Teori Berguru Dari Bruner
Jerome Bruner ialah spesialis psikologi perkembangan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, yang telah mempelopori aliran psikologi berguru kognitif yang memperlihatkan dorongan supaya pendidikan memperlihatkan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Bruner banyak memperlihatkan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana insan atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan.
Dalam mempelajari manusia, ia menganggap insan sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa berguru matematika akan lebih berhasil kalau proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping korelasi yang terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam materi yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. ini memperlihatkan bahwa materi yang memiliki suatu referensi atau struktur tertentu akan lebih gampang dipahami dan diingat anak.
Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990:48) berguru matematika ialah berguru mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari korelasi antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. siswa harus sanggup menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik materi yang berafiliasi dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya supaya sanggup mengenal konsep dan struktur dalam materi yang sedang dibicarakan. Dengan demikian materi yang memiliki suatu referensi atau struktur tertentu akan lebih gampang dipahami oleh anak.
Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: (1) Pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, alasannya ialah dalam struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk melihat. (2) Kesiapan (readiness) untuk belajar. Menurut Bruner (1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang memungkinkan seorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. (3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi ialah teknik-teknik intelektual untuk hingga pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4) motivasi atau harapan untuk berguru beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk merangsang motivasi itu.
Belajar sebagai Proses Kognitif
Menurut Bruner dalam berguru melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut ialah (1) memperoleh gosip baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevan gosip dan ketepatan pengetahuan. Dalam berguru gosip gres merupakan penghalusan dari gosip sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan supaya cocok atau sesuai dengan kiprah baru. Jadi, transformasi menyangkut cara memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan kiprah yang ada.
Bruner menyebut pandangannya perihal berguru atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu: (1) Pengetahuan seseorang perihal alam didasarkan pada model-model perihal kenyataan yang dibangunnya, dan (2) Model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diubahsuaikan pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang berdasarkan Bruner ialah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam hal ini adakalanya seorang anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah, atau berguru mengubah responsnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Melalui pertumbuhan, seseorang memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses mediator yang mengubah stimulus sebelum respons.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas gosip yang diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melaksanakan ini dengan menciptakan ramalan-ramalan, dan ekstrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang disimpannya.
c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan donasi kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukannya atau apa yang dilakukannya.
Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketika sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu:
a. Cara penyajian enaktif
Adalah melalui tindakan, anak terlibat secara eksklusif dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek, sehingga bersifat manipulatif. Anak berguru suatu pengetahuan secara aktif, dengan memakai benda-benda positif atau situasi nyata. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa memakai pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik.
b. Cara penyajian ikonik
Didasarkan pada pikiran internal di mana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berafiliasi dengan mental, yang merupakan citra dari objek-objek yang dimanipulasi. Anak tidak eksklusif memanipulasi objek menyerupai yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir.
c. Cara penyajian simbolik
Didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah bisa memakai notasi tanpa ketergantungan terhadap objek.
Dari hasil penelitiannya Bruner mengungkapkan dalil-dalil terkait penguasaan konsep-konsep oleh anak. Dalil-dalil tersebut ialah dalil-dalil penyusunan (construction theorem), dalil notasi (notation theorem), dalil kekontrasan dan dalil variasi (contrast and variation theorem), dalil pengaitan (connctivity theorem).
Menerapkan Metode Penemuan dalam Pembelajaran
Salah satu dari model-model instruksionis kognitif yang paling besar lengan berkuasa ialah model berguru inovasi Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner memperlihatkan instruksi bagaimana kiprah guru dalam menerapkan berguru inovasi pada siswa, sebagai berikut.
a. Merencanakan materi pelajaran yang diharapkan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memakai sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa, kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan, sehingga terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah, yang akan merangsang siswa untuk menyelidiki problem itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari problem tersebut.
b. Urutan pengajaran hendaknya memakai cara penyajian enaktif, ikonik, kemudian simbolik alasannya ialah perkembangan intelektual siswa diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, kemudian simbolik.
c. Pada dikala siswa memecahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau hukum yang akan dipelajari, guru hendaknya memperlihatkan saran-saran kalau diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memperlihatkan umpan balik pada dikala yang tepat untuk perbaikan siswa.
d. Dalam menilai hasil berguru bentuk tes sanggup berupa tes objektif atau tes esai, alasannya ialah tujuan-tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara mendetail. Tujuan berguru inovasi ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
Download di Sini
Baca Juga
1. Jerome Bruner. Biografi Psikolog
2. Jerome Bruner. Empat Tema perihal Pendidikan
3. Jerome Bruner. Model dan Kategori
4. Jerome Bruner. Belajar Sebagai Proses Kognitif
5. Jerome Bruner. Belajar Penemuan
Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990:48) berguru matematika ialah berguru mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari korelasi antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. siswa harus sanggup menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik materi yang berafiliasi dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya supaya sanggup mengenal konsep dan struktur dalam materi yang sedang dibicarakan. Dengan demikian materi yang memiliki suatu referensi atau struktur tertentu akan lebih gampang dipahami oleh anak.
Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: (1) Pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, alasannya ialah dalam struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk melihat. (2) Kesiapan (readiness) untuk belajar. Menurut Bruner (1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang memungkinkan seorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. (3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi ialah teknik-teknik intelektual untuk hingga pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4) motivasi atau harapan untuk berguru beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk merangsang motivasi itu.
Belajar sebagai Proses Kognitif
Menurut Bruner dalam berguru melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut ialah (1) memperoleh gosip baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevan gosip dan ketepatan pengetahuan. Dalam berguru gosip gres merupakan penghalusan dari gosip sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan supaya cocok atau sesuai dengan kiprah baru. Jadi, transformasi menyangkut cara memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan kiprah yang ada.
Bruner menyebut pandangannya perihal berguru atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu: (1) Pengetahuan seseorang perihal alam didasarkan pada model-model perihal kenyataan yang dibangunnya, dan (2) Model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diubahsuaikan pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang berdasarkan Bruner ialah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam hal ini adakalanya seorang anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah, atau berguru mengubah responsnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Melalui pertumbuhan, seseorang memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses mediator yang mengubah stimulus sebelum respons.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas gosip yang diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melaksanakan ini dengan menciptakan ramalan-ramalan, dan ekstrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang disimpannya.
c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan donasi kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukannya atau apa yang dilakukannya.
Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketika sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu:
a. Cara penyajian enaktif
Adalah melalui tindakan, anak terlibat secara eksklusif dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek, sehingga bersifat manipulatif. Anak berguru suatu pengetahuan secara aktif, dengan memakai benda-benda positif atau situasi nyata. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa memakai pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik.
b. Cara penyajian ikonik
Didasarkan pada pikiran internal di mana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berafiliasi dengan mental, yang merupakan citra dari objek-objek yang dimanipulasi. Anak tidak eksklusif memanipulasi objek menyerupai yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir.
c. Cara penyajian simbolik
Didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah bisa memakai notasi tanpa ketergantungan terhadap objek.
Dari hasil penelitiannya Bruner mengungkapkan dalil-dalil terkait penguasaan konsep-konsep oleh anak. Dalil-dalil tersebut ialah dalil-dalil penyusunan (construction theorem), dalil notasi (notation theorem), dalil kekontrasan dan dalil variasi (contrast and variation theorem), dalil pengaitan (connctivity theorem).
Menerapkan Metode Penemuan dalam Pembelajaran
Salah satu dari model-model instruksionis kognitif yang paling besar lengan berkuasa ialah model berguru inovasi Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner memperlihatkan instruksi bagaimana kiprah guru dalam menerapkan berguru inovasi pada siswa, sebagai berikut.
a. Merencanakan materi pelajaran yang diharapkan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memakai sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa, kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan, sehingga terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah, yang akan merangsang siswa untuk menyelidiki problem itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari problem tersebut.
b. Urutan pengajaran hendaknya memakai cara penyajian enaktif, ikonik, kemudian simbolik alasannya ialah perkembangan intelektual siswa diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, kemudian simbolik.
c. Pada dikala siswa memecahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau hukum yang akan dipelajari, guru hendaknya memperlihatkan saran-saran kalau diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memperlihatkan umpan balik pada dikala yang tepat untuk perbaikan siswa.
d. Dalam menilai hasil berguru bentuk tes sanggup berupa tes objektif atau tes esai, alasannya ialah tujuan-tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara mendetail. Tujuan berguru inovasi ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
Download di Sini
Baca Juga
1. Jerome Bruner. Biografi Psikolog
2. Jerome Bruner. Empat Tema perihal Pendidikan
3. Jerome Bruner. Model dan Kategori
4. Jerome Bruner. Belajar Sebagai Proses Kognitif
5. Jerome Bruner. Belajar Penemuan
Belum ada Komentar untuk "Teori Berguru Dari Bruner"
Posting Komentar