Komunisme
Pada dasarnya, konsep dari istilah komunisme ini merujuk kepada setiap pengaturan sosial yang didasarkan pada kepemilikan, produksi, konsumsi, swapemerintahan yang diatur secara komunal atau bahu-membahu (Meyer, 2000: 143).
Pada kurun ke-19, pemikiran-pemikiran yang paling radikal dari gerakan sosialis yang ketika itu tumbuh pesat yakni Karl Marx* dan Engels, yang menyebut diri mereka kaum komunis untuk membedakan dari kelompok sosialis lainnya yang mereka anggap kurang konsisten. Dengan demikian, komunisme dalam pengertian sempit merujuk pada kumpulan doktrin Marxis atau kritik kaum Marxis terhadap kapitalisme dan teori liberal, serta ramalan mereka akan terciptanya revolusi proletariat yang akan membuat suatu masyarakat komunis yang mereka yakini akan terbebas dari kemiskinan, kelas, pembagian kerja yang timpang, serta institusi-institusi pemaksaan dan dominasi.
Sedangkan dalam arti luas, komunisme tidaklah semata-mata terfokus pada fatwa Marx*, Lenin, maupun Stalin, melainkan merupakan suatu harapan untuk membuat masyarakat ideal yang sanggup menyejahterakan semua insan melalui rangkaian aktivitas akumulasi modal antikapitalis atau westernisasi secara cepat melalui aneka macam revisi fatwa Karl Marx* (Meyer, 2000: 144). Dengan demikian, bagi pemerhati ideologi ini pendapat umum yang beredar di Barat bahwa komunisme telah mati, sepertinya terlalu prematur.
Ketika terjadi pergolakan di Asia Tenggara pasca Perang Dunia II, tidak lepas dari imbas kontradiksi antara blok komunis dan blok kapitalis yang selalu mengeksploitasi benih-benih kontradiksi yang ada untuk kepentingan masing-masing. Blok kapitalisme atau Barat yang merasa cemas dengan perkembangan komunis di Asia Tenggara begitu cepat meluas, dengan segera Presiden Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower (Presiden USA ke-34, mantan komandan tertinggi pasukan Sekutu Perang Dunia II) bahu-membahu Robert A. Scalapino menggagas apa yang dikenalnya sebagai Teori Domino. Isi pokok dari Teori Domino tersebut bahwa kalau salah satu negara Asia Tenggara jatuh dalam pelukan komunis maka cepat atau lambat bangsa-bangsa Asia Tenggara lainnya akan jatuh pula pada pelukan komunis (Supardan, 1983: 12-15).
Download
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta
Pada kurun ke-19, pemikiran-pemikiran yang paling radikal dari gerakan sosialis yang ketika itu tumbuh pesat yakni Karl Marx* dan Engels, yang menyebut diri mereka kaum komunis untuk membedakan dari kelompok sosialis lainnya yang mereka anggap kurang konsisten. Dengan demikian, komunisme dalam pengertian sempit merujuk pada kumpulan doktrin Marxis atau kritik kaum Marxis terhadap kapitalisme dan teori liberal, serta ramalan mereka akan terciptanya revolusi proletariat yang akan membuat suatu masyarakat komunis yang mereka yakini akan terbebas dari kemiskinan, kelas, pembagian kerja yang timpang, serta institusi-institusi pemaksaan dan dominasi.
Sedangkan dalam arti luas, komunisme tidaklah semata-mata terfokus pada fatwa Marx*, Lenin, maupun Stalin, melainkan merupakan suatu harapan untuk membuat masyarakat ideal yang sanggup menyejahterakan semua insan melalui rangkaian aktivitas akumulasi modal antikapitalis atau westernisasi secara cepat melalui aneka macam revisi fatwa Karl Marx* (Meyer, 2000: 144). Dengan demikian, bagi pemerhati ideologi ini pendapat umum yang beredar di Barat bahwa komunisme telah mati, sepertinya terlalu prematur.
Ketika terjadi pergolakan di Asia Tenggara pasca Perang Dunia II, tidak lepas dari imbas kontradiksi antara blok komunis dan blok kapitalis yang selalu mengeksploitasi benih-benih kontradiksi yang ada untuk kepentingan masing-masing. Blok kapitalisme atau Barat yang merasa cemas dengan perkembangan komunis di Asia Tenggara begitu cepat meluas, dengan segera Presiden Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower (Presiden USA ke-34, mantan komandan tertinggi pasukan Sekutu Perang Dunia II) bahu-membahu Robert A. Scalapino menggagas apa yang dikenalnya sebagai Teori Domino. Isi pokok dari Teori Domino tersebut bahwa kalau salah satu negara Asia Tenggara jatuh dalam pelukan komunis maka cepat atau lambat bangsa-bangsa Asia Tenggara lainnya akan jatuh pula pada pelukan komunis (Supardan, 1983: 12-15).
Download
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta

Belum ada Komentar untuk "Komunisme"
Posting Komentar