Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur
Kelompok sosial* yang relatif tidak teratur, contohnya kerumunan, publik, dan lain sebagainya, beserta bentuk-bentuknya. Bentuk kelompok sosial* yang tidak teratur intinya sanggup dimasukan ke dalam dua golongan besar, yaitu kerumunan dan publik.
1. Kerumunan (Crowd)
Suatu kelompok insan tidak hanya tergantung pada adanya interaksi belaka, tetapi juga lantaran adanya sentra perhatian yang sama. Ukuran utama adanya kerumunan ialah kehadiran orang-orang secara fisik. Paling tidak batas kerumunan ialah sejauh mata sanggup melihat dan selama pendengaran sanggup mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera mati sehabis orang-orangnya bubar. Jadi, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial* yang bersifat sementara (temporer).
Kerumunan terperinci tidak terorganisasi. Ia sanggup memiliki pimpinan, tetapi tidak memiliki sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan (stratifikasi) sosial. Artinya, interaksi di dalamnya bersifat impulsif dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadir dan berkumpul memiliki kedudukan sosial yang sama. Identitas sosial seseorang biasanya karam apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam suatu kerumunan. Seorang guru, mahasiswa, pedagang, pegawai, dan lain sebagainya yang sama-sama menunggu bis memiliki kedudukan yang sama. Suatu kerumunan gampang sekali beraksi lantaran individu-individu yang berkumpul memiliki satu sentra perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan suatu aksi. Orang-orang dalam kerumunan tadi akan gampang sekali memalsukan tingkah laris orang lain yang sekerumunan dan tingkah laris tadi menerima dorongan dari semuanya. Puncak-puncak agresi tersebut akan dilalui apabila secara fisik mereka sudah lelah dan tujuan bersama tercapai. Kadang kala sumber sugesti untuk berbuat tiba dari individu tertentu yang berada bersahabat sentra perhatian tersebut. Sugesti yang berlawanan dengan sentra perhatian tidak akan diacuhkan. Untuk membubarkan suatu kerumunan, diharapkan usaha-usaha mengalihkan sentra perhatian, menakuti mereka, atau dengan mencerai-beraikan pendapat umum kerumunan tersebut sehingga terjadi kontradiksi antara mereka sendiri.
Individu-individu yang merupakan suatu kerumunan, berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan. Hal tersebut tidak berarti bahwa sama sekali tidak ada sebab. Sering kali yang terjadi yang menjadi lantaran ialah penggunaan akomodasi yang sama dalam memenuhi cita-cita pribadinya. Semua itu terjadi sebagai penyaluran cita-cita ataupun ketegangan yang terdapat di dalam diri seseorang. Bahkan kerumunan terjadi lantaran seseorang ingin memalsukan perbuatan orang lain, yang kemudian diikuti lagi oleh orang lain yang menyaksikannya.
Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan sendiri. Alat-alat pengendalian sosial juga tidak dipunyainya lantaran sifatnya yang spontan. Di sisi lain, bahkan norma-norma dalam masyarakat sering membatasi terjadinya kerumunan. Masyarakat-masyarakat tertentu melarang atau membatasi diadakannya demonstrasi. Ada pula usaha-usaha preventif terhadap terjadinya panik di antara penonton-penonton pertandingan olah raga. Memang, suatu kerumunan yang sudah beraksi memiliki kecenderungan untuk merusak; kerumunan lebih suka merusak daripada membangun sesuatu. Namun kerumunan pun sanggup diarahkan pada tujuan-tujuan baik, menyerupai yang terlihat pada kumpulan insan menghadiri khotbah keagamaan.
Berikut bentuk-bentuk umum kerumunan,
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
1) Formal Audiences; khalayak penonton atau pendengar formal merupakan kerumunan-kerumunan yang memiliki sentra perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif. Contohnya penonton film, orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan.
2) Planned Expressive Group; kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group) ialah kerumunan yang sentra perhatiannya tidak begitu penting, tetapi memiliki persamaan tujuan yang tersimpul dalam acara kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya ialah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang lantaran pekerjaan sehari-hari. Contoh orang yang berpesta, berdansa, dan sebagainya.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (causal crowds)
1) Inconvenient Aggregations; kumpulan yang kurang menyenangkan ialah orang-orang yang antri karcis, dan sebagainya. Dalam kerumunan tersebut kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
2) Panic Crowds; kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik, yaitu orang-orang yang bahu-membahu berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
3) Spectator Crowds; kerumunan penonton terjadi lantaran melihat suatu insiden tertentu.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma aturan (lawless crowds)
1) Acting Mobs; kerumunan yang bertindak emosional bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memakai kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya lantaran hak-hak mereka yang diinjak-injak atau lantaran ketidakadilan.
2) Immoral crowds; kerumunan yang bersifat immoral hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya ialah kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Contohnya ialah orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Sering pula dinamakan khalayak umum atau khalayak ramai. Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak pribadi melalui alat-alat komunikasi menyerupai contohnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya.
Download di Sini
1. Kerumunan (Crowd)
Suatu kelompok insan tidak hanya tergantung pada adanya interaksi belaka, tetapi juga lantaran adanya sentra perhatian yang sama. Ukuran utama adanya kerumunan ialah kehadiran orang-orang secara fisik. Paling tidak batas kerumunan ialah sejauh mata sanggup melihat dan selama pendengaran sanggup mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera mati sehabis orang-orangnya bubar. Jadi, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial* yang bersifat sementara (temporer).
Kerumunan terperinci tidak terorganisasi. Ia sanggup memiliki pimpinan, tetapi tidak memiliki sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan (stratifikasi) sosial. Artinya, interaksi di dalamnya bersifat impulsif dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadir dan berkumpul memiliki kedudukan sosial yang sama. Identitas sosial seseorang biasanya karam apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam suatu kerumunan. Seorang guru, mahasiswa, pedagang, pegawai, dan lain sebagainya yang sama-sama menunggu bis memiliki kedudukan yang sama. Suatu kerumunan gampang sekali beraksi lantaran individu-individu yang berkumpul memiliki satu sentra perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan suatu aksi. Orang-orang dalam kerumunan tadi akan gampang sekali memalsukan tingkah laris orang lain yang sekerumunan dan tingkah laris tadi menerima dorongan dari semuanya. Puncak-puncak agresi tersebut akan dilalui apabila secara fisik mereka sudah lelah dan tujuan bersama tercapai. Kadang kala sumber sugesti untuk berbuat tiba dari individu tertentu yang berada bersahabat sentra perhatian tersebut. Sugesti yang berlawanan dengan sentra perhatian tidak akan diacuhkan. Untuk membubarkan suatu kerumunan, diharapkan usaha-usaha mengalihkan sentra perhatian, menakuti mereka, atau dengan mencerai-beraikan pendapat umum kerumunan tersebut sehingga terjadi kontradiksi antara mereka sendiri.
Individu-individu yang merupakan suatu kerumunan, berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan. Hal tersebut tidak berarti bahwa sama sekali tidak ada sebab. Sering kali yang terjadi yang menjadi lantaran ialah penggunaan akomodasi yang sama dalam memenuhi cita-cita pribadinya. Semua itu terjadi sebagai penyaluran cita-cita ataupun ketegangan yang terdapat di dalam diri seseorang. Bahkan kerumunan terjadi lantaran seseorang ingin memalsukan perbuatan orang lain, yang kemudian diikuti lagi oleh orang lain yang menyaksikannya.
Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan sendiri. Alat-alat pengendalian sosial juga tidak dipunyainya lantaran sifatnya yang spontan. Di sisi lain, bahkan norma-norma dalam masyarakat sering membatasi terjadinya kerumunan. Masyarakat-masyarakat tertentu melarang atau membatasi diadakannya demonstrasi. Ada pula usaha-usaha preventif terhadap terjadinya panik di antara penonton-penonton pertandingan olah raga. Memang, suatu kerumunan yang sudah beraksi memiliki kecenderungan untuk merusak; kerumunan lebih suka merusak daripada membangun sesuatu. Namun kerumunan pun sanggup diarahkan pada tujuan-tujuan baik, menyerupai yang terlihat pada kumpulan insan menghadiri khotbah keagamaan.
Berikut bentuk-bentuk umum kerumunan,
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
1) Formal Audiences; khalayak penonton atau pendengar formal merupakan kerumunan-kerumunan yang memiliki sentra perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif. Contohnya penonton film, orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan.
2) Planned Expressive Group; kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group) ialah kerumunan yang sentra perhatiannya tidak begitu penting, tetapi memiliki persamaan tujuan yang tersimpul dalam acara kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya ialah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang lantaran pekerjaan sehari-hari. Contoh orang yang berpesta, berdansa, dan sebagainya.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (causal crowds)
1) Inconvenient Aggregations; kumpulan yang kurang menyenangkan ialah orang-orang yang antri karcis, dan sebagainya. Dalam kerumunan tersebut kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
2) Panic Crowds; kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik, yaitu orang-orang yang bahu-membahu berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
3) Spectator Crowds; kerumunan penonton terjadi lantaran melihat suatu insiden tertentu.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma aturan (lawless crowds)
1) Acting Mobs; kerumunan yang bertindak emosional bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memakai kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya lantaran hak-hak mereka yang diinjak-injak atau lantaran ketidakadilan.
2) Immoral crowds; kerumunan yang bersifat immoral hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya ialah kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Contohnya ialah orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Sering pula dinamakan khalayak umum atau khalayak ramai. Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak pribadi melalui alat-alat komunikasi menyerupai contohnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya.
Download di Sini
Belum ada Komentar untuk "Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur"
Posting Komentar