Nobert Elias. Fungsi-Fungsi Alamiah
Suatu kecenderungan yang serupa ditemukan di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi alamiah. Suatu buku masa keempat belas yang dipakai oleh anak sekolah, antara lain merasa perlu memperlihatkan pesan yang tersirat mengenai buang angin, "Untuk mengurangi rasa sakit, dengarkanlah peribahasa usang ihwal bunyi angin. Jika ia sanggup dilepaskan tanpa bunyi itulah yang terbaik. Tetapi lebih baik kalau ia dipancarkan dengan bunyi daripada ia ditahan... Suara kentut, khususnya orang-orang yang bangkit di lantai yang lebih tinggi, sangat mengerikan. Orang harus menciptakan pengorbanan dengan menekan kedua belah pantat kuat-kuat... Perdengarkan bunyi batuk yang menyembunyikan bunyi yang meledak... Buat aturan Chiliades: Gantikan kentut dengan batuk" (Elias, 1939/1994:106).
Di sini kita melihat hal-hal didiskusikan secara terbuka sehingga pada masa kesembilan belas (dan tentu saja kini ini) tidak lagi perlu disebutkan lantaran sudah dikenal baik bahwa sikap tersebut tidak beradab. Tentu saja kita mungkin akan terkejut dengan diskusi demikian yang menyerang perasaan-perasaan kita masa kini. Akan tetapi, semua itu mencerminkan proses peradaban dan pergerakan "perbatasan rasa malu" (Elias, 1939/1994:107). Hal-hal yang sanggup didiskusikan secara terbuka secara progresif bergerak sepanjang waktu melampaui perbatasan tersebut. fakta bahwa kita terkejut dengan membaca pesan yang tersirat mengenai kentut mencerminkan fakta bahwa perbatasan pada hari ini sangat berbeda dari apa yang ada pada masa keempat belas.
Elias* menghubungkan perubahan tersebut dalam gagasan mengenai cara yang sempurna untuk membuang angin dengan perubahan-perubahan figurasi sosial, khususnya di istana Prancis. Lebih banyak orang yang sedang hidup dalam kedekatan yang lebih besar dan di dalam interdepedensi yang lebih permanen. Oleh lantaran itu, ada kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dorongan-dorongan hati seseorang dan menciptakan mereka melakukan penahanan diri yang lebih besar. Pengendalian dorongan-dorongan hati yang dimulai dari eselon-eselon istana yang lebih tinggi pada kesannya berjangkit pada orang-orang dengan status sosial yang lebih rendah. Kebutuhan untuk memperluas penahanan diri tersebut menjadi perlu lantaran perubahan-perubahan figurasional selanjutnya, khususnya orang-orang dengan status yang berbeda yang semakin mendekat satu sama lain menjadi lebih interdependen, dan dengan berkurangnya kekakuan sistem stratifikasi menciptakan lebih gampang bagi orang-orang dengan status yang lebih rendah berinteraksi dengan orang-orang dengan status yang lebih tinggi. Akibatnya, ada kebutuhan yang lebih banyak bagi kelas yang lebih rendah untuk mengendalikan kentutnya (dan banyak sikap lainnya) sebagaimana halnya bagi kelas atas. Pada dikala yang sama orang-orang dari kelas atas perlu mengendalikan kentutnya dalam kehadiran bukan hanya teman sejawatnya tetapi juga bawahan sosialnya.
Elias* merangkum diskusinya mengenai fungsi-fungsi alamiah demikian, "Masyarakat berangsur-angsur menindas komponen kesenangan aktual yang ada di dalam fungsi-fungsi tertentu dengan cara yang semakin berpengaruh lantaran munculnya kecemasan, atau lebih persisnya masyarakat mengubah kesenangan tersebut menjadi eksklusif dan rahasia (yakni menindasnya di dalam individu), sambil menumbuhkembangkan efek-efek bermuatan negatif, rasa tidak senang, kejijikan, rasa tidak suka, sebagai perasaan satu-satunya yang lazim di masyarakat" (Elias, 1939/1994:117).
Membuang Ingus
Suatu proses serupa terlihat dalam pengendalian diri perihal membuang ingus. Contohnya, suatu dokumen masa kelima belas memperingatkan,"Jangan membuang ingus dengan tangan yang sama yang Anda gunakan untuk memegang daging" (Elias, 1939/1994:118). Atau pada masa keenam belas, pembaca diberitahu, "Pantasnya sehabis menyeka hidung Anda, jangan membentangkan sapu tangan Anda dan mengamatinya seolah-olah mutiara atau watu delima telah jatuh ke kepala Anda" (Elias, 1939/1994:119). Akan tetapi pada tamat masa kedelapan belas jenis rincian tersebut dihindari di dalam sumber-sumber nasihat, "Setiap pergerakan hidung yang disengaja... tidak sopan dan kekanak-kanakan. Menaruh jari Anda ke hidung ialah ketidaksopanan yang memberontak... Dalam membuang ingus, Anda harus mematuhi aturan mengenai kesopanan dan kebersihan" (Elias, 1939/1994:121). Seperti dikatakan Elias*, "Konspirasi kebisuan sedang menyebar" (1939/1994:121). Yakni hal-hal yang sanggup didiskusikan secara terbuka seabad dan dua masa yang kemudian kini didiskusikan dengan cara yang lebih hati-hati, atau sama sekali tidak didiskusikan. "Perbatasan rasa malu" yang berkaitan dengan membuang ingus, dan hal lain, telah mengalami gerak maju. Rasa aib kesannya dilekatkan dengan hal-hal (contohnya, membuang ingus, kentut) yang dimasa silam tidak dianggap memalukan. Semakin banyak tembok yang didirikan di antara orang sehingga hal-hal yang sebelumnya sanggup dilakukan di hadapan orang lain kini tersembunyi dari pandangan.
Hubungan Seksual
Elias* mendeskripsikan kecenderungan yang sama di dalam kekerabatan seksual. Pada Abad Pertengahan lazim bagi banyak orang, termasuk laki-laki dan perempuan menghabiskan suatu malam bahu-membahu di ruangan yang sama. Dan bukan tidak lazim bagi mereka tidur telanjang. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu semakin memalukan memperlihatkan diri telanjang dalam kehadiran lawan jenis. Sebagai suatu pola sikap suatu pola sikap seksual "tidak beradab", Elias* melukiskan adat perkawinan yang dimulai pada Abad Pertengahan, "Prosesi memasuki kamar pengantin dipimpin oleh laki-laki terbaik. Pengantin dilucuti pakaiannya oleh pengiring pengantin, beliau harus menanggalkan semua dandanan. Ranjang pengantin harus dinaiki dalam kehadiran saksi semoga perkawinan itu sah. Mereka "dibaringkan bersama". "Pada dikala diranjang Anda benar-benar menikah", begitulah perkataannya. Pada tamat masa pertengahan kebiasaan tersebut berangsur-angsur berubah pada tingkat bahwa pasangan diizinkan berbaring di ranjang dengan berpakaian... Bahkan, di dalam masyarakat absolutis Prancis, pengantin laki-laki dan perempuan dibawa ke kawasan tidur oleh para tamu, ditanggalkan pakaiannya, dan diberi baju tidurnya" (Elias, 1939/1994:145-146).
Jelaslah, hal tersebut berubah lebih lanjut dalam perjalanan waktu seiring dengan kemajuan peradaban. Sekarang ini, segala hal yang terjadi diranjang pengantin tersembunyi, terjadi di diam-diam dan tidak kelihatan oleh para pengamat. Secara lebih umum, kehidupan seksual telah diambil keluar dari masyarakat yang luas dan tertutup di dalam keluarga inti.
Secara keseluruhan di dalam History of Manners, Elias* memerhatikan perubahan-perubahan dalam cara para individu berpikir, bertindak, dan berinteraksi. Kadang-kadang ia membicarakan hal tersebut secara umum, sebagai suatu perubahan di dalam "struktur kepribadian", tetapi Elias sepertinya sedang melukiskan lebih dari sekedar perubahan-perubahan di dalam kepribadian, ia juga sedang melukiskan perubahan-perubahan di dalam cara orang bertindak dan berinteraksi. Secara keseluruhan sanggup diargumenkan bahwa History of Manners sebagian besar berfokus pada perhatian level mikro. Akan tetapi dua faktor melawan penafsiran demikian. Pertama, Elias* sering membahas di dalam History of Manners perubahan-perubahan yang terkait level makro (misalnya, di istana) dan ia berargumen bahwa struktur-struktur kepribadian dan masyarakat berkembang di dalam antar kekerabatan yang tidak sanggup berubah" (1968/1994:188). Kedua, History of Manners ditulis dengan kesadaran bahwa ia disertai oleh Power and Civility, yang membahas secara sentral perubahan-perubahan yang lebih berlevel makro tersebut. Namun demikian, meskipun Elias* ingin menghindari dikotomi mikro-makro, The Civilizing Process terdiri dari dua volume terpisah, yang pertama membahas secara sentral isu-isu mikro dan yang kedua terutama memerhatikan persoalan-persoalan makro.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Nobert Elias. Biografi
2. Nobert Elias. Sosiologi Figurasional
3. Nobert Elias. Sejarah Tingkah Laku
4. Nobert Elias. Kekuasaan dan Keberadaban
Di sini kita melihat hal-hal didiskusikan secara terbuka sehingga pada masa kesembilan belas (dan tentu saja kini ini) tidak lagi perlu disebutkan lantaran sudah dikenal baik bahwa sikap tersebut tidak beradab. Tentu saja kita mungkin akan terkejut dengan diskusi demikian yang menyerang perasaan-perasaan kita masa kini. Akan tetapi, semua itu mencerminkan proses peradaban dan pergerakan "perbatasan rasa malu" (Elias, 1939/1994:107). Hal-hal yang sanggup didiskusikan secara terbuka secara progresif bergerak sepanjang waktu melampaui perbatasan tersebut. fakta bahwa kita terkejut dengan membaca pesan yang tersirat mengenai kentut mencerminkan fakta bahwa perbatasan pada hari ini sangat berbeda dari apa yang ada pada masa keempat belas.
Elias* menghubungkan perubahan tersebut dalam gagasan mengenai cara yang sempurna untuk membuang angin dengan perubahan-perubahan figurasi sosial, khususnya di istana Prancis. Lebih banyak orang yang sedang hidup dalam kedekatan yang lebih besar dan di dalam interdepedensi yang lebih permanen. Oleh lantaran itu, ada kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dorongan-dorongan hati seseorang dan menciptakan mereka melakukan penahanan diri yang lebih besar. Pengendalian dorongan-dorongan hati yang dimulai dari eselon-eselon istana yang lebih tinggi pada kesannya berjangkit pada orang-orang dengan status sosial yang lebih rendah. Kebutuhan untuk memperluas penahanan diri tersebut menjadi perlu lantaran perubahan-perubahan figurasional selanjutnya, khususnya orang-orang dengan status yang berbeda yang semakin mendekat satu sama lain menjadi lebih interdependen, dan dengan berkurangnya kekakuan sistem stratifikasi menciptakan lebih gampang bagi orang-orang dengan status yang lebih rendah berinteraksi dengan orang-orang dengan status yang lebih tinggi. Akibatnya, ada kebutuhan yang lebih banyak bagi kelas yang lebih rendah untuk mengendalikan kentutnya (dan banyak sikap lainnya) sebagaimana halnya bagi kelas atas. Pada dikala yang sama orang-orang dari kelas atas perlu mengendalikan kentutnya dalam kehadiran bukan hanya teman sejawatnya tetapi juga bawahan sosialnya.
Elias* merangkum diskusinya mengenai fungsi-fungsi alamiah demikian, "Masyarakat berangsur-angsur menindas komponen kesenangan aktual yang ada di dalam fungsi-fungsi tertentu dengan cara yang semakin berpengaruh lantaran munculnya kecemasan, atau lebih persisnya masyarakat mengubah kesenangan tersebut menjadi eksklusif dan rahasia (yakni menindasnya di dalam individu), sambil menumbuhkembangkan efek-efek bermuatan negatif, rasa tidak senang, kejijikan, rasa tidak suka, sebagai perasaan satu-satunya yang lazim di masyarakat" (Elias, 1939/1994:117).
Membuang Ingus
Suatu proses serupa terlihat dalam pengendalian diri perihal membuang ingus. Contohnya, suatu dokumen masa kelima belas memperingatkan,"Jangan membuang ingus dengan tangan yang sama yang Anda gunakan untuk memegang daging" (Elias, 1939/1994:118). Atau pada masa keenam belas, pembaca diberitahu, "Pantasnya sehabis menyeka hidung Anda, jangan membentangkan sapu tangan Anda dan mengamatinya seolah-olah mutiara atau watu delima telah jatuh ke kepala Anda" (Elias, 1939/1994:119). Akan tetapi pada tamat masa kedelapan belas jenis rincian tersebut dihindari di dalam sumber-sumber nasihat, "Setiap pergerakan hidung yang disengaja... tidak sopan dan kekanak-kanakan. Menaruh jari Anda ke hidung ialah ketidaksopanan yang memberontak... Dalam membuang ingus, Anda harus mematuhi aturan mengenai kesopanan dan kebersihan" (Elias, 1939/1994:121). Seperti dikatakan Elias*, "Konspirasi kebisuan sedang menyebar" (1939/1994:121). Yakni hal-hal yang sanggup didiskusikan secara terbuka seabad dan dua masa yang kemudian kini didiskusikan dengan cara yang lebih hati-hati, atau sama sekali tidak didiskusikan. "Perbatasan rasa malu" yang berkaitan dengan membuang ingus, dan hal lain, telah mengalami gerak maju. Rasa aib kesannya dilekatkan dengan hal-hal (contohnya, membuang ingus, kentut) yang dimasa silam tidak dianggap memalukan. Semakin banyak tembok yang didirikan di antara orang sehingga hal-hal yang sebelumnya sanggup dilakukan di hadapan orang lain kini tersembunyi dari pandangan.
Hubungan Seksual
Elias* mendeskripsikan kecenderungan yang sama di dalam kekerabatan seksual. Pada Abad Pertengahan lazim bagi banyak orang, termasuk laki-laki dan perempuan menghabiskan suatu malam bahu-membahu di ruangan yang sama. Dan bukan tidak lazim bagi mereka tidur telanjang. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu semakin memalukan memperlihatkan diri telanjang dalam kehadiran lawan jenis. Sebagai suatu pola sikap suatu pola sikap seksual "tidak beradab", Elias* melukiskan adat perkawinan yang dimulai pada Abad Pertengahan, "Prosesi memasuki kamar pengantin dipimpin oleh laki-laki terbaik. Pengantin dilucuti pakaiannya oleh pengiring pengantin, beliau harus menanggalkan semua dandanan. Ranjang pengantin harus dinaiki dalam kehadiran saksi semoga perkawinan itu sah. Mereka "dibaringkan bersama". "Pada dikala diranjang Anda benar-benar menikah", begitulah perkataannya. Pada tamat masa pertengahan kebiasaan tersebut berangsur-angsur berubah pada tingkat bahwa pasangan diizinkan berbaring di ranjang dengan berpakaian... Bahkan, di dalam masyarakat absolutis Prancis, pengantin laki-laki dan perempuan dibawa ke kawasan tidur oleh para tamu, ditanggalkan pakaiannya, dan diberi baju tidurnya" (Elias, 1939/1994:145-146).
Jelaslah, hal tersebut berubah lebih lanjut dalam perjalanan waktu seiring dengan kemajuan peradaban. Sekarang ini, segala hal yang terjadi diranjang pengantin tersembunyi, terjadi di diam-diam dan tidak kelihatan oleh para pengamat. Secara lebih umum, kehidupan seksual telah diambil keluar dari masyarakat yang luas dan tertutup di dalam keluarga inti.
Secara keseluruhan di dalam History of Manners, Elias* memerhatikan perubahan-perubahan dalam cara para individu berpikir, bertindak, dan berinteraksi. Kadang-kadang ia membicarakan hal tersebut secara umum, sebagai suatu perubahan di dalam "struktur kepribadian", tetapi Elias sepertinya sedang melukiskan lebih dari sekedar perubahan-perubahan di dalam kepribadian, ia juga sedang melukiskan perubahan-perubahan di dalam cara orang bertindak dan berinteraksi. Secara keseluruhan sanggup diargumenkan bahwa History of Manners sebagian besar berfokus pada perhatian level mikro. Akan tetapi dua faktor melawan penafsiran demikian. Pertama, Elias* sering membahas di dalam History of Manners perubahan-perubahan yang terkait level makro (misalnya, di istana) dan ia berargumen bahwa struktur-struktur kepribadian dan masyarakat berkembang di dalam antar kekerabatan yang tidak sanggup berubah" (1968/1994:188). Kedua, History of Manners ditulis dengan kesadaran bahwa ia disertai oleh Power and Civility, yang membahas secara sentral perubahan-perubahan yang lebih berlevel makro tersebut. Namun demikian, meskipun Elias* ingin menghindari dikotomi mikro-makro, The Civilizing Process terdiri dari dua volume terpisah, yang pertama membahas secara sentral isu-isu mikro dan yang kedua terutama memerhatikan persoalan-persoalan makro.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Nobert Elias. Biografi
2. Nobert Elias. Sosiologi Figurasional
3. Nobert Elias. Sejarah Tingkah Laku
4. Nobert Elias. Kekuasaan dan Keberadaban
Belum ada Komentar untuk "Nobert Elias. Fungsi-Fungsi Alamiah"
Posting Komentar