Empedokles. Aliran Mengenai Keempat Anasir
Empedokles baiklah dengan Parmenides bahwa dalam alam semesta tidak ada sesuatu yang dilahirkan sebagai gres dan tidak ada sesuatu yang binasa sehingga tidak ada lagi. Ia juga tidak mendapatkan adanya ruang kosong. Namun, ia ingin menyelamatkan kesaksian panca indera yang senantiasa menyampaikan pluralitas dan perubahan. Itulah sebabnya ia menyampaikan bahwa realitas seluruhnya tersusun dari empat anasir, ialah api, udara, tanah, dan air. Sebetulnya Empedokles sendiri tidak mempergunakan kata "anasir", tetapi suatu kata yang berarti "akar" (rizomata). Plato* akan mempergunakan kata "anasir" (stoikheia), yang lalu menjadi istilah tekhnis dalam filsafat Yunani.
Keempat anasir itu masing-masing dikaitkan dengan keempat ciri yang berlawanan, yang sudah diketahui semenjak Anaximandros*. Api dikaitkan dengan panas dan udara dengan dingin; sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dengan yang basah. Di sini boleh dicatat lagi bahwa Empedokles telah menemukan bahwa udara merupakan suatu anasir sendiri. Itu belum disadari oleh para filsuf sebelumnya; Anaximenes* umpamanya masih mencampuradukkan udara dengan kabut. Empedokles menyimpulkan bahwa udara merupakan suatu anasir terdiri atas dasar gejala-gejala alam ibarat angin contohnya dan juga atas dasar suatu eksperimen sederhana yang dibuatnya sendiri.
Teori mengenai keempat anasir akan diambil alih oleh Plato*, Aristoteles dan semua filsuf Yunani lain. Dan lantaran kosmologi Aristoteles* diterima umum sepanjang seluruh kala pertengahan, maka teori mengenai keempat anasir merupakan pandangan dunia hingga awal zaman modern. Baru Robert Boyle (1627-1691) akan membantah teori ini secara definitif dan dengan itu ia membuka jalan untuk kimia modern.
Empedokles beropini bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga tanah umpamanya mustahil menjadi air. Tetapi semuanya yang ada terdiri dari keempat anasir itu. Satu benda berbeda dengan benda lain, apabila anasir-anasirnya dicampuradukkan berdasarkan proporsi yang berlainan. Kita mendengar, misalnya, bahwa berdasarkan Empedokles tulang tersusun dari dua penggalan tanah, dua penggalan air, dan empat penggalan api. Perubahan suatu benda diakibatkan lantaran keempat anasir dicampurkan secara lain.
Download di Sini
Sumber.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta
Baca Juga
1. Empedokles. Biografi dan Karya
2. Empedokles. Penyucian-Penyucian
3. Empedokles. Ajaran Mengenai Cinta dan Benci
4. Empedokles. Ajaran Mengenai Pengenalan
Teori mengenai keempat anasir akan diambil alih oleh Plato*, Aristoteles dan semua filsuf Yunani lain. Dan lantaran kosmologi Aristoteles* diterima umum sepanjang seluruh kala pertengahan, maka teori mengenai keempat anasir merupakan pandangan dunia hingga awal zaman modern. Baru Robert Boyle (1627-1691) akan membantah teori ini secara definitif dan dengan itu ia membuka jalan untuk kimia modern.
Empedokles beropini bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga tanah umpamanya mustahil menjadi air. Tetapi semuanya yang ada terdiri dari keempat anasir itu. Satu benda berbeda dengan benda lain, apabila anasir-anasirnya dicampuradukkan berdasarkan proporsi yang berlainan. Kita mendengar, misalnya, bahwa berdasarkan Empedokles tulang tersusun dari dua penggalan tanah, dua penggalan air, dan empat penggalan api. Perubahan suatu benda diakibatkan lantaran keempat anasir dicampurkan secara lain.
Download di Sini
Sumber.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta
Baca Juga
1. Empedokles. Biografi dan Karya
2. Empedokles. Penyucian-Penyucian
3. Empedokles. Ajaran Mengenai Cinta dan Benci
4. Empedokles. Ajaran Mengenai Pengenalan
Belum ada Komentar untuk "Empedokles. Aliran Mengenai Keempat Anasir"
Posting Komentar