Penilaian Autentik

Dalam evaluasi tradisional, siswa biasanya diminta untuk menjawab soal pilihan ganda, mengisi bab yang kosong (‘titik-titik’). Menentukan benar-salah, dan memasangkan jawaban. Pada prinsipnya, siswa MEMILIH respon/jawaban yang disediakan atau MENGINGAT isu untuk menjawab pertanyaan/soal. Penilaian tradisional gagal dalam mengungkap kinerja intelektual yang kompleks yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Sementara evaluasi autentik, siswa diminta untuk menunjukkan/ mendemonstrasikan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) hasil belajarnya dengan cara MENGKREASI respon atau produk (bukan menentukan respon yang disediakan) dan dalam konteks yang lebih autentik/asli, konteks (yang seakan-akan dengan) kehidupan nyata.

Misal, terkait dengan IPA, siswa harus dinilai dengan melaksanakan percobaan atau memecahkan persoalan sebagaimana seorang ilmuwan berbuat dalam keseharian hidupnya. Terkait IPS, siswa dinilai melalui kiprah yang menuntut siswa mengajukan pertanyaan, melaksanakan penelitian, dan merumuskan tanggapan terhadap pertanyaan tersebut sebagaimana layaknya seorang ilmuwan sosial berbuat. Penilaian autentik dikenal juga sebagai Penilaian Kinerja, Penilaian Langsung, atau Penilaian Alternatif (karena bentuk alternatif dari evaluasi tradisional).

Merujuk pada pengertian bahwa evaluasi yaitu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) terkait dengan proses dan hasil berguru siswa, maka evaluasi autentik sanggup berwujud sebagai catatan anekdok, kiprah kinerja, dan portopolio.

Catatan Anekdot
Catatan anekdot merupakan catatan singkat dan informal yang ditulis guru. Tulisan ini mengenai bagaimana sikap siswa dalam belajar, pertanyaan yang diajukan siswa, serta taktik dan keterampilan yang diaplikasikan maupun yang tidak. Catatan ini pun memuat sikap atau keterampilan yang diharapkan muncul di kegiatan berikutnya.

Catatan anekdot sangat baik dilakukan lantaran akan mencatat isu yang bermanfaat untuk disampaikan kepada orang tua. Catatan ini bisa dimasukkan ke dalam portofolio sehingga guru bisa melihat perjalanan berguru siswa.


Contoh di atas merupakan catatan guru ketika siswa sedang melaksanakan suatu kegiatan. Apabila dilihat dari komentar guru tersebut, kita bisa tahu bahwa siswa sedang mengerjakan kiprah yang dilakukan setiap hari lantaran mempunyai keterkaitan antara hari pertama dengan hari berikutnya.

Catatan anekdot sanggup dilakukan tanpa persiapan dan perencanaan. Guru bisa saja belum mengetahui akan mencatat siswa yang mana. Guru mencatat sikap yang lebih banyak didominasi dan menganggap apa yang diamatinya atau yang terjadi di dalam kelas yang menurutnya patut untuk didokumentasikan.

Untuk kebutuhan catatan anekdot, guru bisa menulisnya di media kertas yang dipotong kecil (1 kertas HVS bisa dibagi empat bab besar atau sesuai kebutuhan) atau memakai kartu katalog yang bisa dibeli (bisa dibentuk sendiri).

Tugas Kinerja
Misalnya siswa diberi kiprah menciptakan laporan perihal liburannya. Bagaimana guru menilai hasil goresan pena siswa perihal liburannya? Agar evaluasi hasil kerja siswa tersebut akurat maka diharapkan apa yang disebut rubrik.

Beberapa pola kiprah kinerja yang sanggup digunakan sebagai evaluasi autentik, sebagai berikut:


Rubrik
Rubrik yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa lewat suatu produk atau kinerja. Di dalam rubrik terdapat beberapa aspek yang harus dinilai dan uraian perihal aspek tersebut yang memperlihatkan tingkat pencapaian.

Rubrik memperlihatkan manfaat ketika guru akan menilai suatu produk atau kinerja yang tidak bisa dinilai melalui tes. Rubrik sanggup memperlihatkan kelemahan dan kekuatan setiap siswa pada aspek tertentu. Hal ini sangat membantu guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Rubrik ini digunakan untuk ‘mengukur’ sebaik apa produk atau kinerja yang ditampilkan oleh siswa. Rubrik dimaksudkan semoga hasil evaluasi objektif, jelas, konsisten, dan sanggup dipertanggungjawabkan lantaran kriteria penetapan kualitas kinerja dirumuskan secara jelas.

Bagaimana membuatkan rubrik?
• Melihat tujuan pembelajaran
• Menentukan produk atau kinerja yang diharapkan
• Menentukan aspek yang akan dinilai dari produk atau kinerja yang diharapkan
• Menentukan aspek yang akan dinilai dari produk atau kinerja yang diharapkan
• Menguraikan kualitas tiap  aspek dalam tingkatan/gradasi (uraian harus TIDAK multitafsir)
• Merumuskan cara memberi skor

Tingkatan pencapaian sanggup ditunjukkan dengan:
• Menggunakan angka (1, 2, 3, atau lebih)
• Menggunakan kata: sudah berkembang, sedang berkembang, dan membutuhkan pemberian atau kata-kata lainnya yang memperlihatkan gradasi/tingkatan.

Contoh :

Atau

Produk yang dinilai dengan memakai rubrik misalnya
• Tulisan/laporan
• Puisi
• Gambar

Portofolio
Proses berguru siswa yaitu suatu perjalanan panjang dan berbeda satu sama lain. Dalam perjalanan tersebut, guru harus mengumpulkan data yang bisa membantunya mengarahkan kegiatan berguru yang sesuai dengan siswa. Bukti-bukti dari hasil berguru siswa yang dikumpulkan tersebut disebut portofolio.

Menurut DeFina (1992), portofolio yaitu kumpulan hasil pekerjaan siswa yang bermakna, dikumpulkan dalam periode waktu tertentu.

Untuk literasi, Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004:36) memperlihatkan pola dokumen yang terdapat di dalam portofolio sebagai berikut:
• Catatan observasi guru perihal kemampuan membaca dan menulis siswa
• Tanggapan siswa terhadap cerita/dongeng yang dibacakan guru.
• Daftar dan komentar singkat perihal buku yang telah dibaca
• Sinopsis bacaan yang dibuat
• Surat-surat yang dibuat
• Naskah pidato
• Karangan bebas (puisi, prosa)
• Laporan kunjungan
• Tulisan majalah dinding

Penilaian portofolio merupakan evaluasi berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan isu yang memperlihatkan perkembangan kemampuan penerima didik dalam suatu periode tertentu.

Di dalam portofolio, selain karya siswa, guru sanggup memasukkan rubrik dan catatan anekdot untuk menunjang informasi.


Teknik evaluasi portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
• Jelaskan kepada siswa maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya, siswa sanggup mengetahui kemampuan, keterampilan dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi penerima didik untuk berguru meyakini hasil evaluasi mereka sendiri.

• Suatu saat, tentukan bersama siswa, karya yang mana saja yang akan dipilih. Portofolio antara penerima didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa beda.

• Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap penerima didik dalam satu map atau folder. Beri komentar di belakang karya siswa yang memperlihatkan bagaimana ia bekerja. Beri tanggal.

• Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang renta penerima didik untuk diberi klarifikasi perihal maksud dan tujuan portofolio, sehingga orang renta sanggup membantu dan memotivasi anaknya.

Portofolio seorang siswa bersifat rahasia. Oleh alasannya yaitu itu, dokumen penting ini perlu disimpan rapi dan hanya bisa digunakan oleh yang berkepentingan, yaitu guru kelas ketika itu, guru kelas berikutnya, siswa yang bersangkutan, orang renta atau pihak lain yang berkepentingan.


Download di Sini

Belum ada Komentar untuk "Penilaian Autentik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel