Bentuk-Bentuk Multikulturalisme

Parekh (1997:183-185) dalam Azyumardi, 2005) membedakan sejumlah bentuk multikulturalisme* yang tidak mutlak bangkit sendiri, tetapi sanggup saja tumpang tindih satu dengan lainnya dalam segi-segi tertentu, yaitu:
1. Multikulturalisme Isolasionis
Yang mengacu kepada masyarakat di mana aneka macam kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi seminimal mungkin satu sama lain. Contohnya yakni masyarakat yang ada dalam sistem ‘millet’ di Turki Usmani atau masyarakat ‘Amish’ di Amerika Serikat. Kelompok ini mendapatkan keragaman, tetapi pada ketika yang sama berusaha mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain pada umumnya.

2. Multikulturalisme Akomodatif
Masyarakat plural, yang mempunyai kultur dominan, membuat adaptasi dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas.

Masyarakat multikultural akomodatif merumuskan dan menerapkan undang-undang, aturan dan ketentuan-ketentuan sensitif secara kultural, dan menawarkan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan berbagi kebudayaan mereka. Sebaliknya kaum minoritas dibutuhkan tidak menentang kultur dominan. Model ‘multikulturalisme akomodatif’ ini sanggup ditemukan di Inggris, Prancis, dan beberapa negara Eropa lain.

3. Multikulturalisme Otonomis
Masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya lebih banyak didominasi dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif sanggup diterima. Pokok perhatian utama kelompok-kelompok kultural ini yakni untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang mempunyai hak yang sama dengan kelompok dominan. Mereka menantang kelompok kultural lebih banyak didominasi dan berusaha membuat suatu masyarakat di mana semua kelompok sanggup eksis sebagai kawan sejajar. Jenis multikulturalisme didukung contohnya oleh kelompok Quebecois di Kanada, dan kelompok-kelompok muslim imigran di Eropa, yang menuntut untuk sanggup menerapkan syari’ah, mendidik bawah umur mereka pada sekolah Islam, dan sebagainya.

4. Multikulturalisme Kritikal
Masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu peduli dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif khas mereka. Kelompok budaya lebih banyak didominasi tentu saja menolak tuntutan ini, dan bahkan berusaha secara paksa untuk menerapkan budaya lebih banyak didominasi mereka dengan mengorbankan budaya kelompok-kelompok minoritas.

5. Multikulturalisme Kosmopolitan
Berusaha menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk membuat sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat dan berkomitmen kepada budaya tertentu dan sebaliknya, secara bebas terlibat dalam hubungan-hubungan antar budaya.


Download di Sini

Belum ada Komentar untuk "Bentuk-Bentuk Multikulturalisme"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel