Karl Marx. Alienasi

Meskipun Marx* percaya bahwa ada suatu hubungan yang menempel antara kerja dan hakikat manusia, beliau menganggap bahwa hubungan itu disesatkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang disesatkan itu sebagai alienasi (Beilharz, 200a; Cooper, 1991; Meisenhelder, 1991). Diskusi masa sekarang mengenai konsep Marx atas hakikat insan dan alienasinya terutama berasal dari karya Marx* awal. Di dalam karyanya yang belakangan mengenai hakikat masyarakat kapitalis, beliau menjauhkan diri dari suatu istilah filosofis yang berat menyerupai alienasi, namun alienasi tetap merupakan salah satu keprihatinannya yang utama (Barbalet, 1983:95).

Marx* menganalisis bentuk ganjil yang telah diambil oleh hubungan kita dengan pekerjaan kita di bawah kapitalisme. Kita tidak lagi melihat kerja kita sebagai pengungkapan suatu maksud. Tidak ada objektivasi. Sebagai gantinya, kita bekerja sesuai dengan maksud sang kapitalis yang mengupah dan membayar kita. Bukannya sebagai tujuan itu sendiri—ungkapan kecakapan-kecakapan manusia—kerja di dalam kapitalisme disusutkan menjadi alat bagi suatu tujuan: memperoleh uang (Marx, 1932/1964:73). Karena kerja itu bukan milik kita sendiri, ia tidak lagi mengubah kita. Sebagai gantinya malah kita yang teralienasi dari kerja kita sehingga teralienasi dari hakikat insan kita.


Meskipun individulah yang merasa teralienasi di dalam masyarakat kapitalis, keprihatinan analitis fundamental Marx* ialah pada struktur-struktur kapitalisme yang menyebabkan alienasi (Israel, 1971). Marx* memakai konsep alienasi untuk menyingkapkan dampak produksi kapitalis yang bersifat menghancurkan terhadap insan dan terhadap masyarakat. Yang sangat signifikan di sini ialah sistem dua kelas yaitu kaum kapitalis mempekerjakan karyawan (dengan demikian mereka mempunyai waktu para pekerja) dan para kapitalis mempunyai alat-alat produksi (alat-alat dan bahan-bahan mentah) dan juga mempunyai produk-produk hasil akhirnya. Agar sanggup bertahan hidup, para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kaum kapitalis. Struktur-struktur itu, khususnya pembagian kerja ialah dasar sosiologi alienasi.

Hasilnya, orang merasa aktif secara bebas hanya di dalam fungsi-fungsi hewani mereka—makan, minum, menghasilkan keturunan. Di dalam proses kerja yang pada hakikatnya manusiawi, mereka tidak lagi merasa dirinya menjadi apa pun selain sebagai hewan. Yang hewani menjadi manusiawi, dan yang manusiawi menjadi hewani. Tentu saja makan, minum, menghasilkan keturunan, dan seterusnya ialah fungsi-fungsi manusiawi, tetapi saat dipisahkan dari ruang lingkup semua aktivitas manusiawi lainnya dan bermetamorfosis tujuan satu-satunya dan terakhir, ia menjadi fungsi-fungsi hewani.

Alienasi sanggup dilihat mempunyai empat komponen dasar.
1. Para pekerja dalam masyarakat kapitalis dialienasi dari aktivitas produktifnya; mereka tidak menghasilkan objek-objek berdasarkan ide-ide mereka sendiri atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri secara langsung.

2. Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi bukan hanya oleh kegiatan-kegiatan produktif tetapi juga dari objek kegiatan-kegiatan itu—produk; produk pekerjaan mereka bukan milik para pekerja, tetapi milik para kapitalis.


3. Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari para rekan kerjanya; “Anda sanggup bekerja di bersahabat seorang laki-laki selama berbulan-bulan tanpa mengetahui namanya. Karena satu hal, Anda terlalu sibuk untuk sanggup bicara”.

4. Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi manusianya sendiri; sebagai ganti dari sumber transformasi dan pemenuhan hakikat manusia, daerah kerja malah menjadi daerah kita merasa paling kurang sebagai manusia, paling kurang sebagai diri kita sendiri. Para individu semakin sedikit bekerja sebagai insan alasannya mereka semakin tersusutkan di dalam pekerjaan mereka menjadi berfungsi sebagai mesin.


Alienasi ialah suatu pola jenis pertentangan yang menjadi sentra perhatian pendekatan dialektis Marx*. Ada suatu pertentangan nyata di antara hakikat manusia. Yang didefinisikan dan ditransformasikan oleh pekerjaan, dan kondisi-kondisi nyata pekerjaan di bawah kapitalisme. Apa yang ingin ditekankan Marx* ialah bahwa pertentangan menyerupai itu tidak sanggup dipecahkan hanya di dalam pikiran. Kita tidak kurang teralienasi alasannya kita menyamakan diri dengan majikan kita atau dengan barang-barang yang sanggup dibeli oleh upah kita. Justru, barang-barang itu ialah tanda-tanda alienasi kita, yang sanggup disudahi hanya melalui perubahan sosial.


Download di Sini


Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme   
16. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
17. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
18. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
19. Karl Marx, Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
20. Karl Marx. Potensi Manusia
21. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas

Belum ada Komentar untuk "Karl Marx. Alienasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel