Sayid Ameer Ali. Sekilas Pemikiran

Sebagai seorang tokoh pembaru pemikiran Islam, Ameer Ali melontarkan pemikiran perihal ijtihad, rasionalisme, dan ilmu pengetahuan. Dalam bidang ijtihad, ia beropini bahwa kemunduran umat Islam ketika ini antara lain disebabkan oleh adanya anggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan adanya perilaku berpegang teguh kepada pendapat para ulama era ke-9 yang situasi dan kondisinya tentu jauh berbeda dengan kondisi umat Islam di zamannya. Menurutnya, ijtihad tersebut tidak sanggup dipisahkan dengan rasionalisme dan kebebasan berkehendak manusia. Ketika akan membahas problem ini, ia memulainya dengan membahas firman Allah dalam surah ar-Ra’ad ayat 11 yang pada dasarnya menyatakan bahwa perubahan nasib tidak akan muncul bagi umat Islam sebelum mereka berupaya mengubahnya sendiri.
Dari ayat tersebut ia berkesimpulan bahwa Allah SWT menyampaikan kesempatan yang luas bagi insan untuk mengubah keadaan mereka sendiri, sekaligus memperlihatkan bahwa insan mempunyai kebebasan berkehendak. Oleh lantaran itu, umat Islam tidak harus terkungkung oleh pendapat usang yang barangkali tidak relevan lagi untuk zaman sesudahnya. Ia mengemukakan banyak sekali argumen yang menyatakan bahwa Islam sangat menghargai inovasi nalar insan yang berawal dari kebebasan berpikir dan berkehendak.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ijtihad sebagai sarana untuk mencapai banyak sekali inovasi haruslah bersifat rasional dan semestinya lebih memajukan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan. Bertolak dari hal ini, Ameer Ali melihat bahwa kebebasan berkehendak insan dengan ijtihad dan ilmu pengetahuan merupakan aspek yang amat rasional dalam Islam. Aspek inilah yang akan membawa umat Islam kepada kejayaan, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan pada periode awal Dinasti Abbasiyah. Untuk mengantisipasi keadaan ini, ia menyampaikan bahwa semangat ijtihad, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, dan perilaku rasional umat Islam harus dibangkitkan kembali.

Pandangan lain yang dikemukakan oleh Ameer Ali yaitu mengenai akhirat. Menurutnya, gagasan hidup alam abadi tersebut merupakan fenomena umum umat insan semenjak zaman primitif. Gagasan ini muncul ketika umat insan merasa ingin berkumpul kembali dengan orang-orang yang mereka kasihi dan telah terpisah dari mereka oleh kematian. Dengan banyak sekali bukti sejarah, ia mengemukakan pandangannya secara kronologis. Ia beropini bahwa anutan perihal adanya hari alam abadi mempunyai nilai strategis yang penting, lantaran melalui anutan ini umat insan telah dilatih dengan prinsip-prinsip tanggung jawab. Ajaran ini sanggup menggerakkan perorangan atau bangsa untuk berbuat yang terbaik untuk dirinya dan orang lain, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela, dan sekaligus mengangkat derajat umat manusia.

Sehubungan dengan masalah perempuan dan perbudakan, Ameer Ali beropini bahwa sejarah menunjukan betapa kejamnya insan kepada kaum perempuan dan budak. Hanya Islam yang memperlihatkan konsep bagaimana sebaiknya memperlakukan perempuan dan bagaimana caranya memberantas perbudakan tersebut, sehingga kaum perempuan dan budak sanggup menduduki daerah terhormat sesuai dengan kodrat mereka. Dikatakanya pula, sekalipun Islam membenarkan poligami, Islam bergotong-royong menganut sistem monogami dalam perkawinan. Poligami hanya diizinkan dalam bentuk terbatas pada situasi dan kondisi yang amat sulit.


Dalam masalah perbudakan, Ameer Ali beropini bahwa hal tersebut merupakan suatu bukti nafsu dan kesombongan manusia. Perbudakan itu ada dalam sejarah hidup insan dari semua bangsa, menyerupai Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman. Agama Nasrani sebagai suatu sistem dan suatu kepercayaan tidak melontarkan protes terhadap perbudakan dan tidak menyampaikan peraturan dan cara memberantasnya; bahkan membiarkannya berjalan sebagaimana adanya. Barulah ketika Islam datang, perbudakan secara perlahan-lahan tetapi niscaya dihapuskan oleh Islam melalui banyak sekali cara. Pembebasan budak dijadikan sebagai salah satu bentuk hukuman eksekusi bagi pelanggar tindak pidana atau anutan tertentu.

Pemikiran Ameer Ali tidak hanya besar lengan berkuasa di India, tetapi juga menyebar di bagian-bagian dunia Islam lainnya. Kedua bukunya yang disebutkan di atas menjadi acuan di perguruan-perguruan tinggi Islam.


Download


Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996

Belum ada Komentar untuk "Sayid Ameer Ali. Sekilas Pemikiran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel