Malik Ibnu Nabi. Anutan Dan Karya

Ketika berlangsung Konferensi Asia Afrika di Bandung (18-24 April 1955), Ibnu Nabi menyusun sebuah buku yang berjudul al-Fikrah al-Ifriqiyyah al-Asiawiyyah fi Daw Mu’tamar Bandung (Pemikiran Asia-Afrika dalam Konteks Konferensi Bandung). Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Prancis. Kemudian saat berada di Cairo (1956), ia menerjemahkannya ke bahasa Arab. Dalam buku ini, ia dengan terang dan tegas mengemukakan bahwa solusi untuk umat Islam dalam mengatasi penjajahan di muka bumi ini yaitu melalui penerapan hasil-hasil konferensi Asia-Afrika tersebut, sehingga keterbelakangan umat Islam sanggup diatasi. Dalam bukunya ini, Ibnu Nabi juga berbicara perihal kebudayaan Asia-Afrika, yang berdasarkan pandangannya harus terbebas dari budaya imperialisme Barat dan komunisme Rusia.
Negara-negara Asia-Afrika dalam membentuk kebudayaan masing-masing tidak harus terhambat oleh ras, agama, bahasa dan suku lantaran yang menjadi patokan dalam hal ini semestinya yaitu kepentingan bersama untuk mengangkat derajat manusia, dengan menghapuskan penjajah di muka bumi, serta berupaya untuk memakmurkan warga masing-masing dalam semangat kebersamaan Dunia Ketiga. Untuk itu, Ibnu Nabi menyampaikan bahwa aspek utama yang harus diupayakan Dunia Ketiga yaitu membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, baik penjajahan fisik, ekonomi, politik, maupun akidah. Dunia Ketiga mempunyai sumber daya insan yang cukup besar dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah, yang tidak dimiliki Barat. Oleh alasannya yaitu itu Dunia Ketiga harus bersatu dalam semangat konferensi Bandung.

Dalam buku Fikrah Commonwealth Islam (Pemikiran Persemakmuran Islam), Ibnu Nabi menekankan pentingnya kesatuan dan persatuan Dunia Ketiga dalam menghadapi Barat. Dalam kaitan ini, ia menekankan perbedaan yang tajam antara Persemakmuran Inggris dan Persemakmuran Islam. Persemakmuran Islam yang dimaksudkannya yaitu kesatuan umat, sedangkan Persemakmuran Inggris merupakan kesatuan pemerintah. Di samping itu Persemakmuran Islam bertujuan biar umat Islam di aneka macam potongan dunia Islam terbebas dari keterbelakangan dan penjajahan akidah. Ibnu Nabi menyampaikan bahwa masalah fundamental bagi umat Islam ialah akidah, yaitu keyakinan mereka terhadap agama mereka. Umat Islam tidak sanggup memanfaatkan akidahnya sebagai basis kekuatan mereka dalam menghadapi masalah hidup dan kehidupan mereka sendiri. Umat Islam tidak berjalan di atas rel lurus yang telah dibangun oleh agama mereka sendiri. Inilah yang menyebabkan mereka tetap ndeso dan dijajah.

Ia juga menyumbangkan aliran untuk membebaskan negerinya dari jajahan Prancis. Pada tanggal 24 Februari 1964 ia menunjukkan ceramah umum di hadapan warga Aljazair mengenai bagaimana mengatasi masalah masyarakat dan negara Aljazair sendiri. Hasil ceramahnya ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dibukukan dengan judul Musykilah al-Mafhumiyyah (Persoalan Pemahaman). Dalam buku ini kembali ia mengulangi keyakinannya bahwa masalah yang paling fundamental yang dihadapi umat Islam Aljazair yaitu masalah ideologi dan akidah. Akidah Islam semestinya menjadi motor pelopor bagi setiap pribadi dan masyarakat untuk bangun dari keterbelakangan dan kemiskinan mereka.

Dengan kepercayaan inilah umat Islam sanggup bersatu melawan penjajah dan kemudian membangun diri mereka menjadi pribadi, masyarakat, dan bangsa terhormat. Negara harus lebih banyak memikirkan kepentingan dan kemaslahatan warganya, sehingga kekayaan negara sanggup dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan rakyat.

Sesuai dengan kondisi zamannya, Ibnu Nabi banyak berbicara dan menyumbangkan pikiran perihal bagaimana mengatasi penetrasi Barat ke Dunia Ketiga, khususnya dunia Islam. Dalam konteks ini tidak sedikit karya tulis yang dihasilkannya. Di samping buku-buku yang telah disebutkan, karya lainnya berjudul Afaq Jaza’iriyyah (buku yang secara khusus berbicara perihal masalah Aljazair) yang ditulisnya saat bermukim di Cairo (1956) dan Hadis fi al-Bina al-Jadid (Bahasan perihal Pembangunan Baru). Kemudian pada tanggal 1 Januari 1961 ia menuntaskan bukunya Le Phenomine Qoranique (Fenomena Al-Qur’an) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Abdus Sabur Saheen dengan judul Zahiriyyah Al-Qur’an, dan pada tahun 1983 diindonesiakan dengan judul Fenomena Al-Qur’an oleh Saleh Mahfoed dan diterbitkan oleh al-Ma’arif, Bandung.


Download 


Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996


Baca Juga
Malik Ibnu Nabi. Sekilas Biografi Pemikiran dan Karya

Belum ada Komentar untuk "Malik Ibnu Nabi. Anutan Dan Karya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel