Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
Komoditas yakni produk-produk pekerjaan manusia, tetapi komoditas sanggup jadi terpisah dari kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud para penciptanya. Karena nilai tukar mengambang bebas dari komoditas nyata dan sepertinya berada di suatu ranah yang terpisah dari setiap penggunaan manusia, kita digiring untuk percaya bahwa objek-objek itu dan pasar untuknya memiliki eksistensi yang independen. Di dalam kapitalisme yang berkembang sepenuhnya, kepercayaan menyerupai itu menjadi realitas saat objek-objek dan pasar-pasarnya benar-benar menjadi fenomena nyata yang independen. Komoditas mendapatkan realitas eksternal independen yang nyaris mistis (Marx, 1867/1967:35). Marx* menyebut proses itu sebagai pemberhalaan komoditas (fetishism of commodity) (Dant, 1996; Sherlock, 1997). Marx tidak memaksudkan bahwa komoditas mendapatkan makna seksual, alasannya ia menulis sebelum freud yang memberi pelintiran istilah fetish itu. Marx* menyinggung cara-cara bagaimana para praktisi sejumlah agama menyerupai kaum Zuni, mengukir patung-patung dan lalu memujanya. Dengan fetish, Marx memaksudkan suatu benda yang kita buat sendiri dan lalu kita puja seolah-olah ia yakni dewa.
Di dalam kapitalisme, produk-produk yang kita buat, nilai-nilainya, dan perekonomian yang terdiri dari pertukaran-pertukaran yang kita lakukan semuanya tampak mendapatkan kehidupannya sendiri, terpisah dari setiap kebutuhan atau keputusan manusia. Bahkan, pekerjaan kita sendiri—hal yang berdasarkan Marx*, menciptakan kita benar-benar manusia—menjadi suatu komoditas yang diperjualbelikan. Pekerjaan kita memperoleh nilai tukar yang terpisah dari kita. Ia berkembang menjadi suatu benda abnormal dan dipakai oleh sang kapitalis untuk menciptakan objek-objek yang karenanya mendominasi kita. Karena itu, komoditas yakni sumber alienasi yang didiskusikan di atas. Bahkan, pekerjaan para penghasil komoditas yang bekerja sendiri pun teralienasi, alasannya mereka harus menghasilkan untuk pasar daripada untuk mencapai maksud-maksud mereka sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.
Oleh alasannya itu, ekonomi mendapatkan suatu fungsi yang dipercaya Marx* hanya sanggup dilakukan oleh para aktor: produksi nilai. Bagi Marx, nilai sejati suatu benda berasal dari suatu fakta bahwa pekerjaan menghasilkannya dan seseorang membutuhkannya. Nilai sejati komoditas menggambarkan relasi-relasi sosial manusia. Sebaliknya, di dalam kapitalisme, kata Marx*, “Relasi sosial yang nyata di antara manusia... mendapatkan bentuk fantastik korelasi di antara benda-benda” (1867/1967:72). Dengan memberi realitas kepada komoditas dan pasar di dalam kapitalisme, individu terus-menerus kehilangan kendali atasnya. Oleh alasannya itu, sebuah komoditas yakni “sebuah benda misterius, hanya alasannya di dalam komoditas sifat sosial pekerjaan insan tampak menjadi sifat objektif yang dibubuhkan kepada produk pekerjaan itu: alasannya hubungan-hubungan para produsen dengan jumlah total pekerjaan mereka sendiri disajikan kepada mereka sebagai suatu korelasi sosial, yang ada bukan di antara sesama mereka, tetapi di antara produk-produk pekerjaan mereka” (Marx, 1867/1967:72).
Misalnya, bayangkan perihal secangkir kopi yang sanggup Anda beli sebelum duduk untuk membaca postingan ini. Di dalam transaksi sederhana itu, Anda memasuki korelasi dengan ratusan orang lain; penjaga warung, pemilik kedai kopi, orang-orang yang bekerja di daerah pemanggangan kopi, importir, sopir truk, buruh pelabuhan, dan semua orang di dalam kapal yang membawa serbuk kopi, para pemilik perkebunan kopi, pemetik kopi, dan seterusnya. Selain itu, Anda mendukung suatu korelasi perdagangan khusus antarnegara, khususnya bentuk khusus pemerintahan di dalam negara yang menanam kopi yang secara historis telah dibuat oleh perdagangan kopi, korelasi khusus di antara pemilik perkebunan dan pekerja, dan banyak lagi korelasi sosial lainnya. Anda melaksanakan semua itu dengan menukar uang untuk secangkir kopi. Di dalam korelasi di antara objek itu—uang dan kopi—tersembunyi semua korelasi sosial tersebut.
Diskusi Marx* mengenai komoditas dan pemberhalaannya membawa kita dari level pemain drama individual menuju struktur-struktur sosial berskala besar. Pemberhalaan komoditas memberi ekonomi realitas objektif dan independen yang bersifat eksternal dan memaksa kepada sang aktor. Dilihat dengan cara demikian pemberhalaan komoditas diterjemahkan ke dalam konsep reifikasi (Lukacs, 1922/1968, Sherlock, 1997). Reifikasi sanggup dipikirkan sebagai “pembendaan” (thingification) atau proses menjadi percaya bahwa bentuk-bentuk sosial yang diciptakan secara manusiawi yakni benda-benda alamiah, universal, dan absolut. Hasil reifikasi, bentuk-bentuk sosial benar-benar menerima sifat-sifat itu. Konsep reifikasi menyiratkan, insan percaya bahwa struktur-struktur sosial berada di luar kendali mereka dan tidak sanggup diubah. Reifikasi terjadi saat kepercayaan itu menjadi suatu ramalan yang terwujud. Lalu struktur-struktur itu benar-benar menerima sifat yang diberikan insan kepadanya. Manusia menjadi terserap oleh objektivitas dan otoritas kepura-puraan ekonomi. Akan tetapi, berdasarkan Marx* ekonomi bukan suatu benda alamiah yang objektif. Ekonomi yakni suatu bentuk dominasi, dan keputusan-keputusan perihal suku bunga dan PHK yakni keputusan-keputusan politis yang cenderung menguntungkan satu kelompok dibanding kelompok lain.
Manusia mereifikasi seluruh gugusan korelasi sosial dan struktur sosial. Sebagaimana insan mereifikasi komoditas-komoditas dan fenomena ekonomi lainnya (contohnya, pembagian kerja [Rattansi, 1982; Wallimann, 1981]), mereka juga mereifikasi struktur-struktur agamis (Barbalet, 1983:147), politis, dan organisasional. Marx* memaksudkan hal serupa saat mengacu kepada negara:”Dan persis dari pertentangan di antara individu dan... komunitas, komunitas mengambil bentuk independen sebagai negara, yang bercerai dari kepentingan-kepentingan nyata individu dan komunitas” (dikutip di dalam Bender, 1970:176). Kapitalisme terbuat dari tipe-tipe khusus relasi-relasi sosial yang cenderung mengambil bentuk-bentuk yang tampak independen dan pada karenanya independen dari insan nyata yang terlibat. Seperti dikatakan oleh Moishe Postone (1993:4) kepada kita, “Hasilnya ialah suatu bentuk dominasi sosial gres yang semakin abstrak—dominasi yang menundukkan insan kepada keharusan-keharusan struktural tidak berpribadi dan pembatasan-pembatasan yang tidak sanggup dipahami secara memadai dari segi dominasi konkret (misalnya, dominasi langsung atau kelompok).
Download di Sini
Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Komunisme
15. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
16. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
17. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
18. Karl Marx. Alienasi
19. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
20. Karl Marx. Potensi Manusia
21. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Di dalam kapitalisme, produk-produk yang kita buat, nilai-nilainya, dan perekonomian yang terdiri dari pertukaran-pertukaran yang kita lakukan semuanya tampak mendapatkan kehidupannya sendiri, terpisah dari setiap kebutuhan atau keputusan manusia. Bahkan, pekerjaan kita sendiri—hal yang berdasarkan Marx*, menciptakan kita benar-benar manusia—menjadi suatu komoditas yang diperjualbelikan. Pekerjaan kita memperoleh nilai tukar yang terpisah dari kita. Ia berkembang menjadi suatu benda abnormal dan dipakai oleh sang kapitalis untuk menciptakan objek-objek yang karenanya mendominasi kita. Karena itu, komoditas yakni sumber alienasi yang didiskusikan di atas. Bahkan, pekerjaan para penghasil komoditas yang bekerja sendiri pun teralienasi, alasannya mereka harus menghasilkan untuk pasar daripada untuk mencapai maksud-maksud mereka sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.
Oleh alasannya itu, ekonomi mendapatkan suatu fungsi yang dipercaya Marx* hanya sanggup dilakukan oleh para aktor: produksi nilai. Bagi Marx, nilai sejati suatu benda berasal dari suatu fakta bahwa pekerjaan menghasilkannya dan seseorang membutuhkannya. Nilai sejati komoditas menggambarkan relasi-relasi sosial manusia. Sebaliknya, di dalam kapitalisme, kata Marx*, “Relasi sosial yang nyata di antara manusia... mendapatkan bentuk fantastik korelasi di antara benda-benda” (1867/1967:72). Dengan memberi realitas kepada komoditas dan pasar di dalam kapitalisme, individu terus-menerus kehilangan kendali atasnya. Oleh alasannya itu, sebuah komoditas yakni “sebuah benda misterius, hanya alasannya di dalam komoditas sifat sosial pekerjaan insan tampak menjadi sifat objektif yang dibubuhkan kepada produk pekerjaan itu: alasannya hubungan-hubungan para produsen dengan jumlah total pekerjaan mereka sendiri disajikan kepada mereka sebagai suatu korelasi sosial, yang ada bukan di antara sesama mereka, tetapi di antara produk-produk pekerjaan mereka” (Marx, 1867/1967:72).
Misalnya, bayangkan perihal secangkir kopi yang sanggup Anda beli sebelum duduk untuk membaca postingan ini. Di dalam transaksi sederhana itu, Anda memasuki korelasi dengan ratusan orang lain; penjaga warung, pemilik kedai kopi, orang-orang yang bekerja di daerah pemanggangan kopi, importir, sopir truk, buruh pelabuhan, dan semua orang di dalam kapal yang membawa serbuk kopi, para pemilik perkebunan kopi, pemetik kopi, dan seterusnya. Selain itu, Anda mendukung suatu korelasi perdagangan khusus antarnegara, khususnya bentuk khusus pemerintahan di dalam negara yang menanam kopi yang secara historis telah dibuat oleh perdagangan kopi, korelasi khusus di antara pemilik perkebunan dan pekerja, dan banyak lagi korelasi sosial lainnya. Anda melaksanakan semua itu dengan menukar uang untuk secangkir kopi. Di dalam korelasi di antara objek itu—uang dan kopi—tersembunyi semua korelasi sosial tersebut.
Diskusi Marx* mengenai komoditas dan pemberhalaannya membawa kita dari level pemain drama individual menuju struktur-struktur sosial berskala besar. Pemberhalaan komoditas memberi ekonomi realitas objektif dan independen yang bersifat eksternal dan memaksa kepada sang aktor. Dilihat dengan cara demikian pemberhalaan komoditas diterjemahkan ke dalam konsep reifikasi (Lukacs, 1922/1968, Sherlock, 1997). Reifikasi sanggup dipikirkan sebagai “pembendaan” (thingification) atau proses menjadi percaya bahwa bentuk-bentuk sosial yang diciptakan secara manusiawi yakni benda-benda alamiah, universal, dan absolut. Hasil reifikasi, bentuk-bentuk sosial benar-benar menerima sifat-sifat itu. Konsep reifikasi menyiratkan, insan percaya bahwa struktur-struktur sosial berada di luar kendali mereka dan tidak sanggup diubah. Reifikasi terjadi saat kepercayaan itu menjadi suatu ramalan yang terwujud. Lalu struktur-struktur itu benar-benar menerima sifat yang diberikan insan kepadanya. Manusia menjadi terserap oleh objektivitas dan otoritas kepura-puraan ekonomi. Akan tetapi, berdasarkan Marx* ekonomi bukan suatu benda alamiah yang objektif. Ekonomi yakni suatu bentuk dominasi, dan keputusan-keputusan perihal suku bunga dan PHK yakni keputusan-keputusan politis yang cenderung menguntungkan satu kelompok dibanding kelompok lain.
Manusia mereifikasi seluruh gugusan korelasi sosial dan struktur sosial. Sebagaimana insan mereifikasi komoditas-komoditas dan fenomena ekonomi lainnya (contohnya, pembagian kerja [Rattansi, 1982; Wallimann, 1981]), mereka juga mereifikasi struktur-struktur agamis (Barbalet, 1983:147), politis, dan organisasional. Marx* memaksudkan hal serupa saat mengacu kepada negara:”Dan persis dari pertentangan di antara individu dan... komunitas, komunitas mengambil bentuk independen sebagai negara, yang bercerai dari kepentingan-kepentingan nyata individu dan komunitas” (dikutip di dalam Bender, 1970:176). Kapitalisme terbuat dari tipe-tipe khusus relasi-relasi sosial yang cenderung mengambil bentuk-bentuk yang tampak independen dan pada karenanya independen dari insan nyata yang terlibat. Seperti dikatakan oleh Moishe Postone (1993:4) kepada kita, “Hasilnya ialah suatu bentuk dominasi sosial gres yang semakin abstrak—dominasi yang menundukkan insan kepada keharusan-keharusan struktural tidak berpribadi dan pembatasan-pembatasan yang tidak sanggup dipahami secara memadai dari segi dominasi konkret (misalnya, dominasi langsung atau kelompok).
Download di Sini
Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Komunisme
15. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
16. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
17. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
18. Karl Marx. Alienasi
19. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
20. Karl Marx. Potensi Manusia
21. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas
Belum ada Komentar untuk "Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas"
Posting Komentar