Michel Foucault

Sketsa Biografi
Ketika beliau meninggal alasannya yakni AIDS pada 1984 pada usia 57 tahun, “Michel Foucalut barangkali merupakan intelektual yang paling terkemuka di dunia” (J. Miller, 1993:13). Kemasyurannya tersebut berasal dari karya-karyanya yang memang mengagumkan yang telah mempengaruhi banyak pemikir di aneka macam bidang, termasuk sosiologi.  Foucault juga melakoni hidup yang sangat menarik dan tema-tema yang menjadi ciri dalam hidupnya juga cenderung menjelaskan karya-karyanya. Pada kenyataannya, bisa dikatakan bahwa Foucault berusaha mendapat pemahaman yang lebih baik perihal dirinya dan semua kekuatan yang menyebabkannya menjalani kehidupan yang ia jalani melalui karya-karyanya tersebut.

Tiga karya Foucault yang terakhir yakni sebuah trilogi yang dicurahkan pada seks—The History of Sexuality (1980a), The Care of The Self (1984), dan The Use of Pleasure (1985). Ketiga karya tersebut mencerminkan obsesi Foucault sepanjang hidupnya dengan seks. Sejumlah besar belahan kehidupan Foucault sepertinya menjelaskan obsesi itu, secara khusus yakni kecendrungannya pada homoseksualitas dan sadomasokisme.

Selama perjalanannya ke San Fransisco pada 1975, Foucault mengunjungi dan sangat tertarik pada komunitas homoseksual yang tumbuh subur di kota ini. Foucault sepertinya tertarik pada seks impersonal yang merebak di sejumlah rumah mandi yang kondang pada waktu itu dan di kota ini.

Minat dan partisipasinya dalam semua pengaturan dan acara itu yakni belahan dari ketertarikan sepanjang hidupnya dalam “yang menguasai, yang tidak bisa dikatakan, yang menakutkan, yang memesonakan, yang ekstatik” (dikutip dalam J. Miller, 1993:27). Dengan kata lain, dalam hidupnya (dan karya-karyanya), Foucault sangat tertarik dalam “pengalaman ambang batas” (ketika orang [termasuk dirinya sendiri] secara sengaja menekan pikiran dan badan mereka sampai mencapai batas hilang [breaking point]) menyerupai acara sadomasokis impersonal yang berlangsung dalam dan di seputar rumah mandi tersebut. Itu yakni keyakinan Foucault bahwa pada ketika pengalaman ambang batas itulah terobosan dan penyingkapan diri dan intelektual yang sangat andal akan menjadi dimungkinkan.

Dengan demikian, seks terkait dengan pengalaman ambang batas dan kedua hal itu, sebaliknya, terkait dengan pandangannya atas kematian: “Menurut saya, kenikmatan yang saya anggap sebagai kenikmatan yang bahu-membahu akan terasa sangat dalam, intens, sepenuhnya menguasai sampai saya tidak bisa menahannya... kenikmatan menyeluruh sepenuhnya... bagi saya, itu terhubung dengan kematian” (Foucault, dikutip dalam J. Miller, 1993:27). Bahkan, pada ekspresi dominan gugur ditahun 1983, ketika beliau sangat sadar perihal AIDS dan fakta bahwa para homoseksual sangat besar kemungkinannya untuk terserang penyakit itu, ia justru mulai kembali terlibat dalam seks impersonal di rumah-rumah mandi di San Fransisco: “Ia menanggapi AIDS dengan sangat serus... ketika beliau bepergian ke San Fransisco untuk terakhir kalinya, ia menganggap hal itu sebagai ‘pengalaman ambang batas’” (dikutip dalam J. Miller, 1993:380).

Foucault juga mempunyai pengalaman ambang batas dengan LSD di Zabriskie Point, Death Valley pada ekspresi dominan semi 1975. Di daerah itu Foucault mencoba LSD untuk pertama kalinya dan jenis obat bius itu menekan pikiran sampai ambang batas: “Langit terasa meledak... dan bintang-bintang berjatuhan menghujani diriku. Aku tahu bahwa itu tidak nyata, tetapi itu yakni kebenaran’” (dikutp dalam J. Miller, 1993:250). Dengan air mata yang berlinang membasahi wajahnya, Foucalut mengatakan, “Aku sangat bahagia... Malam ini saya telah menemukan sebuah perspektif yang sama sekali gres perihal diriku... sekarang saya memahami seksualitasku... kita harus pulang kembali” (dikutip dalam J. Miller, 1993:251).

Sebelum pengalamannya dengan LSD, Foucault tengah bekerja keras menuntaskan penelitiannya perihal sejarah seksualitas. Dia berencana mendekati karya itu sebagaimana pendekatan yang dipakai dalam karyanya yang sebelumnya perihal kegilaaan dan sejumlah masalah lain. Namun, sesudah pengalaman ambang batasnya dengan LSD, ia kemudian sepenuhnya memikirkan ulang proyek itu.  Diantara aneka macam pemikirannya yang lain, proyek itu kemudian menjadi berfokus pada diri. Fokus tersebut barangkali perhatian Foucault yang gres yang telah diantisipasi olehnya ketika, ketika terbang tinggi dengan LSD, ia menyampaikan perihal pulang (kepada diri) kembali.


Foucault mendorong dirinya ke ambang batas tidak hanya dalam kehidupan pribadinya, tetapi juga dalam karya-karyanya. Pada kenyataannya, bisa dikatakan bahwa kedua hal tersebut saling menyokong satu sama lain. Pendapat apapun lainnya yang dimiliki orang atas karya Foucault, semua karyanya terang sangat kreatif; menghadapkan diri pada ambang batas dan bahkan mungkin bergerak melampaui batas kreativitas. Semua karyanya yakni pengalaman ambang batas baginya dan mempelajarinya akan menjadi sebuah “pengalaman ambang batas” bagi para pembacanya.

Karena ia beroperasi di ambang batas, kehidupan dan karya Foucault tidak akan sanggup dijelaskan dengan definisi sederhana. Ketidakmungkinan itu tidak akan menjadi masalah pada Foucault, alasannya yakni ia sendiri pernah menulis “jangan tanyakan siapa saya dan jangan minta saya untuk tidak berubah... Beberapa orang, tanpa diragukan menyerupai saya, menulis untuk tidak mempunyai wajah” (Foucault, dikutip dalam J. Miller, 1993:19).
 

Download di Sini
 

Teori
1. Michel Foucault. Strukturalisme dan Epistemologi
2. Michel Foucault. Arkeologi Pengetahuan
3. Foucault dan Genealogi
4. Michel Foucault. Pemikiran perihal Kuasa
5. Michel Foucault. Sejarah Kegilaan
6. Strukturalisme dan Post-Strukturalisme
7. Teori Queer

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Belum ada Komentar untuk "Michel Foucault"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel