Jurgen Habremas. Kolonisasi Dunia-Kehidupan

Fenomena mengenai kolonisasi dunia-kehidupan dalam postingan kali ini merupakan inspirasi paling mutakhir dari Jurgen Habremas*. Apa bahwasanya maksud Habermas dengan dunia-kehidupan, sistem, dan kolonisasi? Di sini kita akan mencoba membahas fenomena tersebut dan hubungan mereka, dan juga ide-ide lain di dalam penteorian Habermas yang paling mutakhir.

Sebelum kita membahas konsep-konsep tersebut, harus dijelaskan dulu bahwa fokus utama Habermas* tetap mengenai tindakan komunikatif. Komunikasi yang bebas dan terbuka tetap merupakan garis dasar teoritis Habermas maupun tujuan politisnya. Komunikasi tersebut juga memiliki fungsi metodologis, banyak miripnya dengan tipe-tipe ideal Weber*, yang memungkinkan beliau menganalisis variasi-variasi dari model itu: “Penyusunan wacana yang tidak terbatas dan tidak terdistorsi sanggup membantu paling baik sebagai sebuah kertas perak yang berkhasiat untuk mempercantik secara lebih mencolok tendensi-tendensi perkembangan di dalam masyarakat modern yang agak ambigu” (Habermas, 1987a:107). Sebenarnya, perhatian utama Habermas di dalam kolonisasi dunia-kehidupan ialah pada cara-cara proses itu mempengaruhi dengan kurang baik komunikasi yang bebas.


Habermas juga tetap menaruh perhatian pada proses rasionalisasi Weberian, khususnya informasi mengenai rasionalisasi diferensial dunia-kehidupan dan sistem, dan dampak perbedaan itu pada kolonisasi dunia-kehidupan oleh sistem. Di dalam istilah Weberian, sistem ialah ranah rasionalitas formal, sementara dunia-kehidupan ialah daerah rasionalitas-substantif. Oleh alasannya ialah itu, kolonisasi dunia-kehidupan meliputi suatu pernyataan kembali tesis Weberian bahwa di dalam dunia modern, rasionalitas formal sedang berjaya atas rasionalitas substantif dan karenanya mendominasi wilayah-wilayah yang sebelumnya didefinisikan oleh rasionalitas substantif. Dengan demikian, meskipun teori Habermas telah mengambil gerak kembali yang gres yang menarik, ia mempertahankan akar-akar teoritisnya, khususnya di dalam orientasi Marxian dan Weberian.

Dunia-Kehidupan
Konsep ini secara umum berasal dari sosiologi fenomenologis, khususnya teori-teori Alfred Schutz* (Bowring:1996). Tetapi Habermas menafsirkan ide-ide George Herbert Mead* yang juga turut menumbang untuk wawasan dunia-kehidupan. Bagi Habermas*, dunia-kehidupan menggambarkan suatu perspektif internal: “Masyarakat dipahami dari perspektif subjek yang bertindak” (1987a:117). Oleh alasannya ialah itu, hanya ada satu masyarakat; dunia-kehidupan dan sistem hanyalah cara-cara yang berbeda untuk melihatnya.

Habermas memandang dunia-kehidupan dan tindakan komunikatif sebagai konsep-konsep “komplementer”. Secara lebih spesifik, tindakan komunikatif sanggup dilihat sebagai hal yang terjadi di dalam dunia-kehidupan. Dunia-kehidupan ialah suatu “latar belakang yang membentuk konteks proses-proses pencapaian pengertian” melalui tindakan komunikatif (Habermas, 1987a:204). Ia melibatkan sederetan luas dugaan-dugaan yang tidak diucapkan perihal pengertian bersama yang harus ada dan dimengerti secara bersama biar terjadi komunikasi.

Habermas memperhatikan rasionalisasi dunia kehidupan yang melibatkan komunikasi yang semakin rasional di dalam dunia kehidupan. Dia percaya bahwa semakin rasional dunia kehidupan interaksi semakin mungkin untuk dikendalikan oleh “pengertian bersama yang dimotivasi secara rasional”. Metode rasional yang dipakai untuk mencapai konsensus pada karenanya didasarkan pada otoritas argumen yang lebih baik.

Habermas melihat rasionalisasi dunia-kehidupan melibatkan diferensiasi progresif aneka macam unsurnya. Dunia-kehidupan terdiri dari kebudayaan, masyarakat, dan kepribadian. Di mana ketiga unsur tersebut merupakan satu pola yang saling mempengaruhi. Keterlibatan di dalam tindakan komunikatif dalam rangka mencapai pengertian bersama mendorong ke arah reproduksi dunia kehidupan melalui penguatan kembali kebudayaan, pemaduan masyarakat, dan pembentukan kepribadian. Komponen-komponen tersebut berkait erat di dalam masyarakat-masyarakat kuno, rasionalisasi dunia-kehidupan mengandung “pembedaan yang tumbuh di antara kebudayaan, masyarakat, dan kepribadian” (Habermas, 1987a:288).

Sistem
Sementara dunia-kehidupan menggambarkan sudut pandang subjek-subjek yang bertindak mengenai masyarakat, sistem meliputi suatu perspektif eksternal yang memandang masyarakat “dan dari perspektif pengamat atas seseorang yang tidak terlibat” (Habermas, 1987a:117). Dalam menganalisis sistem-sistem, kita sudah biasa dengan interkoneksi tindakan-tindakan, juga signifikansi fungsional tindakan-tindakan dan sumbangan-sumbangan mereka bagi pemeliharaan sistem. Tiap komponen utama dunia kehidupan (budaya, masyarakat, kepribadian) memiliki unsur-unsur yang bersesuaian di dalam sistem itu. Reproduksi kultural, pemaduan sosial, dan gugusan kepribadian terjadi pada level sistem itu.

Sistem-sistem memiliki akarnya di dalam dunia kehidupan, tetapi pada karenanya ia kemudian berbagi karakteristik-karakteristik strukturalnya sendiri. Contoh-contoh struktur demikian meliputi keluarga, pengadilan, negara, dan ekonomi. Sewaktu struktur-struktur itu berkembang, mereka tumbuh semakin jauh dari dunia-kehidupan. Seperti di dalam dunia-kehidupan, rasionalisasi pada level sistem meliputi diferensiasi progresif dan kompleksitas yang lebih besar. Struktur-struktur itu juga tumbuh semakin percaya diri. Sewaktu kekuasaan struktur-struktur tersebut bertambah, mereka melaksanakan kemampuan mengendalikan yang semakin besar atas dunia-kehidupan. Kemudian struktur-struktur itu semakin kurang berkaitan dengan proses untuk mencapai konsensus dan, dalam faktanya membatasi terjadinya proses tersebut dalam dunia-kehidupan. Dengan kata lain, struktur-struktur rasional itu bukannya meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan mencapai pengertian, malah membahayakan proses-proses itu melalui pengerahan kontrol eksternal kepada mereka.

Pemaduan Sosial dan Pemaduan Sistem
Berdasarkan hal tersebut di atas, Habermas menyimpulkan: “Masalah mendasar teori sosial ialah bagaimana menghubungkan dengan cara yang memuaskan kedua taktik konseptual yang diindikasikan oleh gagasan ‘sistem’ dan ‘dunia kehidupan’” (1987a:151). Habermas menamakan dua taktik konseptual itu “pemaduan sosial” (social integration) dan “pemaduan sistem” (system integration).

Perspektif pemaduan sosial berfokus pada dunia-kehidupan dan cara-cara pemaduan sistem tindakan entah melalui konsensus yang dijamin secara normatif atau yang dicapai secara komunikatif. Para teoritisi yang percaya bahwa masyarakat dipadukan melalui pemaduan sosial memulai dengan tindakan komunikatif dan melihat masyarakat sebagai dunia-kehidupan. Mereka menganut perspektif internal atas para anggota kelompok, dan mereka memakai pendekatan hermeneutika biar sanggup menghubungkan pengertian mereka dengan pengertian para anggota dunia-kehidupan. Reproduksi terus-menerus masyarakat dilihat sebagai hasil tindakan-tindakan yang dilakukan para anggota dunia-kehidupan untuk memelihara struktur-struktur simbolik. Ia juga dilihat hanya dari perspektif mereka. Dengan demikian, apa yang hilang di dalam pendekatan hermeneutik ini ialah sudut pandang orang luar dan juga suatu pengertian akan proses-proses reproduktif yang terjadi pada level sistem.

Perspektif pemaduan sistem sangat memperhatikan sistem dan cara ia dipadukan melalui pengendalian eksternal terhadap keputusan-keputusan individu yang tidak dikoordinasi secara subjektif. Orang-orang yang mengadopsi perspektif tersebut melihat masyarakat sebagai sistem yang mengatur diri. Mereka mengadopsi perspektif eksternal atas pengamat, tetapi perspektif itu menghalangi mereka untuk benar-benar mencapai pola-pola struktural yang sanggup dimengerti hanya secara hermeneutis dari perspektif internal para anggota dunia-kehidupan.

Oleh alasannya ialah itu, Habermas* menyimpulkan bahwa kedua perspektif yang luas itu memiliki sesuatu untuk ditawarkan, keduanya memiliki keterbatasan serius. Berdasarkan kritiknya atas pemaduan sosial dan sistem, Habermas menunjukkan alternatif yang berusaha memadukan kedua orientasi teoritis tersebut.

Setelah menyatakan bahwa beliau berminat baik pada sistem maupun dunia-kehidupan, Habermas* menjelaskan bahwa beliau juga berminat pada evolusi keduanya. Meskipun keduanya berkembang di dalam arah rasionalisasi yang meningkat, rasionalisasi itu mengambil bentuk yang berbeda di dalam dunia-kehidupan dan sistem, dan bahwa diferensiasi itu ialah dasar kolonisasi dunia-kehidupan.

Kolonisasi
Sangat penting untuk pemahaman inspirasi kolonisasi ialah fakta bahwa masyarakat terdiri baik dunia-kehidupan maupun sistem. Sementara kedua konsep tersebut terjalin erat dalam sejarah yang lebih awal, kini ada perbedaan yang semakin bertambah di antara mereka: mereka menjadi “terpisah”. Meskipun keduanya telah mengalami proses rasionalisasi namun proses tersebut telah mengambil bentuk-bentuk yang berbeda di dalam kedua latar itu. Meskipun Habermas* melihat hubungan dialektis di antara sistem dan dunia kehidupan, perhatian utamanya ialah pada cara sistem dunia modern mengendalikan dunia-kehidupan. Dengan kata lain, beliau berminat pada kemacetan dialektika antara sistem dan dunia-kehidupan dan kekuasaan sistem yang semakin tumbuh melebihi dunia-kehidupan.

Rasionalisasi dunia-kehidupan meliputi pertumbuhan di dalam rasionalitas tindakan komunikatif. Selanjutnya tindakan yang diorientasikan kepada pencapaian pengertian bersama semakin dibebaskan dari paksaan normatif dan lebih bersandar pada bahasa sehari-hari. Dengan kata lain, pemaduan sosial dicapai semakin banyak melalui proses-proses pembentukan konsensus di dalam bahasa.

Tetapi hasil tersebut ialah fakta bahwa undangan kepada bahasa berkembang melebihi kapasitasnya. Media yang didelinguistivikasi (khususnya uang di dalam sistem ekonomi dan kekuasaan di dalam sistem politik dan pegawanegeri administratifnya)—yang telah menjadi terdiferensiasi di dalam dan berasal dari, sistem—kemudian mengisi kekosongan dan menggantikan, setidaknya dalam derajat tertentu bahasa sehari-hari. Tindakan tidak lagi dikoordinasi oleh bahasa, fungsi itu telah dijalankan oleh uang dan kekuasaan. Kehidupan menjadi termoneterisasi dan terbirokratisasi.

Secara lebih umum, sistem yang semakin kompleks “melepaskan kendali kewajiban-kewajiban sistem yang menghancurkan kemampuan dunia-kehidupan yang diinstrumentalkannya” (Habermas, 1987a:155). Oleh alasannya ialah itu, Habermas menulis perihal “kekerasan” yang dilaksanakan terhadap dunia-kehidupan oleh sistem melalui cara-cara membatasi komunikasi. Kekerasan tersebut pada giliranya mengasilkan “patologi’ di dalam dunia kehidupan.

Dapat dicatat bahwa dengan menghubungkan deformitas dengan kapitalisme, Habermas terus, setidaknya dalam pengertian tertentu, bekerja di dalam kerangka kerja neo-Marxian. Akan tetapi, saat beliau melihat pada dunia modern, Habermas terpaksa meninggalkan pendekatan Marxian, alasannya ialah beliau menyimpulkan bahwa deformasi dunia-kehidupan “tidak lagi sanggup ditempatkan dengan cara kelas-spesifik apa pun” 1987a:333). Karena keterbatasan itu, dan terkait dengan akar-akarnya di dalam teori kritis, Habermas* memeragakan bahwa karyanya juga dipengaruhi secara berpengaruh oleh teori Weberian. Dalam faktanya, beliau berargumen bahwa pembedaan antara dunia-kehidupan dan sistem, yang disertai kolonisasi terakhir dunia kehidupan, memungkinkan kita melihat tesis Weberian “mengenai modernitas yang tidak cocok dengan dirinya sendiri” di dalam cahaya yang gres (Habermas, 1987a:299). Di dalam Weber, konflik demikian ada terutama di antara rasionalitas substantif dan rasionalitas formal dan menangnya yang belakangan atas yang terdahulu di Barat. Bagi Habermas, rasionalisasi sistem karenanya menang atas rasionalisasi dunia-kehidupan, dengan hasil bahwa dunia-kehidupan menjadi terkolonisasi oleh sistem.

Habermas menambahkan rincian pada pemikiran-pemikirannya mengenai kolonisasi dengan menyatakan bahwa kekuatan-kekuatan utama di dalam proses itu ialah “ranah-ranah tindakan yang diorganisasikan secara formal” pada level sistem, menyerupai ekonomi dan negara. Di dalam istilah Marxian tradisional, Habermas melihat masyarakat modern tunduk kepada krisis-krisis sistemik yang berulang. Dalam usaha menangani krisis itu, lembaga-lembaga menyerupai negara dan ekonomi melaksanakan tindakan-tindakan yang malah mempengaruhi dunia kehidupan, menyebabkan patologi-patologi dan krisis-krisis di dalamnya. Pada dasarnya, dunia-kehidupan di telanjangi oleh sistem-sistem menyerupai itu, dan tindakan komunikatif menjadi semakin dibentuk kaku, dimiskinkan, dan terpecah-pecah, dan dunia-kehidupan itu sendiri tampak terkatung-katung di ambang pembubaran. Serangan kepada dunia-kehidupan itu menciptakan Habermas* sangat cemas, alasannya ialah perhatiannya kepada tindakan komunikatif yang terjadi di dalamnya. Akan tetapi, tidak soal seluas apapun kolonisasi yang dilakukan sistem, dunia-kehidupan “tidak pernah dikuliti sepenuhnya” (Habermas, 1987a:311).

Jika problem pokok di dalam dunia modern ialah pelepasan ikatan sistem dan dunia-kehidupan dan dominasi dunia-kehidupan oleh sistem, solusi-solusinya sangat jelas. Di satu sisi, dunia-kehidupan dan sistem perlu dipersatukan kembali. Di sisi lain, dialektika antara sistem dan dunia-kehidupan perlu dikembalikan lagi biar sistem bukannya merusak dunia-kehidupan, keduanya malah saling memperkaya dan saling meningkatkan. Sementara keduanya saling berkaitan di dalam masyarakat primitif, ada kemungkinan bahwa persatuan mereka kembali di masa depan akan menghasilkan suatu level sistem, dunia-kehidupan, dan antar hubungan mereka yang belum pernah terjadi dalam sejarah.


Dengan demikian, sekali lagi Habermas kembali ke akar-akar Marxiannya. Marx* tentunya tidak melihat ke belakang di dalam sejarah untuk negara ideal, tetapi melihatnya ke masa depan di dalam bentuk komunisme dan pemekaran lengkap spesies. Habermas juga tidak melihat kembali ke masyarakat-masyarakat kuno saat sistem dan dunia-kehidupan yang tidak terasionalisasi lebih bersatu, tetapi melihat ke suatu keadaan masa depan yang meliputi penyatuan sistem dan dunia-kehidupan yang terasionalisasai yang memuaskan.

Habermas juga menafsirkan kembali teori Marxian mengenai usaha dasar di dalam masyarakat. Marx* tentu saja menekankan konflik antara kaum proletariat dan kaum kapitalis dan melacaknya kembali ke aksara eksploitatif sistem kapitalis. Habermas berfokus bukan pada eksploitasi, tetapi pada kolonisasi dan melihat banyak usaha dasawarsa-dasawarsa belakangan ini dari segi itu. Yakni beliau melihat gerakan-gerakan sosial menyerupai gerakan yang berorientasi kepada kesetaraan yang lebih besar, realisasi diri yang meningkat, pelestarian lingkungan, dan perdamaian “sebagai reaksi serangan-serangan sistem terhadap dunia kehidupan. Meskipun ada keberagaman minat dan proyek-proyek politis kelompok-kelompok heterogen itu, mereka melawan kolonisasi dunia kehidupan”. Harapan untuk masa depan terletak terang pada perlawanan terhadap pelanggaran batas pada dunia-kehidupan dan pada penciptaan suatu dunia daerah sistem dan dunia-kehidupan serasi dan berfungsi untuk saling memperkaya satu sama lain sampai pada tingkat yang belum pernah terjadi secara historis.


Download di Sini


Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Agger, Ben. 2003. "Teori Sosial Kritis", Yogyakarta, Kreasi Wacana.


Baca Juga
1. Jurgen Habermas. Biografi
2. Ilmu dan Teknologi sebagai Ideologi
3. Jurgen Habermas. Melanjutkan Proyek Modernitas dengan Rasio Komunikatif
4. Jurgen Habermas. Diskursus filosofis perihal Modernitas (Postmodernitas)
5. Jurgen Habermas. Teori Praksis Komunikatif
6. Jurgen Habermas. Speech Acts
7. Jurgen Habermas. Ilmu Pengetahuan dan Kepentingan Manusia
8. Jurgen Habermas. Kritik Atas Patologi Modernitas

Belum ada Komentar untuk "Jurgen Habremas. Kolonisasi Dunia-Kehidupan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel