Tiap-tiap kelompok cenderung berpikir bahwa kebudayaan dirinya itu ialah superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua budaya yang lain. Inilah yang disebut dengan etnosentrisme. Seorang jago komunikasi interkultural Fred E. Jandt dalam karyanya Intercultural Communication: An Introduction (1998:52) mengemukakan etnosentrisme merupakan sikap... negatively judging aspect of another culture by the standards of one’s own culture... secara negatif menilai aspek budaya orang lain oleh standar kultur diri sendiri. Oleh alasannya itu, Jandt dalam klarifikasi selanjutnya mengemukakan bahwa etnosentrisme merupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi interkultural sehabis kecemasan dan mengumpamakan persamaan dengan perbedaan.
Tercapainya keterampilan komunikasi interkultural yang optimal menjadi penting, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pada tingkat lokal dan nasional, pembelajaran pengembangan keterampilan komunikasi interkultural sanggup meningkatkan rasa saling menghargai, rasa memiliki, dan solidaritas yang pada gilirannya bisa memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan pada level global atau internasional sanggup memupuk kepedulian antarwarga dunia, meningkatkan kesetiakawanan, solidaritas, dan kolaborasi antarbangsa yang saling menguntungkan dalam kesamaan dan kesetaraan (Supardan, 2004:84-86).
Belum ada Komentar untuk "Etnosentrisme"
Posting Komentar