Max Weber. Verstehen Dan Kausalitas
Verstehen
Dibandingkan ilmu alam, para sosiolog mempunyai laba yang terletak pada kemampuannya untuk memahami fenomena sosial. Kata Jerman untuk itu yakni verstehen. Pemakaian istilah tersebut bagi riset historisnya yakni salah satu santunan Weber* yang paling penting sekaligus kontroversial bagi metodologi sosiologi kontemporer.
Pemikiran-pemikiran Weber* mengenai verstehen relatif lazim di kalangan sejarawan Jerman pada masanya, istilah tersebut berasal dari suatu bidang yang dikenal sebagai hermeneutika*. Hermeneutika yakni pendekatan khusus untuk memahami dan menafsirkan tulisan-tulisan yang diterbitkan. Tujuan hermenutika* yakni guna memahami sang pengarang dan juga struktur dasar teksnya.
Demikian, Weber* dan yang lain (misal, Wilhelm Dilthey*) berusaha memperluas ilham tersebut dari suatu pendekatan atas teks ke pendekatan atas kehidupan sosial. Dengan lain perkataan, Weber berusaha memakai peralatan hermeneutika untuk memahami aktor, interaksi, dan semua sejarah manusia.
Salah paham yang umum wacana verstehen ialah bahwa ia hanyalah penggunaan “intuisi” oleh sang peneliti. Dengannya banyak kritisi melihat verstehen sebagai metodologi riset yang “lunak”, irasional, subjektif. Namun Weber* menolak hal tersebut, baginya verstehen meliputi pelaksanaan riset sistematik dan ketat ketimbang sekedar menerima suatu “perasaan” untuk suatu teks atau fenomena. Bagi Weber, verstehen yakni suatu mekanisme studi yang rasional. Fokus studi Weber* dengan memakai pendekatan verstehen ini, ia arahkan pada konteks budaya dan struktur sosial-tindakan, dengannya verstehen yakni suatu alat analisa tingkat makro.
Kausalitas
Studi weber mengenai sebab-sebab fenomena sosial ini berada di dalam ranah sejarah, bukan sosiologi. Namun dalam ranah saat sosiologi tidak sanggup dipisahkan dari ilmu sejarah secara terang terutama dalam karya substantif Weber*, di mana informasi kausalitas ini terkait dengan sosiologi. Isu kausalitas ini terutama menjadi penting saat Weber* berusaha menggabungkan pendekatan-pendekatan nomotetik dan idiografik.
Yang dimaksud Weber* dengan kausalitas hanya lah probabilitas bahwa suatu insiden akan disusul atau disertai insiden lain. Peneliti harus mencari alasan-alasan dan arti perubahan-perubahan historis. Demikian, Weber bekerja dengan pendekatan multi sebab, di dalam pendekatan tersebut “rombongan besar pengaruh-pengaruh interaktif sering kali merupakan faktor-faktor kausalitas yang efektif” (Kalberg, 1994:13).
Hal tersebut terlihat dalam studinya mengenai kekerabatan antara protestanisme dan semangat kapitalisme. Weber* menyatakan bahwa tabiat Protestan yakni salah satu dari faktor-faktor penyebab munculnya semangat kapitalisme modern. Ia menyampaikan bahwa ilham yang ndeso yang menyampaikan bahwa Protestanisme yakni penyebab tunggal kapitalisme. Dalam pandangan Weber*, juga sama bodohnya ialah ilham bahwa kapitalisme sanggup muncul “hanya” sebagai hasil dari Reformasi Protestan; faktor-faktor lain sanggup menjadikan munculnya kapitalisme.
Dalam The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism*, dan juga dalam sebagian besar karya historisnya yang lain, Weber* tertarik pada pertanyaan kausalitas, tetapi ia tidak bekerja dengan model satu-arah yang sederhana; ia selalu membiasakan diri dengan antarhubungan-antarhubungan di antara sejumlah faktor sosial.
Hal yang sangat penting diingat wacana anutan Weber* mengenai kausalitas ialah doktrin bahwa, lantaran kita mempunyai pengertian yang istimewa atas kehidupan sosial (verstehen), pengetahuan kausal ilmu-ilmu sosial berbeda dari pengetahuan kausal ilmu-ilmu alam. Demikian, pemikiran-pemikiran Weber* mengenai kausalitas berkaitan erat dengan usaha-usahanya untuk merukunkan konflik di antara pengetahuan nomotetik dan ideografik. Orang-orang yang berpihak pada sudut pandang nomotetik akan menyatakan bahwa ada kekerabatan penting di antara fenomena sosial, sementara itu bagi mereka yang berpihak pada sudut pandang ideografik cenderung melihat hanya hubungan-hubungan yang acak saja di antara entitas-entitas tersebut. Seperti biasa Weber* mengambil posisi tengah, yang dilambangkan dalam konsepnya wacana “kausalitas yang memadai”. Gagasan kausalitas yang memadai menganut pandangan bahwa yang terbaik yang sanggup kita lakukan di dalam sosiologi ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probabilistik wacana kekerabatan di antara fenomena sosial; yakni, jikalau x terjadi, maka mungkin y akan terjadi. Tujuannya ialah untuk “menaksir seberapa banyak akhir tertentu ‘disokong’ oleh ‘kondisi-kondisi’ tertentu”.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Max Weber. Biografi
2. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
3. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Ekonomi
4. Max Weber. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
5. Max Weber. Metodologi: Sejarah dan Sosiologi
6. Max Weber. Sosiologi Substantif
7. Max Weber. Tindakan Sosial
8. Max Weber. Rasionalisasi
9. Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial
10. Max Weber. Struktur-Struktur Otoritas
11. Weber dan Teori Tindakan
12. Max Weber. Tipe-Tipe Ideal
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Weber dan Teori Tindakan
15. Max Weber. Tipe-Tipe Rasionalitas
Dibandingkan ilmu alam, para sosiolog mempunyai laba yang terletak pada kemampuannya untuk memahami fenomena sosial. Kata Jerman untuk itu yakni verstehen. Pemakaian istilah tersebut bagi riset historisnya yakni salah satu santunan Weber* yang paling penting sekaligus kontroversial bagi metodologi sosiologi kontemporer.
Pemikiran-pemikiran Weber* mengenai verstehen relatif lazim di kalangan sejarawan Jerman pada masanya, istilah tersebut berasal dari suatu bidang yang dikenal sebagai hermeneutika*. Hermeneutika yakni pendekatan khusus untuk memahami dan menafsirkan tulisan-tulisan yang diterbitkan. Tujuan hermenutika* yakni guna memahami sang pengarang dan juga struktur dasar teksnya.
Salah paham yang umum wacana verstehen ialah bahwa ia hanyalah penggunaan “intuisi” oleh sang peneliti. Dengannya banyak kritisi melihat verstehen sebagai metodologi riset yang “lunak”, irasional, subjektif. Namun Weber* menolak hal tersebut, baginya verstehen meliputi pelaksanaan riset sistematik dan ketat ketimbang sekedar menerima suatu “perasaan” untuk suatu teks atau fenomena. Bagi Weber, verstehen yakni suatu mekanisme studi yang rasional. Fokus studi Weber* dengan memakai pendekatan verstehen ini, ia arahkan pada konteks budaya dan struktur sosial-tindakan, dengannya verstehen yakni suatu alat analisa tingkat makro.
Kausalitas
Studi weber mengenai sebab-sebab fenomena sosial ini berada di dalam ranah sejarah, bukan sosiologi. Namun dalam ranah saat sosiologi tidak sanggup dipisahkan dari ilmu sejarah secara terang terutama dalam karya substantif Weber*, di mana informasi kausalitas ini terkait dengan sosiologi. Isu kausalitas ini terutama menjadi penting saat Weber* berusaha menggabungkan pendekatan-pendekatan nomotetik dan idiografik.
Yang dimaksud Weber* dengan kausalitas hanya lah probabilitas bahwa suatu insiden akan disusul atau disertai insiden lain. Peneliti harus mencari alasan-alasan dan arti perubahan-perubahan historis. Demikian, Weber bekerja dengan pendekatan multi sebab, di dalam pendekatan tersebut “rombongan besar pengaruh-pengaruh interaktif sering kali merupakan faktor-faktor kausalitas yang efektif” (Kalberg, 1994:13).
Hal tersebut terlihat dalam studinya mengenai kekerabatan antara protestanisme dan semangat kapitalisme. Weber* menyatakan bahwa tabiat Protestan yakni salah satu dari faktor-faktor penyebab munculnya semangat kapitalisme modern. Ia menyampaikan bahwa ilham yang ndeso yang menyampaikan bahwa Protestanisme yakni penyebab tunggal kapitalisme. Dalam pandangan Weber*, juga sama bodohnya ialah ilham bahwa kapitalisme sanggup muncul “hanya” sebagai hasil dari Reformasi Protestan; faktor-faktor lain sanggup menjadikan munculnya kapitalisme.
Dalam The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism*, dan juga dalam sebagian besar karya historisnya yang lain, Weber* tertarik pada pertanyaan kausalitas, tetapi ia tidak bekerja dengan model satu-arah yang sederhana; ia selalu membiasakan diri dengan antarhubungan-antarhubungan di antara sejumlah faktor sosial.
Hal yang sangat penting diingat wacana anutan Weber* mengenai kausalitas ialah doktrin bahwa, lantaran kita mempunyai pengertian yang istimewa atas kehidupan sosial (verstehen), pengetahuan kausal ilmu-ilmu sosial berbeda dari pengetahuan kausal ilmu-ilmu alam. Demikian, pemikiran-pemikiran Weber* mengenai kausalitas berkaitan erat dengan usaha-usahanya untuk merukunkan konflik di antara pengetahuan nomotetik dan ideografik. Orang-orang yang berpihak pada sudut pandang nomotetik akan menyatakan bahwa ada kekerabatan penting di antara fenomena sosial, sementara itu bagi mereka yang berpihak pada sudut pandang ideografik cenderung melihat hanya hubungan-hubungan yang acak saja di antara entitas-entitas tersebut. Seperti biasa Weber* mengambil posisi tengah, yang dilambangkan dalam konsepnya wacana “kausalitas yang memadai”. Gagasan kausalitas yang memadai menganut pandangan bahwa yang terbaik yang sanggup kita lakukan di dalam sosiologi ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probabilistik wacana kekerabatan di antara fenomena sosial; yakni, jikalau x terjadi, maka mungkin y akan terjadi. Tujuannya ialah untuk “menaksir seberapa banyak akhir tertentu ‘disokong’ oleh ‘kondisi-kondisi’ tertentu”.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Max Weber. Biografi
2. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
3. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Ekonomi
4. Max Weber. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
5. Max Weber. Metodologi: Sejarah dan Sosiologi
6. Max Weber. Sosiologi Substantif
7. Max Weber. Tindakan Sosial
8. Max Weber. Rasionalisasi
9. Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial
10. Max Weber. Struktur-Struktur Otoritas
11. Weber dan Teori Tindakan
12. Max Weber. Tipe-Tipe Ideal
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Weber dan Teori Tindakan
15. Max Weber. Tipe-Tipe Rasionalitas
Belum ada Komentar untuk "Max Weber. Verstehen Dan Kausalitas"
Posting Komentar