumatera.
- Zaman kerikil muda (Neolithikum)
Adalah ialah zaman di mana alat-alat kehidupan insan dihasilkan dari kerikil yang sudah lebih halus dan juga mempunyai bentuk yang lebih tepat dari pada zaman kerikil bau tanah atau zaman kerikil tengah, sebagai contoh peralatan zaman kerikil muda yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.
B. Zaman Logam
Sesudah dimulai zaman logam bukan berarti zaman kerikil berakhir, alasannya yaitu peralatan dari kerikil pun masih berkembang. Zaman logam ialah zaman dimana insan sudah mengenal logam dan sudah digunakan secara dominan. Zaman logam yang berkembang di Indonesia tidak sama dengan perkembangan zaman logam yang berkembang di Eropa. Zaman logam di wilayah Eropa terbagi atas 3 zaman, yaitu 1). zaman tembaga, 2). zaman perunggu, dan 3). zaman besi. Sedangkan zaman logam yang berkembang di Indonesia khususnya dan wilayah Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga namun eksklusif mengenal zaman perunggu dan besi yang berlangsung secara bersamaan. Karena dari hasil temuan yaitu lebih mayoritas yaitu alat-alat dari perunggu, maka zaman logam dinamakan juga sebagai zaman perungggu.
A. Masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat sederhana
Kegiatan pokok pada masa ini yaitu berburu dan juga melaksanakan kegiatan untuk mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan juga tulang. Untuk kehidupan insan pada zaman ini yaitu sangat tergantung dengan alam lingkungan yang ada di sekitarnya.
- Keadaan Lingkungan
Masih ingatkan letak Indonesia yang terletak di antara 2 benua yaitu benua asia dan australia kan kawan-kawan? Dari letak tersebut akan menghipnotis juga iklim dan juga terhadap penyebaran hewan, insan dan kebudayaan. Di tempat tepi pantai atau tempat aliran sungai atau di daearh danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan juga materi masakan yaitu tempat tinggal insan purba. Hal ini sangat masuk nalar lantaran insan purba tersebut akan mendapat masakan secara eksklusif dari alam, tanpa melewati adanya proses, baik dalam proses mengumpulkan hingga dengan cara makan.
- Keberadaan Manusia
Penelitian terhadap insan purba di Indonesia terbagi dalam 3 tahapa yaitu pada tahun 1889 s/d 1909, tahun 1931 s/d 1941, dan tahun 1952 hingga sekarang. Pada penelitian tahap I yaitu antara tahun 1889 hingga dengan 1909 yang dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois. Ia menduga bahwa insan purba tempat hidupnya niscaya di tempat tropis. Dari hasil penelitiannya ia menemukan fosil yang berupa sepotong tulang kobi di Trinil bersahabat Ngawi yang sanggup menggambarkan bahwa dulunya adaah berjalan tegak. Fosil tersebut yaitu ialah Pithecanthropus Erectus. Semua temuan dari Dr Dubois terkena insan purba di wilyah Indonesia berupa fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha dan juga tulang kering. Pada zaman kini ini, juga ditemukan fosil dari insan Wajak yang terdapat di tempat Kediri Jawa Timur dan juga temuan atas insan purba di Kedungtrubus. Pada penelitian di tahap II antara tahun 1931-1941 penelitian dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Para jago tersebut menemukan tengkorak dan juga tulang kering dari Pithecanthropus Soloensis yang terdapat di Ngandong Kabupaten Blora. Pada tahun 1936 Tjokrohandojo juga menemukan fosil yang berupa tengkorak bawah umur di utara Mojokerto. Pada tahun antara 1936-1941, Von Koeningswald mendapat temuan berupa fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di tempat Sangiran, Surakarta. Pada penelitian tahap yang III, penemuanya sebagian besar di tempat Sangiran yang berupa bagian-bagian tubuh dari insan purba Pithecanthropus yang sebelumnya belum pernah ditemukan, mirip tulang muka dan juga dasar tengkorak.
Ada beberapa jenis insan purba yang ada di Indonesia yaitu:
a) Meganthropus.
Manusia purba ini (Meganthropus Palaeojavanicus) ialah insan purba paling primitif yang ada di wilayah Indonesia yaitu yang ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan tahun 1941 di gugusan Pucangan, Sangiran. Meganthropus Paleojavanicus mempunyai arti insan besar dari Jawa.Fosil dari insan purba ini berwujud rahang insan purba yang mempunyai ukuran besar, dan dari hasil penelitian tarik kesimpulan bahwa jenis insan purba ini meiliki tubuh yang sangat besar. Fragmen rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di tahun 1952 pada lapisan terbawah gugusan Kabuh.
b) Pithecanthropus Erectus.
Fosil dari Pithecanthropus yaitu fosil insan purba yang terbanyak ditemukan di wilayah Indonesia, yaitu terdapat di Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Mojokerto, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk dari tubuh Pithecanthropus tidak sama dengan Meganthropus lantaran mempunyai postur yang kurang tegap. Untuk tinggi badannya sekitar 165-180 cm. Pada ketika fosil dari Pithecanthropus saling dihubungkan akan membentuk kerangka yang ibarat kera. Oleh alasannya yaitu itu Pithecanthropus Erectus mempunyai arti insan monyet yang berjalan tegak.
c) Homo
Van Rietschoten pada tahun 1889 menemukan Homo Sapiens Wajak I yaitu ditemukan bersahabat Campur darat Tulungagung Jawa Timur yang berwujud tengkorak, termasuk juga fragmen rahang bawah, dan juga beberapa buah ruas leher. Dan temuan tersebut diteliti pertama kali oleh Dubois. Pada tahun 1890 Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois di tempat yang sama yang berwujud fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan juga rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
- Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat sederhana spesialuntuk mengandalkan dari segi kepraktisan sesuai dengan tujuan penerapannya saja, tapi seiring waktu mulai ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia terdapat 2 jenis metode utama yang mencakup metode pembuatan perkakas kerikil yang dikenal sebagai tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Di perkembangan selanjutnya ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang dan juga tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari kerikil sebagai perkakas zaman pra sejarah, yaitu pahat genggam, proto kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan kapak genggam.
Kapak perimbas tidak mempunyai tangkai dan cara penerapannya yaitu dengan cara digenggam. Kapak penetak mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas namun lebih besar dan lebih garang yang mempunyai fungsi untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak genggam mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas, namun bentuknya lebih kecil dan belum diasah. Pahat genggam mempunyai bentuk yang lebih kecil dari pada kapak genggam yang berfungsi sebagai alat untuk menggemburkan tanah dan untuk mencari ubi-ubian. Alat serpihmempunyai bentuk yang sederhana dan diperikirakan berfungsi sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk.
- Kehidupan Sosial
Dari Pithecanthropus hingga dengan Homo Sapiens dari Wajak sangat teragantung sekali kehidupannya dengan kondisi alam yaitu tempat yang banyak terdapat masakan dan sumber air dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Teknik hidup mereka yaitu dengan cara berkelompok yang masing-masing mempunyai kiprah nasing-masing (terdapat sumbangan tugas), untuk yang pria bertugas untuk berburu dan yang wanita bertugas mengumpulkan masakan dari tumbuhan dan juga hewan-hewan kecil. Mereka juga akan melaksanakan berhubungan dalam hal untuk menanggulangi serangan binatang buas atau apabila terjadi peristiwa alam.
A. Masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat lanjut
Pada masa ini sudah mulai untuk bertempat tinggal walaupun tidak tetap, biasanya mereka akan berdiam di dalam gua-gua alam terutama di dalam gua-gua payung, yang setiap waktu dengan mudah tinggalkan apabila dianggap sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali.
- Keberadaan manusia
Terdapat 2 macam ras yang mendiami wilayah Indonesia di permulaan Kala Holosin, yaitu 1). Austromelguasoid dan 2). Mongoloid. Kedua ras tersebut berburu untuk dikonsusmsi contohnya kerbau, rusa, dan gajah, serta badak. Pada pecahan barat dan pecahan utara terdapat sekelompok populasi yamg mempunyai ciri-ciri terutama Austromelguasoid dengan spesialuntuk sedikit adonan Mongoloid. Sedangkan di Jawa terhadap kelompok Austromelguasoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi adanya unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelguasoid.
- Teknologi
Terdapat 3 tradisi dalam menghasilkan peralatan pada masa Pos Plestosin, yaitu 1). tradisi serpih bilah, 2). tradisi alat tulang, dan 3). tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran dari peralatnya mencakup wilayah Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan juga Papua. Peralatan tulang yang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di wilayah Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh Utara Prajekan, dan juga di Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di tempat pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
- Masyarakat
Kehidupan insan purba pada masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat lanjut yaitu mendiami pada gua-gua yang terbuka atau gua-gua payung yang tentunya tidak jauh dari sumber air atau sumber masakan (berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya). Manusia purba tersebut membuat lukisan yang ditorehkan di dinding gua yang mana lukisannya yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan dan juga menggambarkan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.
C. Masa bercocok tanam
Perubahan masa menjadi masa bercocok tanam membutuhkan waktu yang cukup panjang, ha ini disebabkan lantaran tingkat kesusahan yang tinggi. Pada masa ini sudah dimulai untuk mertempat tinggal secara menetap di suatu perkampungan. Selain itu juga mulai terdapat kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang dibutuhkan adanya peningkatan kesejahteraan terhadap masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
- Manusia
Manusia purba yang ada di masa bercocok tanam di wilayah Indonesia Barat dipengaruhi dari ras Mongoloid, sedangkan untuk wilayah Indonesia Timur hingga dengan kini lebih dipengaruhi oleh komponen Austromelguasoid. Manusia sudah mulai berkembang alasannya yaitu hasil dari peternakan dan pertanian sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan. Banyaknya anak akan lebih menguntungkan, hal in disebabkan bagi mereka yang mempunyai anak yang banyak bisa menghasilkan masakan yang lebih banyak pula.
- Teknologi
Masa untuk bercocok tanam di wilayah Indonesia di awali dengan mulai berkembangnya kemampuan daam mengasah peralatan dari kerikil dan juga mulai mengenal adanya teknologi dalam membuat gerabah. Alat dari kerikil tersebut yaitu mata anak panah, mata tombak, beliung, kapak batu, dan sebagainya. Di antara alat kerikil yang paling populer yaitu beliung persegi.
- Kehidupan masyarakat
Kondisi dari masyarakatnya yaitu mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia purba sudah menetap pada suatu tempat dengan kehidupan yang baru, yaitu dengan bercocok tanam walaupunn dengan cara yang sederhana dan juga mereka memulai memelihara hewan. Proses dari perubahan tata kehidupan ditandai dengan adanya perubahan tata cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan terjadi secara perlahan-lahan.
Untuk tempat tinggal secara perlahan-lahan mulai berubah yaitu dari bentuk yang masih sangat sederhana yang berbentuk bentuk lingkaran dengan atap dan juga dindingnya yaitu rumbai, secara perlahan-lahan berubah ke bentuk yang lebih maju yang mempunyai daya tampung lebih banyak. Sistem gotong-royong sudah terlihat pada ketika memang memerlukan tenaga yang banyak contohnya pada ketika mendirikan rumah dan pada ketika memmembersihkankan jalan masuk irigasi dalam rangka untuk bercocok tanam. Manusia purba pada ketika itu sudah tidak tergantung pada alam lagi.
- Pemujaan roh nenek moyang
Adat kebiasaan masyarakat pada waktu itu yaitu melaksanakan pemujaan terhadap roh leluhur ataupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan mistik atau yang kit akenal sebagai animisme dan dinamisme. Mereka sudah mulai percaya adanya kepercayaan terkena kehidupan setelah mati, bahwa roh seseorang tidak hilang pada ketika orang meninggal. Mereka melaksanakan upacara pemakaman sedemikian rupa supaya roh orang yang meninggal tidak salah jalan. Adanya tradisi untuk mendirikan bangunan megalitik (batu besar) didasarkan pada kepercayaan yang mana terdaoat kekerabatan antara yang hidup dengan yang sudah mati. Terutama terhadap adanya imbas dari yang roh sudah mati kepada kesejahteraan mereka dan juga terhadap kerindangan tanaman.
D. Masa perundagian
Untuk masa perundagian tiruananya sudah mengalami kemajuan dan penyempurnaan terhadap masa bercocok tanam. Bijih-bijih logam pada masa ini mulai ditemukan sehingga banyak sekali bermacam peralatan mulai dibentuk dari logam.
- Penduduk
Penemuan sisa-sisa rangka dari banyak sekali tempat terkena insan yang hidup pada masa perundagian antara lain terdapat di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan juga Melolo Sumba Timur. Karena terdapat hamparan lahan pertanian dan mereka juga mulai mengadakan kegiatan ekonomi yaitu kegiatan perdagangan maka perkampungan menjadi lebih besar.
- Teknologi
melaluiataubersamaini adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat maka pada masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat, termasuk perkembangan dalam perdagangan dan juga pelayaran. Pada masas tersebut juga sedang berkembang adanya teknologi peleburan, pencampuran, penempaan dan pencetakan berguaka jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia. Pemakaian perunggu dan besi pada zaman tersebut sudah digunakan di Indonesia, hal ini di dasarkan pada temuan-temuan arkeologis. melaluiataubersamaini adanya pemakain logam maka pemakaian kapak kerikil secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit mulai tergantikan dengan logam. Tetapi logam tidak mudah menggeser fungsi dari gerabah yang masih tetap bertahan alasannya yaitu logam tidak tiruananya sanggup menggantikan.
- Kehidupan sosial budaya
Penerapan seni ukir dan juga seni hias di benda-benda megalitik mengalami perkemangan yang pesat. Hal yang sangat menonjol pada masa ini yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek moyang, alasannya yaitu dipercaya arwah nenek moyangnya sangat imbas terhadap perjalanan hidup insan dan masyarakat. Dengn mengadakan upacara-uacara yaitu ialah bentuk perhatian terhadap arwah nenek moyang harus diperhatikan dan juga harus dipuaskan. Rasa solidaritas (setia kawan) sangat terasa dalam kehidupan masyarakat masa perundagian lantaran setia mitra ialah warisan nenek moyang yang harus ditanamkan dalam setiap manusia.
Itulah artikel IPS wacana Pra Sejarah : Pengertian Masa Pra Aksara di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII) yang biar bermanfaa di Aanwijzing.Com.
Berlangsungnya zaman pra sejarah di Indonesia yaitu hingga dengan periode ke-3 Masehi dan pada periode ke-4 Masehi, insan Indonesia mulai mengenal adanya tulisan. Bukti yang mendukung hal tersebut yaitu bisa diketahui dari kerikil bertulis yang ada di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Walaupun prasastinya tidak ada angka tahunnya, namun bahasa dan juga bentuk huruf yang digunakan menggambarkan bahwa prasasti itu ditulis sekitar tahun 400 Masehi.
Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Zaman Pra Aksara
Pembagian zaman prasejarah sanggup didasarkan pada arkeologi dan ciri kehidupan masyarakat.Zaman pra abjad menurut arkeologi
Pada penggolongan zaman pra sejarah yang berdassarkan pada penggalian arkeologi sanggup dibedakan menjadi 2 jaman yaitu zaman batu dan zaman logam.A. Zaman Batu
Pada zaman kerikil meninjukkan masa di mana alat kehidupan yang digunakan yaitu mayoritas terbuat dari batu, walaupun ada juga alat yang terbuat dari tulang dan kayu. Zaman kerikil sanggup dikelompokkan menjadi zaman kerikil bau tanah (Palaeolitikum), zaman kerikil madya (Mesolithikum) dan zaman kerikil muda (Neolitikum).
- Zaman kerikil bau tanah (Palaeolithikum)
Merupakan suatu zaman di mana hasil peralatan dari batunya yang dibuatnya masih garang dan juga belum diasah sehingga mempunyai bentuk yang masih sederhana, sebagai contoh peralatan peninggalan zaman kerikil tua yaitu kapak genggam. Peninggalan zaman kerikil bau tanah banyak terdapat di Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
- Zaman kerikil madya (Mesolitikum)
Adalah ialah zaman peralihan di mana cara hasil dari pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan juga lebih halus kalau dibandingkan dengan zaman kerikil tua, sebagai contoh peralatan pada zaman kerikil madya yaitu pebble/kapak Sumatera.
- Zaman kerikil muda (Neolithikum)
Adalah ialah zaman di mana alat-alat kehidupan insan dihasilkan dari kerikil yang sudah lebih halus dan juga mempunyai bentuk yang lebih tepat dari pada zaman kerikil bau tanah atau zaman kerikil tengah, sebagai contoh peralatan zaman kerikil muda yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.
B. Zaman Logam
Sesudah dimulai zaman logam bukan berarti zaman kerikil berakhir, alasannya yaitu peralatan dari kerikil pun masih berkembang. Zaman logam ialah zaman dimana insan sudah mengenal logam dan sudah digunakan secara dominan. Zaman logam yang berkembang di Indonesia tidak sama dengan perkembangan zaman logam yang berkembang di Eropa. Zaman logam di wilayah Eropa terbagi atas 3 zaman, yaitu 1). zaman tembaga, 2). zaman perunggu, dan 3). zaman besi. Sedangkan zaman logam yang berkembang di Indonesia khususnya dan wilayah Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga namun eksklusif mengenal zaman perunggu dan besi yang berlangsung secara bersamaan. Karena dari hasil temuan yaitu lebih mayoritas yaitu alat-alat dari perunggu, maka zaman logam dinamakan juga sebagai zaman perungggu.
Zaman pra abjad menurut ciri kehidupan masyarakat
Pada zaman pra sejarah yang menurut ciri kehidupan masyarakat sanggup dibedakan menjadi masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat lanjut, dan masa bercocok tanam, serta masa perundagian.A. Masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat sederhana
Kegiatan pokok pada masa ini yaitu berburu dan juga melaksanakan kegiatan untuk mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan juga tulang. Untuk kehidupan insan pada zaman ini yaitu sangat tergantung dengan alam lingkungan yang ada di sekitarnya.
- Keadaan Lingkungan
Masih ingatkan letak Indonesia yang terletak di antara 2 benua yaitu benua asia dan australia kan kawan-kawan? Dari letak tersebut akan menghipnotis juga iklim dan juga terhadap penyebaran hewan, insan dan kebudayaan. Di tempat tepi pantai atau tempat aliran sungai atau di daearh danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan juga materi masakan yaitu tempat tinggal insan purba. Hal ini sangat masuk nalar lantaran insan purba tersebut akan mendapat masakan secara eksklusif dari alam, tanpa melewati adanya proses, baik dalam proses mengumpulkan hingga dengan cara makan.
- Keberadaan Manusia
Penelitian terhadap insan purba di Indonesia terbagi dalam 3 tahapa yaitu pada tahun 1889 s/d 1909, tahun 1931 s/d 1941, dan tahun 1952 hingga sekarang. Pada penelitian tahap I yaitu antara tahun 1889 hingga dengan 1909 yang dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois. Ia menduga bahwa insan purba tempat hidupnya niscaya di tempat tropis. Dari hasil penelitiannya ia menemukan fosil yang berupa sepotong tulang kobi di Trinil bersahabat Ngawi yang sanggup menggambarkan bahwa dulunya adaah berjalan tegak. Fosil tersebut yaitu ialah Pithecanthropus Erectus. Semua temuan dari Dr Dubois terkena insan purba di wilyah Indonesia berupa fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha dan juga tulang kering. Pada zaman kini ini, juga ditemukan fosil dari insan Wajak yang terdapat di tempat Kediri Jawa Timur dan juga temuan atas insan purba di Kedungtrubus. Pada penelitian di tahap II antara tahun 1931-1941 penelitian dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Para jago tersebut menemukan tengkorak dan juga tulang kering dari Pithecanthropus Soloensis yang terdapat di Ngandong Kabupaten Blora. Pada tahun 1936 Tjokrohandojo juga menemukan fosil yang berupa tengkorak bawah umur di utara Mojokerto. Pada tahun antara 1936-1941, Von Koeningswald mendapat temuan berupa fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di tempat Sangiran, Surakarta. Pada penelitian tahap yang III, penemuanya sebagian besar di tempat Sangiran yang berupa bagian-bagian tubuh dari insan purba Pithecanthropus yang sebelumnya belum pernah ditemukan, mirip tulang muka dan juga dasar tengkorak.
Ada beberapa jenis insan purba yang ada di Indonesia yaitu:
a) Meganthropus.
Manusia purba ini (Meganthropus Palaeojavanicus) ialah insan purba paling primitif yang ada di wilayah Indonesia yaitu yang ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan tahun 1941 di gugusan Pucangan, Sangiran. Meganthropus Paleojavanicus mempunyai arti insan besar dari Jawa.Fosil dari insan purba ini berwujud rahang insan purba yang mempunyai ukuran besar, dan dari hasil penelitian tarik kesimpulan bahwa jenis insan purba ini meiliki tubuh yang sangat besar. Fragmen rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di tahun 1952 pada lapisan terbawah gugusan Kabuh.
b) Pithecanthropus Erectus.
Fosil dari Pithecanthropus yaitu fosil insan purba yang terbanyak ditemukan di wilayah Indonesia, yaitu terdapat di Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Mojokerto, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk dari tubuh Pithecanthropus tidak sama dengan Meganthropus lantaran mempunyai postur yang kurang tegap. Untuk tinggi badannya sekitar 165-180 cm. Pada ketika fosil dari Pithecanthropus saling dihubungkan akan membentuk kerangka yang ibarat kera. Oleh alasannya yaitu itu Pithecanthropus Erectus mempunyai arti insan monyet yang berjalan tegak.
c) Homo
Van Rietschoten pada tahun 1889 menemukan Homo Sapiens Wajak I yaitu ditemukan bersahabat Campur darat Tulungagung Jawa Timur yang berwujud tengkorak, termasuk juga fragmen rahang bawah, dan juga beberapa buah ruas leher. Dan temuan tersebut diteliti pertama kali oleh Dubois. Pada tahun 1890 Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois di tempat yang sama yang berwujud fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan juga rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
- Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat sederhana spesialuntuk mengandalkan dari segi kepraktisan sesuai dengan tujuan penerapannya saja, tapi seiring waktu mulai ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia terdapat 2 jenis metode utama yang mencakup metode pembuatan perkakas kerikil yang dikenal sebagai tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Di perkembangan selanjutnya ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang dan juga tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari kerikil sebagai perkakas zaman pra sejarah, yaitu pahat genggam, proto kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan kapak genggam.
Kapak perimbas tidak mempunyai tangkai dan cara penerapannya yaitu dengan cara digenggam. Kapak penetak mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas namun lebih besar dan lebih garang yang mempunyai fungsi untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak genggam mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas, namun bentuknya lebih kecil dan belum diasah. Pahat genggam mempunyai bentuk yang lebih kecil dari pada kapak genggam yang berfungsi sebagai alat untuk menggemburkan tanah dan untuk mencari ubi-ubian. Alat serpihmempunyai bentuk yang sederhana dan diperikirakan berfungsi sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk.
- Kehidupan Sosial
Dari Pithecanthropus hingga dengan Homo Sapiens dari Wajak sangat teragantung sekali kehidupannya dengan kondisi alam yaitu tempat yang banyak terdapat masakan dan sumber air dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Teknik hidup mereka yaitu dengan cara berkelompok yang masing-masing mempunyai kiprah nasing-masing (terdapat sumbangan tugas), untuk yang pria bertugas untuk berburu dan yang wanita bertugas mengumpulkan masakan dari tumbuhan dan juga hewan-hewan kecil. Mereka juga akan melaksanakan berhubungan dalam hal untuk menanggulangi serangan binatang buas atau apabila terjadi peristiwa alam.
A. Masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat lanjut
Pada masa ini sudah mulai untuk bertempat tinggal walaupun tidak tetap, biasanya mereka akan berdiam di dalam gua-gua alam terutama di dalam gua-gua payung, yang setiap waktu dengan mudah tinggalkan apabila dianggap sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali.
- Keberadaan manusia
Terdapat 2 macam ras yang mendiami wilayah Indonesia di permulaan Kala Holosin, yaitu 1). Austromelguasoid dan 2). Mongoloid. Kedua ras tersebut berburu untuk dikonsusmsi contohnya kerbau, rusa, dan gajah, serta badak. Pada pecahan barat dan pecahan utara terdapat sekelompok populasi yamg mempunyai ciri-ciri terutama Austromelguasoid dengan spesialuntuk sedikit adonan Mongoloid. Sedangkan di Jawa terhadap kelompok Austromelguasoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi adanya unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelguasoid.
- Teknologi
Terdapat 3 tradisi dalam menghasilkan peralatan pada masa Pos Plestosin, yaitu 1). tradisi serpih bilah, 2). tradisi alat tulang, dan 3). tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran dari peralatnya mencakup wilayah Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan juga Papua. Peralatan tulang yang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di wilayah Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh Utara Prajekan, dan juga di Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di tempat pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
- Masyarakat
Kehidupan insan purba pada masa berburu dan mengumpulkan masakan tingkat lanjut yaitu mendiami pada gua-gua yang terbuka atau gua-gua payung yang tentunya tidak jauh dari sumber air atau sumber masakan (berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya). Manusia purba tersebut membuat lukisan yang ditorehkan di dinding gua yang mana lukisannya yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan dan juga menggambarkan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.
C. Masa bercocok tanam
Perubahan masa menjadi masa bercocok tanam membutuhkan waktu yang cukup panjang, ha ini disebabkan lantaran tingkat kesusahan yang tinggi. Pada masa ini sudah dimulai untuk mertempat tinggal secara menetap di suatu perkampungan. Selain itu juga mulai terdapat kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang dibutuhkan adanya peningkatan kesejahteraan terhadap masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
- Manusia
Manusia purba yang ada di masa bercocok tanam di wilayah Indonesia Barat dipengaruhi dari ras Mongoloid, sedangkan untuk wilayah Indonesia Timur hingga dengan kini lebih dipengaruhi oleh komponen Austromelguasoid. Manusia sudah mulai berkembang alasannya yaitu hasil dari peternakan dan pertanian sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan. Banyaknya anak akan lebih menguntungkan, hal in disebabkan bagi mereka yang mempunyai anak yang banyak bisa menghasilkan masakan yang lebih banyak pula.
- Teknologi
Masa untuk bercocok tanam di wilayah Indonesia di awali dengan mulai berkembangnya kemampuan daam mengasah peralatan dari kerikil dan juga mulai mengenal adanya teknologi dalam membuat gerabah. Alat dari kerikil tersebut yaitu mata anak panah, mata tombak, beliung, kapak batu, dan sebagainya. Di antara alat kerikil yang paling populer yaitu beliung persegi.
- Kehidupan masyarakat
Kondisi dari masyarakatnya yaitu mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia purba sudah menetap pada suatu tempat dengan kehidupan yang baru, yaitu dengan bercocok tanam walaupunn dengan cara yang sederhana dan juga mereka memulai memelihara hewan. Proses dari perubahan tata kehidupan ditandai dengan adanya perubahan tata cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan terjadi secara perlahan-lahan.
Untuk tempat tinggal secara perlahan-lahan mulai berubah yaitu dari bentuk yang masih sangat sederhana yang berbentuk bentuk lingkaran dengan atap dan juga dindingnya yaitu rumbai, secara perlahan-lahan berubah ke bentuk yang lebih maju yang mempunyai daya tampung lebih banyak. Sistem gotong-royong sudah terlihat pada ketika memang memerlukan tenaga yang banyak contohnya pada ketika mendirikan rumah dan pada ketika memmembersihkankan jalan masuk irigasi dalam rangka untuk bercocok tanam. Manusia purba pada ketika itu sudah tidak tergantung pada alam lagi.
- Pemujaan roh nenek moyang
Adat kebiasaan masyarakat pada waktu itu yaitu melaksanakan pemujaan terhadap roh leluhur ataupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan mistik atau yang kit akenal sebagai animisme dan dinamisme. Mereka sudah mulai percaya adanya kepercayaan terkena kehidupan setelah mati, bahwa roh seseorang tidak hilang pada ketika orang meninggal. Mereka melaksanakan upacara pemakaman sedemikian rupa supaya roh orang yang meninggal tidak salah jalan. Adanya tradisi untuk mendirikan bangunan megalitik (batu besar) didasarkan pada kepercayaan yang mana terdaoat kekerabatan antara yang hidup dengan yang sudah mati. Terutama terhadap adanya imbas dari yang roh sudah mati kepada kesejahteraan mereka dan juga terhadap kerindangan tanaman.
D. Masa perundagian
Untuk masa perundagian tiruananya sudah mengalami kemajuan dan penyempurnaan terhadap masa bercocok tanam. Bijih-bijih logam pada masa ini mulai ditemukan sehingga banyak sekali bermacam peralatan mulai dibentuk dari logam.
- Penduduk
Penemuan sisa-sisa rangka dari banyak sekali tempat terkena insan yang hidup pada masa perundagian antara lain terdapat di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan juga Melolo Sumba Timur. Karena terdapat hamparan lahan pertanian dan mereka juga mulai mengadakan kegiatan ekonomi yaitu kegiatan perdagangan maka perkampungan menjadi lebih besar.
- Teknologi
melaluiataubersamaini adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat maka pada masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat, termasuk perkembangan dalam perdagangan dan juga pelayaran. Pada masas tersebut juga sedang berkembang adanya teknologi peleburan, pencampuran, penempaan dan pencetakan berguaka jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia. Pemakaian perunggu dan besi pada zaman tersebut sudah digunakan di Indonesia, hal ini di dasarkan pada temuan-temuan arkeologis. melaluiataubersamaini adanya pemakain logam maka pemakaian kapak kerikil secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit mulai tergantikan dengan logam. Tetapi logam tidak mudah menggeser fungsi dari gerabah yang masih tetap bertahan alasannya yaitu logam tidak tiruananya sanggup menggantikan.
- Kehidupan sosial budaya
Penerapan seni ukir dan juga seni hias di benda-benda megalitik mengalami perkemangan yang pesat. Hal yang sangat menonjol pada masa ini yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek moyang, alasannya yaitu dipercaya arwah nenek moyangnya sangat imbas terhadap perjalanan hidup insan dan masyarakat. Dengn mengadakan upacara-uacara yaitu ialah bentuk perhatian terhadap arwah nenek moyang harus diperhatikan dan juga harus dipuaskan. Rasa solidaritas (setia kawan) sangat terasa dalam kehidupan masyarakat masa perundagian lantaran setia mitra ialah warisan nenek moyang yang harus ditanamkan dalam setiap manusia.
Baca juga : Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi dan Pengertian Interaksi Sosial dan Sosialisasi (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII)*) Semua Materi IPS Sekolah Menengah Pertama sanggup dilihat di : Rangkuman Materi Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII
Itulah artikel IPS wacana Pra Sejarah : Pengertian Masa Pra Aksara di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII) yang biar bermanfaa di Aanwijzing.Com.
Belum ada Komentar untuk "Pra Sejarah : Pengertian Kala Pra Abjad Di Indonesia (Pelajaran Ips Smp/ Mts Kelas Vii)"
Posting Komentar