Gabriel Marcel. Duduk Perkara Dan Misteri
Dalam filsafat Marcel perbedaan antara problem dan misteri merupakan suatu tema kesayangan yang membuka rupa-rupa perspektif baru. Kata problem berasal dari Bahasa Yunani proballein (melemparkan ke depan). Problem yakni duduk kasus yang diajukan kepada saya dari luar. Problem memiliki konotasi “objektif”, saya sendiri tidak terlibat. Suatu problem sanggup dipecahkan, hingga karenanya sudah lenyap sebagai problem. Soal-soal dalam matematika atau macetnya sebuah mesin kendaraan beroda empat sanggup disebut sebagai pola problem. Pada umumnya sanggup dikatakan bahwa problem bisa dijumpai pada taraf pedoman logis dan matematis, pedoman yang “jelas” (dalam arti ibarat dimengerti oleh Descartes) dan pedoman teknis.
Lain halnya dengan misteri. Misteri tidak pernah diajukan kepada saya secara “objektif”. Misteri tidak berada di depan atau di luar saya, tetapi dalam diri saya atau, lebih tepatnya lagi, saya sendiri termasuk misteri tersebut. Suatu misteri melibatkan saya sendiri. Bertanya wacana misteri serentak juga berarti bertanya wacana diri saya sendiri.
Misteri tidak bisa “dipecahkan””. Pemikiran tidak sanggup menghabiskan atau melenyapkan suatu misteri. Namun misteri juga tidak sama dengan “yang tidak sanggup dimengerti”, alasannya yakni penyifatan misteri sebagai “yang mustahil dimengerti” berarti mendekatinya dalam konteks “problem”.
Misteri bukanlah teka-teki yang tidak diketahui, lantaran orang belum memiliki kunci yang sanggup membukakannya. Misteri melampaui kemampuan pedoman bukan lantaran kegelapannya, melainkan lantaran cahayanya, bukan lantaran bungkam, melainkan lantaran menyatakan terlalu banyak.
Dalam perkawinan yang senang atau persahabatan yang sejati selalu saya temukan aspek-aspek gres pada istri atau sobat saya. Tidak pernah saya “mengerti” ia secara tuntas, sehingga mustahil muncul lagi aspek baru. Misteri dialami dan dipercaya (bukan saja dalam arti keagamaan), tetapi tidak sanggup ditangkap hingga tuntas dengan konsep-konsep. Beberapa pola wacana misteri yakni contohnya inkarnasi, kehadiran, kejahatan, dunia, cinta serta pengenalan, dan teristimewa Ada.
Tentu saja misteri sering kali juga memiliki suatu segi problematik yang sanggup diselidiki dengan metode yang cocok bagi problem (misalnya ilmu pengetahuan sanggup menyelidiki tingkah laris manusia), tetapi tidak sanggup diterima bila lantaran alasan tersebut misteri disamakan begitu saja dengan problem. Adalah kekeliruan besar, kalau kita berusaha memperlakukan misteri sebagai problem, ibarat berulang kali diperbuat oleh rasionalisme dan positivism umpamanya.
Sesudah klarifikasi wacana perbedaan antara problem dan misteri ini kiranya sudah terperinci bahwa problem diliputi suasana “mempunyai” sedangkan misteri termasuk dalam suasana “Ada”. Dapat dikatakan juga bahwa problem yakni wilayah khusus bagi refleksi pertama, sedangkan misteri hanya sanggup didekati melalui refleksi kedua.
Download di Sini
Sumber:
Bertens. K. "Filsafat Barat Kontemporer: Prancis. 2001. Gramedia. Jakarta.
Baca Juga
1. Gabriel Marcel. Biografi
2. Pemikiran Filosofis Gabriel Marcel
3. Makna Kehadiran Orang Lain Bagi Saya. Tinjauan Filosofis Gabriel Marcel
4. Gabriel Marcel. Kehadiran
5. Gabriel Marcel. Tubuh sebagai Tubuhku
6. Gabriel Marcel: "Aku Ini Apa?"
7. Gabriel Marcel. Ada dan Mempunyai
8. Gabriel Marcel. Engkau Absolut
Lain halnya dengan misteri. Misteri tidak pernah diajukan kepada saya secara “objektif”. Misteri tidak berada di depan atau di luar saya, tetapi dalam diri saya atau, lebih tepatnya lagi, saya sendiri termasuk misteri tersebut. Suatu misteri melibatkan saya sendiri. Bertanya wacana misteri serentak juga berarti bertanya wacana diri saya sendiri.
Misteri bukanlah teka-teki yang tidak diketahui, lantaran orang belum memiliki kunci yang sanggup membukakannya. Misteri melampaui kemampuan pedoman bukan lantaran kegelapannya, melainkan lantaran cahayanya, bukan lantaran bungkam, melainkan lantaran menyatakan terlalu banyak.
Dalam perkawinan yang senang atau persahabatan yang sejati selalu saya temukan aspek-aspek gres pada istri atau sobat saya. Tidak pernah saya “mengerti” ia secara tuntas, sehingga mustahil muncul lagi aspek baru. Misteri dialami dan dipercaya (bukan saja dalam arti keagamaan), tetapi tidak sanggup ditangkap hingga tuntas dengan konsep-konsep. Beberapa pola wacana misteri yakni contohnya inkarnasi, kehadiran, kejahatan, dunia, cinta serta pengenalan, dan teristimewa Ada.
Tentu saja misteri sering kali juga memiliki suatu segi problematik yang sanggup diselidiki dengan metode yang cocok bagi problem (misalnya ilmu pengetahuan sanggup menyelidiki tingkah laris manusia), tetapi tidak sanggup diterima bila lantaran alasan tersebut misteri disamakan begitu saja dengan problem. Adalah kekeliruan besar, kalau kita berusaha memperlakukan misteri sebagai problem, ibarat berulang kali diperbuat oleh rasionalisme dan positivism umpamanya.
Sesudah klarifikasi wacana perbedaan antara problem dan misteri ini kiranya sudah terperinci bahwa problem diliputi suasana “mempunyai” sedangkan misteri termasuk dalam suasana “Ada”. Dapat dikatakan juga bahwa problem yakni wilayah khusus bagi refleksi pertama, sedangkan misteri hanya sanggup didekati melalui refleksi kedua.
Download di Sini
Sumber:
Bertens. K. "Filsafat Barat Kontemporer: Prancis. 2001. Gramedia. Jakarta.
Baca Juga
1. Gabriel Marcel. Biografi
2. Pemikiran Filosofis Gabriel Marcel
3. Makna Kehadiran Orang Lain Bagi Saya. Tinjauan Filosofis Gabriel Marcel
4. Gabriel Marcel. Kehadiran
5. Gabriel Marcel. Tubuh sebagai Tubuhku
6. Gabriel Marcel: "Aku Ini Apa?"
7. Gabriel Marcel. Ada dan Mempunyai
8. Gabriel Marcel. Engkau Absolut
Belum ada Komentar untuk "Gabriel Marcel. Duduk Perkara Dan Misteri"
Posting Komentar