Jurgen Habermas. Teori Praksis Komunikatif
Tahap Ketiga: semenjak 1981
Dengan memanfaatkan batu-batu bangunan yang disiapkan dalam periode kedua, dalam buku teori praksis komunikatif (1981) Habermas bisa membangun suatu teori komprehensif wacana masyarakat modern. Dalam karya monumental ini terutama dua tema memainkan peranan sentral: dunia kehidupan dan sistem. Paham dunia kehidupan (lebenswelt) diambil alih dari aliran Edmund Husserl* tetapi diberi isi yang berbeda. Dengan pengertian dunia kehidupan ini Habermas merumuskan salah satu perubahan paling penting terhadap analisisnya dari praksis komunikatif pada tahun 1970-an.
Dunia-kehidupan (lebenswelt) mencakup semua pengandaian dan anggapan yang diterima begitu saja, tanpa dipersoalkan atau diragukan. Dunia-kehidupan ini selalu melatarbelakangi komunikasi kita dalam masyarakat. Dunia-kehidupan seperti tersimpan dalam kebudayaan kita dan menjadi konteks di mana perbuatan-perbuatan komunikatif berlangsung, bahkan sering kali tanpa menyadarinya.
Dengan kata lain, praksis komunikatif tidak pernah berlangsung dalam vakum, tapi menimba dari sumber-sumber daya yang sudah tersedia dan memanfaatkannya sebagai sarana komunikatif untuk mencapai persetujuan: kebudayaan, institusi-institusi, kepribadian-kepribadian. Semuanya itu membentuk dunia-kehidupan yang melatarbelakangi dan menopang praksis komunikatif. Dari sisi lain, dunia kehidupan itu sendiri bertahan sebab praksis komunikatif.
Tetapi komunikasi sosial yang bersumber pada dunia-kehidupan itu tidak cukup untuk mempertahankan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan hidup harus dipenuhi juga (sandang, pangan, papan). Pertahanan material masyarakat terjadi melalui pekerjaan. Dalam masyarakat dahulu kala pertahanan komunikatif dan material bercampur baur dan hampir tidak bisa dipisahkan. Pekerjaan seperti berlangsung dalam dunia kehidupan.
Tetapi dalam masyarakat modern, pertahanan komunikatif dan pertahanan material terpisah. Pertahanan material tidak lagi terjadi dalam instansi-instansi yang distabilisasikan melalui jalan komunikatif, tetapi sebagian besar termasuk wilayah kemasyarakatan yang oleh Habermas disebut "sistem", sistem ini terdiri dari dua subsistem, yakni subsitem ekonomi dan subsistem politik. Dalam subsistem-subsistem ini insan tidak bergaul dengan cara komunikatif, melainkan menghadapi satu sama lain dengan cara strategis.
Dengan kata lain dalam dua subsistem ini, mereka tidak mengejar persetujuan satu sama lain menurut alasan-alasan yang sanggup dikritik, melainkan berusaha merealisasikan tujuan-tujuan pribadi menyerupai meraih keuntungan, mendapat gaji, mengatur izin tertentu atau memperoleh suatu tunjangan. Dalam hal ini rencana-rencana mereka dan pelaksanaannya dalam perbuatan-perbuatan mereka tidak diatur melalui penawaran dan penerimaan klaim-klaim kesahihan, melainkan melalui media yang dilepaskan dari bahasa, yakni media uang dalam subsistem hemat dan media kuasa dalam subsistem politik. Media-media ini berakar dalam dunia-kehidupan. Sebab, media-media ini hanya sanggup berfungsi dalam dunia-kehidupan. Hal ini dikarenakan dalam dunia kehidupan selalu sudah diterima subsitem ekonomi dan politik tersebut sebagai sah berkaitan dengan pengandaian-pengandaian normatif bekerjasama dengan hak milik, kewajiban, kontrak, peraturan-peraturan aturan dan lain sebagainya, begitu pun dengan justifikasi sistem politik yang berlaku.
Bedanya, pengandaian-pengandaian normatif tersebut tidak perlu dipertanggungjawabkan pada dikala orang mengadakan transaksi dalam subsistem hemat atau menjalankan kekuasaan dalam subsistem politik. Saat itulah orang sanggup mengejar mengejar kepentingan diri dengan seenaknya, tanpa dibutuhkan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapannya secara komunikatif. Praksis komunikatif sudah tersingkir dari konteks sistem. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa masyarakat modern sanggup mengalami peningkatan produktivitas begitu besar, dibandingkan dengan tipe-tipe kemasyarakatan yang lain. Dalam konteks sistem, relasi-relasi antar insan diatur secara formal dan tidak lagi secara komunikatif, sehingga mereka bisa bertingkah laris strategis tanpa batas. Tanggung jawab atas integrasi normatif dari masyarakat dan atas pertahanan identitas dari pelaku-pelaku hemat dan politik seperti diserahkan kepada dunia-kehidupan.
Karena dikuasai oleh hubungan-hubungan kapitalistis yang memilih pertahanan material dalam masyarakat modern, dunia kehidupan dijajah oleh subsistem ekonomi dan politik. Media uang dan kuasa bukan saja mewarnai pergaulan insan dalam sistem kemasyarakatan, melainkan juga menyelinap dunia kehidupan dan di situ mendesak komunikasi.
Perkembangan ini menjadikan kompensasi-kompensasi yang dalam negara kesejahteraan (welfare state) modern disajikan kepada penduduk untuk menjalankan pekerjaan yang terasing dan untuk macetnya partisipasi politik yang riil. Kompensasi-kompensasi ini disajikan melalui tugas konsumen dan klien. Dengan kata lain, melalui ekspansi kemungkinan-kemungkinan konsumtif dan melalui jaringan kian kompleks dari instansi-instansi dan pegawai-pegawai yang melayani kesejahteraan sosial, massa penduduk diberi ganti rugi untuk mengkompensasi akibat-akibat dari proses akumulasi kapitalis.
Dengan kompensasi-kompensasi tersebut uang dan kuasa semakin mencengkeram dunia kehidupan dan mendesak proses-proses komunikatif yang sesungguhnya sangat perlu. Berbagai keinginan dan kebutuhan disamakan saja dengan mengkonsumsi barang-barang material, dan masalah-masalah hidup sekitar kelahiran, penyakit, kematian, atau sekitar pengangguran dan stress, atau sekitar problem perkawinan dan kesulitan psikis, ditampung dan ditangani dalam rangka instansi-instansi kesejahteraan yang terorganisasi secara birokratis, di mana kemungkinan untuk komunikasi atas dasar simetris semakin terhalang secara sistematis.
Sebagai akhir penjajahan dunia-kehidupan tersebut sumber-sumber daya untuk praksis komunikatif semakin mengering. Kebersamaan, solidaritas, dan akuntabilitas kian terdesak, jikalau kebudayaan, instansi-instansi yang ada dan identitas insan tidak dipertahankan dan diperbaharui melalui praksis komunikatif. Sebagai kesannya lebih lanjut reaksi-reaksi komunikatif dilumpuhkan juga. Dan justru dengan reaksi-reaksi komunikatif itulah mestinya perkembangan sistem ekonomi dan politik secara normatif dikontrol dan duduk kasus menyerupai pencemaran lingkungan, perlombaan senjata dan eksploitasi dunia ketiga ditangani secara efektif.
Namun demikian, hal tersebut belum berarti bahwa dunia-kehidupan tanpa impian apa pun diserahkan kepada kekerasan kolonial ekonomi politik. Menurut Habermas, kita menyaksikan timbulnya gerakan-gerakan sosial yang baru, menyerupai gerakan perempuan, gerakan lingkungan hidup, dan gerakan perdamaian yang sanggup mengerahkan potensi rasional dari praksis komunikatif melawan imperialisme sistem.
Kesimpulan, Jurgen Habermas melihat situasi masyarakat modern sebagai berikut, sistem tersebut hampir maha kuasa terhadap dunia-kehidupan, namun tidak secara total dan tak terelakkan, sebab kemungkinan reaksi yang dalam sejarah selalu sudah bergerak melawan hubungan-hubungan kekuasaan dan kekerasan yang terikat dengannya, dalam masyarakat modern sanggup memanfaatkan rasionalitas matang dari praksis komunikatif. Terhadap logika yang berat sebelah dan secara komunikatif tidak peka dari sistem, mereka bisa mengajukan norma-norma yang bersifat universal dan tidak mengizinkan diskriminasi dan penindasan. Karena itu norma-norma tersebut memiliki dasar lebih kukuh daripada kompensasi-kompensasi yang anti-komunikasi sebagaimana disajikan oleh sistem. Dengan demikian analisis dari struktur praksis komunikatif bagi Habermas pada akhirnya menghasilkan suatu visi optimistis wacana masalah-masalah besar yang dihadapi masyarakat modern pada selesai kala ke-20.
Semoga Bermanfaat.
Download di Sini
Sumber.
Bertens, Kees. 2002. Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-Jerman. Jakarta. Gramedia.
Baca Juga
1. Jurgen Habermas. Biografi dan Karya
2. Jurgen Habermas. Melanjutkan Proyek Modernitas Melalui Rasio Komunikatif
3. Jurgen Habermas. Kolonialisasi Dunia-Kehidupan
4. Jurgen Habermas. Kritik atas Patologi Modernitas
5. Jurgen Habermas. Diskursur Filosofis wacana Modernitas (Post-Modernitas)
6. Jurgen Habermas. Speech Acts
7. Jurgen Habermas. Ilmu Pengetahuan dan Kepentingan Manusia
8. Ilmu dan Teknologi sebagai Ideologi
9. "Methodenstreit" dalam Ilmu-Ilmu Sosial di Jerman
10. Mazhab Frankfurt
Dengan memanfaatkan batu-batu bangunan yang disiapkan dalam periode kedua, dalam buku teori praksis komunikatif (1981) Habermas bisa membangun suatu teori komprehensif wacana masyarakat modern. Dalam karya monumental ini terutama dua tema memainkan peranan sentral: dunia kehidupan dan sistem. Paham dunia kehidupan (lebenswelt) diambil alih dari aliran Edmund Husserl* tetapi diberi isi yang berbeda. Dengan pengertian dunia kehidupan ini Habermas merumuskan salah satu perubahan paling penting terhadap analisisnya dari praksis komunikatif pada tahun 1970-an.
Dunia-kehidupan (lebenswelt) mencakup semua pengandaian dan anggapan yang diterima begitu saja, tanpa dipersoalkan atau diragukan. Dunia-kehidupan ini selalu melatarbelakangi komunikasi kita dalam masyarakat. Dunia-kehidupan seperti tersimpan dalam kebudayaan kita dan menjadi konteks di mana perbuatan-perbuatan komunikatif berlangsung, bahkan sering kali tanpa menyadarinya.
Tetapi komunikasi sosial yang bersumber pada dunia-kehidupan itu tidak cukup untuk mempertahankan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan hidup harus dipenuhi juga (sandang, pangan, papan). Pertahanan material masyarakat terjadi melalui pekerjaan. Dalam masyarakat dahulu kala pertahanan komunikatif dan material bercampur baur dan hampir tidak bisa dipisahkan. Pekerjaan seperti berlangsung dalam dunia kehidupan.
Tetapi dalam masyarakat modern, pertahanan komunikatif dan pertahanan material terpisah. Pertahanan material tidak lagi terjadi dalam instansi-instansi yang distabilisasikan melalui jalan komunikatif, tetapi sebagian besar termasuk wilayah kemasyarakatan yang oleh Habermas disebut "sistem", sistem ini terdiri dari dua subsistem, yakni subsitem ekonomi dan subsistem politik. Dalam subsistem-subsistem ini insan tidak bergaul dengan cara komunikatif, melainkan menghadapi satu sama lain dengan cara strategis.
Dengan kata lain dalam dua subsistem ini, mereka tidak mengejar persetujuan satu sama lain menurut alasan-alasan yang sanggup dikritik, melainkan berusaha merealisasikan tujuan-tujuan pribadi menyerupai meraih keuntungan, mendapat gaji, mengatur izin tertentu atau memperoleh suatu tunjangan. Dalam hal ini rencana-rencana mereka dan pelaksanaannya dalam perbuatan-perbuatan mereka tidak diatur melalui penawaran dan penerimaan klaim-klaim kesahihan, melainkan melalui media yang dilepaskan dari bahasa, yakni media uang dalam subsistem hemat dan media kuasa dalam subsistem politik. Media-media ini berakar dalam dunia-kehidupan. Sebab, media-media ini hanya sanggup berfungsi dalam dunia-kehidupan. Hal ini dikarenakan dalam dunia kehidupan selalu sudah diterima subsitem ekonomi dan politik tersebut sebagai sah berkaitan dengan pengandaian-pengandaian normatif bekerjasama dengan hak milik, kewajiban, kontrak, peraturan-peraturan aturan dan lain sebagainya, begitu pun dengan justifikasi sistem politik yang berlaku.
Bedanya, pengandaian-pengandaian normatif tersebut tidak perlu dipertanggungjawabkan pada dikala orang mengadakan transaksi dalam subsistem hemat atau menjalankan kekuasaan dalam subsistem politik. Saat itulah orang sanggup mengejar mengejar kepentingan diri dengan seenaknya, tanpa dibutuhkan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapannya secara komunikatif. Praksis komunikatif sudah tersingkir dari konteks sistem. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa masyarakat modern sanggup mengalami peningkatan produktivitas begitu besar, dibandingkan dengan tipe-tipe kemasyarakatan yang lain. Dalam konteks sistem, relasi-relasi antar insan diatur secara formal dan tidak lagi secara komunikatif, sehingga mereka bisa bertingkah laris strategis tanpa batas. Tanggung jawab atas integrasi normatif dari masyarakat dan atas pertahanan identitas dari pelaku-pelaku hemat dan politik seperti diserahkan kepada dunia-kehidupan.
Karena dikuasai oleh hubungan-hubungan kapitalistis yang memilih pertahanan material dalam masyarakat modern, dunia kehidupan dijajah oleh subsistem ekonomi dan politik. Media uang dan kuasa bukan saja mewarnai pergaulan insan dalam sistem kemasyarakatan, melainkan juga menyelinap dunia kehidupan dan di situ mendesak komunikasi.
Perkembangan ini menjadikan kompensasi-kompensasi yang dalam negara kesejahteraan (welfare state) modern disajikan kepada penduduk untuk menjalankan pekerjaan yang terasing dan untuk macetnya partisipasi politik yang riil. Kompensasi-kompensasi ini disajikan melalui tugas konsumen dan klien. Dengan kata lain, melalui ekspansi kemungkinan-kemungkinan konsumtif dan melalui jaringan kian kompleks dari instansi-instansi dan pegawai-pegawai yang melayani kesejahteraan sosial, massa penduduk diberi ganti rugi untuk mengkompensasi akibat-akibat dari proses akumulasi kapitalis.
Dengan kompensasi-kompensasi tersebut uang dan kuasa semakin mencengkeram dunia kehidupan dan mendesak proses-proses komunikatif yang sesungguhnya sangat perlu. Berbagai keinginan dan kebutuhan disamakan saja dengan mengkonsumsi barang-barang material, dan masalah-masalah hidup sekitar kelahiran, penyakit, kematian, atau sekitar pengangguran dan stress, atau sekitar problem perkawinan dan kesulitan psikis, ditampung dan ditangani dalam rangka instansi-instansi kesejahteraan yang terorganisasi secara birokratis, di mana kemungkinan untuk komunikasi atas dasar simetris semakin terhalang secara sistematis.
Sebagai akhir penjajahan dunia-kehidupan tersebut sumber-sumber daya untuk praksis komunikatif semakin mengering. Kebersamaan, solidaritas, dan akuntabilitas kian terdesak, jikalau kebudayaan, instansi-instansi yang ada dan identitas insan tidak dipertahankan dan diperbaharui melalui praksis komunikatif. Sebagai kesannya lebih lanjut reaksi-reaksi komunikatif dilumpuhkan juga. Dan justru dengan reaksi-reaksi komunikatif itulah mestinya perkembangan sistem ekonomi dan politik secara normatif dikontrol dan duduk kasus menyerupai pencemaran lingkungan, perlombaan senjata dan eksploitasi dunia ketiga ditangani secara efektif.
Namun demikian, hal tersebut belum berarti bahwa dunia-kehidupan tanpa impian apa pun diserahkan kepada kekerasan kolonial ekonomi politik. Menurut Habermas, kita menyaksikan timbulnya gerakan-gerakan sosial yang baru, menyerupai gerakan perempuan, gerakan lingkungan hidup, dan gerakan perdamaian yang sanggup mengerahkan potensi rasional dari praksis komunikatif melawan imperialisme sistem.
Kesimpulan, Jurgen Habermas melihat situasi masyarakat modern sebagai berikut, sistem tersebut hampir maha kuasa terhadap dunia-kehidupan, namun tidak secara total dan tak terelakkan, sebab kemungkinan reaksi yang dalam sejarah selalu sudah bergerak melawan hubungan-hubungan kekuasaan dan kekerasan yang terikat dengannya, dalam masyarakat modern sanggup memanfaatkan rasionalitas matang dari praksis komunikatif. Terhadap logika yang berat sebelah dan secara komunikatif tidak peka dari sistem, mereka bisa mengajukan norma-norma yang bersifat universal dan tidak mengizinkan diskriminasi dan penindasan. Karena itu norma-norma tersebut memiliki dasar lebih kukuh daripada kompensasi-kompensasi yang anti-komunikasi sebagaimana disajikan oleh sistem. Dengan demikian analisis dari struktur praksis komunikatif bagi Habermas pada akhirnya menghasilkan suatu visi optimistis wacana masalah-masalah besar yang dihadapi masyarakat modern pada selesai kala ke-20.
Semoga Bermanfaat.
Download di Sini
Sumber.
Bertens, Kees. 2002. Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-Jerman. Jakarta. Gramedia.
Baca Juga
1. Jurgen Habermas. Biografi dan Karya
2. Jurgen Habermas. Melanjutkan Proyek Modernitas Melalui Rasio Komunikatif
3. Jurgen Habermas. Kolonialisasi Dunia-Kehidupan
4. Jurgen Habermas. Kritik atas Patologi Modernitas
5. Jurgen Habermas. Diskursur Filosofis wacana Modernitas (Post-Modernitas)
6. Jurgen Habermas. Speech Acts
7. Jurgen Habermas. Ilmu Pengetahuan dan Kepentingan Manusia
8. Ilmu dan Teknologi sebagai Ideologi
9. "Methodenstreit" dalam Ilmu-Ilmu Sosial di Jerman
10. Mazhab Frankfurt
Belum ada Komentar untuk "Jurgen Habermas. Teori Praksis Komunikatif"
Posting Komentar