Gabriel Marcel. Badan Sebagai Tubuhku

Salah satu cara yang menarik untuk mengajukan problem mengenai "mempunyai" dan "Ada" ialah mengaitkannya dengan tubuh. Saya memiliki tubuhku atau kah saya yaitu tubuhku? Kalau saya katakan bahwa saya memiliki tubuhku, saya terbentur pada aneka macam kesulitan. Tubuhku bagi saya bukan objek. Bukan salah satu badan atau sembarang tubuh. Demikian arti badan bagi ilmu pengetahuan (atau refleksi pertama berdasarkan peristilahan Marcel)--yang berbicara perihal the body, perihal badan pada umumnya--dimengerti sebagai suatu sistem fisis-kimiawi yang ditentukan oleh sejumlah aturan alam. Tetapi tubuhku selalu melibatkan pengalaman saya sendiri perihal organisme ini. Nah, Marcel ingin memeriksa organisme ini justru sejauh dialami oleh saya sebagai tubuhku.
Bila kita membandingkan "saya memiliki tubuhku" dengan "saya memiliki anjingku", tampaklah suatu analogi tertentu. Dalam kedua kasus ini kita melihat suatu claim, suatu keperluan untuk memelihara, dan suatu penguasaan. Semua faktor ini sudah kita temukan sebagai ciri-ciri yang menandai "mempunyai". Tetapi sekurang-kurangnya ada tiga aspek yang menjadikan analogi antara badan dan anjing harus dihentikan:
1) antara saya dan tubuhku tidak terdapat struktur qui-quid ibarat antara saya dan anjingku; 2) badan tidak berada di luar saya ibarat halnya dengan anjing; 3) saya tidak merupakan "yang lain" terhadap tubuhku ibarat saya memang merupakan "yang lain" terhadap anjingku.

Kesulitan-kesulitan sejenis itu muncul kalau kita memandang badan sebagai alat. Sebuah alat berada di tengah pemakai dan hal yang dikerjakan. Martil contohnya berada antara tukang kayu dan papan yang sedang dikerjakan. Tetapi badan tidak berada antara dua benda atau dua "kutub". Tubuh tidak berada antara saya dan apa yang sedang dikerjakan. Bila saya sedang menulis umpamanya, badan tidak berada antara "aku" dan kertas. Lagi pula, antara badan dan alat-alat terdapat kekerabatan erat, malah terdapat a deep community of nature, kata Marcel. Dan pada taraf alat selalu begitu. Yang menggunakan sebuah alat seharusnya memiliki hakikat yang sama ibarat alat yang dipakainya. Bagaimana tangan sanggup memegang martil, kalau keduanya tidak memiliki hakikat material yang sama? Tetapi seandainya badan itu sendiri merupakan alat bagi jiwa, harus ada "persekutuan hakikat" pula antara saya (jiwa) dan badan sebagai alat. Dengan kata lain, jiwa harus bersifat fisis atau badan harus bersifat psikis. Kiranya sudah jelas, kalau kita menganggap badan sebagai alat, kita terjerat dalam rupa-rupa kesulitan yang tidak ada jalan keluarnya. Perlu kita simpulkan bahwa sejauh badan yaitu tubuhku, badan tidak merupakan alat begitu saja dan tidak pula merupakan objek yang dihadapkan dengan saya sebagai subjek. Tubuh yaitu "alat absolut", kata Marcel, artinya alat yang memungkinkan alat-alat tetapi tidak merupakan alat bagi sesuatu yang lain. Selain itu, badan yaitu "prototipe" di bidang "mempunyai", artinya yang memungkinkan untuk memiliki tetapi tidak dipunyai oleh sesuatu yang lain.

Apakah itu berarti bahwa saya identik dengan tubuhku? Apakah itu berarti bahwa sama sekali tidak ada penengahan (mediation) apa pun antara saya dan tubuhku? Apakah badan tidak sedikit pun berperan sebagai penengah? Sulit juga untuk mendapatkan kesimpulan serupa itu. Saya tidak identik begitu saja dengan tubuhku. Mustahillah contohnya setiap kali mengganti kata "saya" dengan "tubuhku". Tetapi terang penengahan antara saya dan tubuhku tidak bersifat instrumental. Penengahan itu tidak berlangsung melalui badan sebagai alat. Lalu penengahan itu bagaimana? Marcel menyebutnya sympathetic mediation: penengahan pada taraf "merasakan" (sentir). Saya yaitu tubuhku, hanya sejauh saya yaitu makhluk yang merasakan. Hanya sejauh saya mencicipi tubuhku, badan yaitu tubuhku. Yang dimaksudkan di sini dengan "merasakan" ialah terutama apa yang boleh disebut "persepsi batin", ibarat bila saya merasa lelah, lapar, penuh gairah, dan lain sebagainya. Untuk sanggup mencicipi sesuatu yang lain, lebih dahulu badan harus dirasakan sebagai tubuhku. Dalam hal "merasakan" badan memiliki prioritas absolut.

Dalam filsafat dan psikologi modern fenomena "merasakan" ini sering salah dimengerti. Dalam konteks ini Marcel secara khusus mengkritik apa yang disebutnya "teori pesan" (message theory), yaitu suatu pengandaian umum yang--dalam aneka macam variasi--terdapat dalam keterangan-keterangan ilmiah perihal perasaan.

Menurut pendapat itu proses "merasakan" harus dimengerti sebagai suatu "pesan" dari luar yang diterima dalam subjek. Jadi, ada dua kutub: kutub yang menyiarkan pesan dan kutub yang menerima. Kritik Marcel atas pendapat itu cukup kompleks dan mustahil diikuti di sini secara terperinci. Tetapi kiranya pada dasarnya yaitu bahwa garis pemisah yang ditarik di sini antara "di luar" dan "di dalam" harus ditolak. Itu terutama tampak dari kenyataan bahwa "menerima" dalam hal perasaan tidak pernah sama dengan "menerima semata-mata pasif". Menurut Marcel "menerima" di sini harus dimengerti sebagai partisipasi, membuka diri, memperlihatkan diri; "menerima" ibarat tuan rumah menyambut tamu-tamunya. "Merasakan" berarti mendapatkan dalam wilayah yang merupakan wilayah saya. Dengan lain perkataan, mencicipi hanya terjadi melalui badan yang dialami sebagai tubuhku.

Dari analisa mengenai perasaan itu sanggup disimpulkan juga apa yang disebut Marcel "inkarnasi" manusia. Partisipasi yang dijalankan dalam perasaan hanya mungkin alasannya yaitu dengan tubuhku saya berada dalam dunia, bukan saja dalam arti bahwa saya sanggup mempengaruhi benda-benda, tetapi juga dalam arti bahwa saya tergoda oleh benda-benda. Dualisme antara "di luar" dan "di dalam" harus ditinggalkan. Situasi nyata saya ialah "inkarnasi" dalam arti partisipasi dalam dunia melalui badan sebagai tubuhku. Inkarnasi itu merupakan titik tolak refleksi filosofis dan bukan cogito atau kesadaran.


Download di Sini


Sumber:

Bertens. K. "Filsafat Barat Kontemporer: Prancis. 2001. Gramedia. Jakarta.

Baca Juga
1. Gabriel Marcel. Biografi
2. Pemikiran Filosofis Gabriel Marcel
3. Makna Kehadiran Orang Lain Bagi Saya. Tinjauan Filosofis Gabriel Marcel
4. Gabriel Marcel. Kehadiran
5. Gabriel Marcel: "Aku Ini Apa?" 
6. Gabriel Marcel. Ada dan Mempunyai
7. Gabriel Marcel. Engkau Absolut
8. Gabriel Marcel. Problem dan Misteri

Belum ada Komentar untuk "Gabriel Marcel. Badan Sebagai Tubuhku"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel