Kapitalisme Transnasional
Leslie Sklair (2002) membuat perbedaan antara dua sistem globalisasi. Sistem pertama, sistem globalisasi yang kapitalis yaitu yang kini ini sedang berjaya. Sistem kedua, sistem yang sosialis yang belum hadir, tetapi telah ditandai oleh gerakan anti-globalisasi yang ada sekarang, terutama gerakan-gerakan yang berorientasi pada akreditasi yang semakin besar pada hak asasi insan di seluruh dunia. Berbagai gerakan anti-globalisasi, dan kemungkinan membentuk globalisasi yang sosialis, telah dimungkinkan dengan adanya banyak sekali perkara sistem globalisasi yang tengah berjalan kini, terutama polarisasi kelas dan semakin tidak bisa diteruskannya globalisasi kapitalis secara ekologis.
Walaupun negara-bangsa tetap penting, Sklair memusatkan perhatiannya pada praktik-praktik transnasional yang bisa menerobos batas-batas termasuk batas yang diciptakan oleh negara, dengan implikasi bahwa batas-batas teritorial semakin tidak berarti penting dalam globalisasi kapitalis. Sebagai seorang Marxis, Sklair memperlihatkan perhatian lebih pada praktik-praktik ekonomi transnasional, dan dalam konteks itulah perusahaan transnasional—salah satu aspek analisanya—sangat dominan. Hal yang mendasari perhatiannya pada perusahaan transnasional yaitu fatwa bahwa kapitalisme telah menjauh dari menjadi sebuah sistem internasional (karena negara-bangsa menjadi semakin tidak berarti) dan mengarah menjadi sebuah sistem yang mengglobal yang terlepas dari semua negara atau teritori geografis tertentu.
Praktik transnasional kedua yang mempunyai arti yang sangat penting yaitu praktik politik transnasional, dan di sinilah kelas kapitalis transnasional menduduki daerah yang dominan. Namun, perlu diketahui bahwa kelas itu tidak terdiri dari para kapitalis dalam pengertian Marxis tradisional—dengan kata lain, kelas kapitalis transnasional tidak perlu berarti mempunyai alat produksi. Sklair membedakan empat kepingan atau fraksi dari kelas kapitalis transnasional, yakni: 1) Fraksi korporat yang terdiri dari para direktur perusahaan transnasional dan orang akrab yang berhubungan dengan mereka; 2) Fraksi negara yang tersusun atas negara yang mengglobal dan para birokrat dan politisi antarnegara; 3) Fraksi teknis yang terdiri dari para profesional yang mengglobal; 4) Fraksi konsumeris meliputi para saudagar dan direktur media. Penggolongan tersebut tentu saja sangat berbeda dari yang dipikirkan Marx* ketika merumuskan golongan kapitalis.
Kelas kapitalis transnasional barangkali bukan merupakan kapitalis dalam pengertian tradisional atas istilah itu, meski mereka transnasional dalam banyak pengertian. Pertama, mereka yang termasuk “anggota” golongan kapitalis cenderung mempunyai kepentingan global (dan juga lokal) yang sama. Kedua, mereka berusaha untuk memakai jenis kekuasaan di banyak sekali negara. Dengan kata lain, mereka memakai kekuasaan ekonomi di daerah kerja, kekuasaan ideologi-budaya dalam kehidupan setiap hari di setiap penjuru negara. Ketiga, mereka cenderung mempunyai kesamaan perspektif global daripada lokal pada banyak sekali macam persoalan. Keempat, mereka berasal dari banyak sekali negara, tetapi semakin memandang diri mereka sebagai warga dunia dan bukan hanya warga dari daerah mereka terlahir. Kelima, yang terakhir, di mana pun mereka berada mereka mempunyai gaya hidup yang serupa, terutama dalam hal barang dan jasa yang mereka konsumsi.
Praktik transnasional yang ketiga yaitu yang terkait dengan ideologi budaya, dan Sklair memperlihatkan pemfokusan lebih pada ideologi budaya konsumerisme dalam globalisasi kapitalis. Walaupun perhatian utamanya yaitu pada ideologi dan budaya, pemfokusan pada konsumerisme pada alhasil melibatkan sisi ekonomi dengan menambahkan perhatian dalam hal konsumsi pada perhatian tradisional atas produksi (dan perusahaan transnasional) dalam banyak sekali pendekatan ekonomi pada umumnya dan dalam teori Marxis pada khususnya. Dalam ranah ini, kemampuan untuk memakai kekuasaan ideologi atas banyak orang yang tersebar luas ke seluruh penjuru bumi telah meningkat secara dramatis, khususnya melalui semakin besarnya jangkauan dan kecanggihan periklanan dan media dan semakin rumitnya ragam barang dan jasa yang dipasarkan dengan melalui dua hal tersebut. Pada akhirnya, mereka berfungsi untuk membuat hasrat yang global untuk mengonsumsi yang akan menguntungkan perusahaan transnasional, maupun perusahaan periklanan dan media, yang termasuk sebagai perusahaan semacam itu dan memberi laba kepada mereka.
Pada akhirnya, Sklair tertarik pada hubungan di antara praktik-praktik transnasional dan banyak sekali institusi yang mendominasi praktik semacam itu. Dia beropini bahwa perusahaan transnasional memanfaatkan kelas kapitalis transnasional untuk membuatkan dan mewujudkan budaya konsumeris dan ideologi yang semakin dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan sistem produksi kapitalis. Pada dasarnya, hubungan itulah yang mendefinisikan kapitalisme global masa kini dan yang merupakan kekuatan yang paling penting dalam perubahan yang terus berlangsung di dunia.
Sebagai seorang Marxis, Sklair tidak hanya tertarik untuk menganalisis secara kritis globalisasi kapitalis, tetapi juga untuk mewartakan sebuah sistem alternatif dan kekerasan yang mendampinginya. Dia melihat beberapa tanda yang mulai menjanjikan dalam proteksionisme yang diterapkan beberapa negara yang memandang diri mereka dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Hal lain yang muncul sebagai pengharapan yaitu suatu gerakan sosial baru; ibarat gerakan hijau yang berusaha memperjuangkan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan banyak sekali kelompok anti globalisasi yang muncul di banyak sekali daerah dalam beberapa tahun ini. Ia secara khusus menaruh perhatian pada banyak sekali gerakan hak asasi insan yang di dalamnya, ia meyakini, terdapat benih-benih sistem lain yang bisa menggantikan globalisasi kapitalis—yaitu, globalisasi sosialis. Dia memprediksi bahwa gerakan hak asasi insan tersebut dan banyak sekali gerakan lain akan memperoleh momentum pada kurun ke-21 lantaran mereka semakin menentang bagaimana globalisasi telah dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Pada kenyataannya, dalam pengertian dialektis Marxis yang baik, ia melihat keberhasilan globalisasi kapitalis dalam menanamkan benih-benih kehancurannya sendiri lantaran perluasan yang dilakukannya telah cenderung menyediakan bagi musuh-musuhnya banyak sekali macam sumber (yang berasal dari kesuksesan ekonomi kapitalis transnasional), banyak sekali bentuk organisasi (yang merupakan salinan dari organisasi yang sukses dalam kapitalisme global), dan yang paling tampak yaitu kejelasan tujuan. Ketika perusahaan-perusahaan transnasional tumbuh semakin sukses, pada ketika itu pula segala kekerasan yang disebabkan olehnya akan menjadi semakin mencolok, sehingga kebutuhan untuk menggantikan mereka sebagai para pemain kunci dalam sistem global akan menjadi semakin menguat.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Walaupun negara-bangsa tetap penting, Sklair memusatkan perhatiannya pada praktik-praktik transnasional yang bisa menerobos batas-batas termasuk batas yang diciptakan oleh negara, dengan implikasi bahwa batas-batas teritorial semakin tidak berarti penting dalam globalisasi kapitalis. Sebagai seorang Marxis, Sklair memperlihatkan perhatian lebih pada praktik-praktik ekonomi transnasional, dan dalam konteks itulah perusahaan transnasional—salah satu aspek analisanya—sangat dominan. Hal yang mendasari perhatiannya pada perusahaan transnasional yaitu fatwa bahwa kapitalisme telah menjauh dari menjadi sebuah sistem internasional (karena negara-bangsa menjadi semakin tidak berarti) dan mengarah menjadi sebuah sistem yang mengglobal yang terlepas dari semua negara atau teritori geografis tertentu.
Praktik transnasional kedua yang mempunyai arti yang sangat penting yaitu praktik politik transnasional, dan di sinilah kelas kapitalis transnasional menduduki daerah yang dominan. Namun, perlu diketahui bahwa kelas itu tidak terdiri dari para kapitalis dalam pengertian Marxis tradisional—dengan kata lain, kelas kapitalis transnasional tidak perlu berarti mempunyai alat produksi. Sklair membedakan empat kepingan atau fraksi dari kelas kapitalis transnasional, yakni: 1) Fraksi korporat yang terdiri dari para direktur perusahaan transnasional dan orang akrab yang berhubungan dengan mereka; 2) Fraksi negara yang tersusun atas negara yang mengglobal dan para birokrat dan politisi antarnegara; 3) Fraksi teknis yang terdiri dari para profesional yang mengglobal; 4) Fraksi konsumeris meliputi para saudagar dan direktur media. Penggolongan tersebut tentu saja sangat berbeda dari yang dipikirkan Marx* ketika merumuskan golongan kapitalis.
Kelas kapitalis transnasional barangkali bukan merupakan kapitalis dalam pengertian tradisional atas istilah itu, meski mereka transnasional dalam banyak pengertian. Pertama, mereka yang termasuk “anggota” golongan kapitalis cenderung mempunyai kepentingan global (dan juga lokal) yang sama. Kedua, mereka berusaha untuk memakai jenis kekuasaan di banyak sekali negara. Dengan kata lain, mereka memakai kekuasaan ekonomi di daerah kerja, kekuasaan ideologi-budaya dalam kehidupan setiap hari di setiap penjuru negara. Ketiga, mereka cenderung mempunyai kesamaan perspektif global daripada lokal pada banyak sekali macam persoalan. Keempat, mereka berasal dari banyak sekali negara, tetapi semakin memandang diri mereka sebagai warga dunia dan bukan hanya warga dari daerah mereka terlahir. Kelima, yang terakhir, di mana pun mereka berada mereka mempunyai gaya hidup yang serupa, terutama dalam hal barang dan jasa yang mereka konsumsi.
Praktik transnasional yang ketiga yaitu yang terkait dengan ideologi budaya, dan Sklair memperlihatkan pemfokusan lebih pada ideologi budaya konsumerisme dalam globalisasi kapitalis. Walaupun perhatian utamanya yaitu pada ideologi dan budaya, pemfokusan pada konsumerisme pada alhasil melibatkan sisi ekonomi dengan menambahkan perhatian dalam hal konsumsi pada perhatian tradisional atas produksi (dan perusahaan transnasional) dalam banyak sekali pendekatan ekonomi pada umumnya dan dalam teori Marxis pada khususnya. Dalam ranah ini, kemampuan untuk memakai kekuasaan ideologi atas banyak orang yang tersebar luas ke seluruh penjuru bumi telah meningkat secara dramatis, khususnya melalui semakin besarnya jangkauan dan kecanggihan periklanan dan media dan semakin rumitnya ragam barang dan jasa yang dipasarkan dengan melalui dua hal tersebut. Pada akhirnya, mereka berfungsi untuk membuat hasrat yang global untuk mengonsumsi yang akan menguntungkan perusahaan transnasional, maupun perusahaan periklanan dan media, yang termasuk sebagai perusahaan semacam itu dan memberi laba kepada mereka.
Pada akhirnya, Sklair tertarik pada hubungan di antara praktik-praktik transnasional dan banyak sekali institusi yang mendominasi praktik semacam itu. Dia beropini bahwa perusahaan transnasional memanfaatkan kelas kapitalis transnasional untuk membuatkan dan mewujudkan budaya konsumeris dan ideologi yang semakin dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan sistem produksi kapitalis. Pada dasarnya, hubungan itulah yang mendefinisikan kapitalisme global masa kini dan yang merupakan kekuatan yang paling penting dalam perubahan yang terus berlangsung di dunia.
Sebagai seorang Marxis, Sklair tidak hanya tertarik untuk menganalisis secara kritis globalisasi kapitalis, tetapi juga untuk mewartakan sebuah sistem alternatif dan kekerasan yang mendampinginya. Dia melihat beberapa tanda yang mulai menjanjikan dalam proteksionisme yang diterapkan beberapa negara yang memandang diri mereka dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Hal lain yang muncul sebagai pengharapan yaitu suatu gerakan sosial baru; ibarat gerakan hijau yang berusaha memperjuangkan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan banyak sekali kelompok anti globalisasi yang muncul di banyak sekali daerah dalam beberapa tahun ini. Ia secara khusus menaruh perhatian pada banyak sekali gerakan hak asasi insan yang di dalamnya, ia meyakini, terdapat benih-benih sistem lain yang bisa menggantikan globalisasi kapitalis—yaitu, globalisasi sosialis. Dia memprediksi bahwa gerakan hak asasi insan tersebut dan banyak sekali gerakan lain akan memperoleh momentum pada kurun ke-21 lantaran mereka semakin menentang bagaimana globalisasi telah dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Pada kenyataannya, dalam pengertian dialektis Marxis yang baik, ia melihat keberhasilan globalisasi kapitalis dalam menanamkan benih-benih kehancurannya sendiri lantaran perluasan yang dilakukannya telah cenderung menyediakan bagi musuh-musuhnya banyak sekali macam sumber (yang berasal dari kesuksesan ekonomi kapitalis transnasional), banyak sekali bentuk organisasi (yang merupakan salinan dari organisasi yang sukses dalam kapitalisme global), dan yang paling tampak yaitu kejelasan tujuan. Ketika perusahaan-perusahaan transnasional tumbuh semakin sukses, pada ketika itu pula segala kekerasan yang disebabkan olehnya akan menjadi semakin mencolok, sehingga kebutuhan untuk menggantikan mereka sebagai para pemain kunci dalam sistem global akan menjadi semakin menguat.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Belum ada Komentar untuk "Kapitalisme Transnasional"
Posting Komentar