Konservatisme
Istilah konservatisme merujuk kepada kepercayaan yang meyakini bahwa realitas suatu masyarakat sanggup ditemukan pada perkembangan sejarahnya. Oleh sebab itu, pemerintah membatasi diri dalam campur tangan terhadap sikap kehidupan masyarakatnya, dalam arti dilarang melupakan akar-akar sejarahnya (Minogue, 2000:1666). Doktrin ini muncul tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap proyek rasionalis dan Revolusi Prancis yang dikemukakan oleh Edmund Burke dalam judul Reflections on the Revolution in France (1790). Ia mengkritik Revolusi Prancis 1789, menurutnya Revolusi Prancis berbeda dengan Revolusi Inggris dan Revolusi Amerika. Menurut pandangannya, Revolusi Prancis “tidak membela kebebasan-kebebasan tradisional, bahkan menghancurkan suatu tatanan yang telah usang mapan dan membawanya pada penyalahgunaan kekuasaan elitis atau berujung dengan pemerintahan teror” (Losco dan Williams, 2005:316).
Walaupun dalam konservatisme berpandangan bahwa masyarakat itu sebagai sesuatu yang terus berproses, tetapi proses itu pun dilarang menciptakan lepas dari akar-akarnya. Konservatisme berkembang pesat di Inggris melalui Partai Whig pada simpulan 1830-an, yakni dengan tampilnya partai konservatif (Tory). Doktrin konservatisme menyatakan bahwa partai-partai politik harus memberi respons terhadap perubahan lingkungan, meskipun kepercayaan ini dikenal dengan kehati-hatiannya dalam melaksanakan perubahan apa pun. Meskipun demikian, konservatisme bukan hanya merupakan doktrin, melainkan disposisi perihal manusia. Artinya, hingga batas tertentu konservatisme yaitu sikap dasar yang ada pada hampir semua insan (Minogue, 2000: 167).
Partai politik konservatif Inggris mempunyai efek besar, semenjak di bawah kepemimpinan Disraeli, partai ini mengorganisir dan memperkokoh diri sehingga menjadi figur jago dalam percaturan politik. Pada masa ke-19, partai konservatif berada pada jajaran terdepan dalam upaya mempertahankan monarki dikala dirongrong oleh upaya pemisahan diri Irlandia. Setelah keberhasilan penciptaan negara kesejahteraan oleh Attlee dari tahun 1945-1951, Winston Churchill dan Macmillan meneruskannya lebih lanjut. Namun, pada tahun 1976, Margareth Thatcher dari sayap kanan yang berkuasa mulai menyusutkan peranan negara kesejahteraan yang dianggap memboroskan uang negara. Di Inggris sendiri, partai ini sering menerima kritik keras, menyerupai yang dilakukan oleh seorang ekonom Frederick A. Hayek dalam karyanya The Constitution of Liberty (1960), intinya kaum konservatisme tidak sanggup mengatakan suatu alternatif atau arah ke mana kita bergerak.
Download
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta
Walaupun dalam konservatisme berpandangan bahwa masyarakat itu sebagai sesuatu yang terus berproses, tetapi proses itu pun dilarang menciptakan lepas dari akar-akarnya. Konservatisme berkembang pesat di Inggris melalui Partai Whig pada simpulan 1830-an, yakni dengan tampilnya partai konservatif (Tory). Doktrin konservatisme menyatakan bahwa partai-partai politik harus memberi respons terhadap perubahan lingkungan, meskipun kepercayaan ini dikenal dengan kehati-hatiannya dalam melaksanakan perubahan apa pun. Meskipun demikian, konservatisme bukan hanya merupakan doktrin, melainkan disposisi perihal manusia. Artinya, hingga batas tertentu konservatisme yaitu sikap dasar yang ada pada hampir semua insan (Minogue, 2000: 167).
Partai politik konservatif Inggris mempunyai efek besar, semenjak di bawah kepemimpinan Disraeli, partai ini mengorganisir dan memperkokoh diri sehingga menjadi figur jago dalam percaturan politik. Pada masa ke-19, partai konservatif berada pada jajaran terdepan dalam upaya mempertahankan monarki dikala dirongrong oleh upaya pemisahan diri Irlandia. Setelah keberhasilan penciptaan negara kesejahteraan oleh Attlee dari tahun 1945-1951, Winston Churchill dan Macmillan meneruskannya lebih lanjut. Namun, pada tahun 1976, Margareth Thatcher dari sayap kanan yang berkuasa mulai menyusutkan peranan negara kesejahteraan yang dianggap memboroskan uang negara. Di Inggris sendiri, partai ini sering menerima kritik keras, menyerupai yang dilakukan oleh seorang ekonom Frederick A. Hayek dalam karyanya The Constitution of Liberty (1960), intinya kaum konservatisme tidak sanggup mengatakan suatu alternatif atau arah ke mana kita bergerak.
Download
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta

Belum ada Komentar untuk "Konservatisme"
Posting Komentar