Sigmund Freud. Komponen Dinamis

Freud memandang organisme insan sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi, energi berubah dari fisiologis menjadi psikis atau sebaliknya. Freud beropini apabila energi dipakai dalam acara psikologis ibarat berpikir, maka energi itu bersifat psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian ialah Id dan insting-instingnya. Dalam hal ini, insting mencakup seluruh energi yang dipakai oleh ketiga struktur kepribadian (Id, ego, dan superego) untuk menjalankan fungsinya.
Dinamika kepribadian berkaitan bersahabat dengan proses pemuasan insting, pendistribusian energi psikis, serta dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan dikala bertransaksi dengan dunia luar, yaitu kecemasan (anxiety).
a. Insting
Insting merupakan kumpulan hasrat atau harapan (wishes). Tujuan dari insting ialah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan. Freud mengklasifikasikan insting ke dalam dua kelompok. Pertama, insting hidup (life instinct) atau eros. Insting hidup merupakan motif dasar insan yang mendorongnya untuk bertingkah laris secara positif atau konstruktif. Insting ini berfungsi melayani tujuan insan supaya tetap hidup dan menyebarkan rasanya. Energi yang bertanggung jawab bagi insting hidup ialah libido. Dalam hal ini, libido ini bersumber dari erotogenic zones, yakni bagian-bagian badan yang sangat peka terhadap rangsangan ibarat bibir (mulut), dubur, serta organ seks.

Kedua, insting mati (death instinct) atau thanatos. Insting ini merupakan motivasi dasar insan yang mendorongnya bertingkah laris negatif atau destruktif. Freud meyakini bahwa insan dilahirkan dengan membawa dorongan untuk mati (keadaan tak bernyawa atau inanimate state). Tidak sanggup dipungkiri bahwa insan niscaya akan mati. Oleh lantaran itu, hidup itu sendiri tiada lain hanyalah perjalanan ke arah kematian. Freud menganggap insting ini merupakan sisi gelap dari kehidupan manusia.

Menurut Freud, insting mempunyai empat macam karakteristik, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1) Sumber (source), yaitu kondisi rangsangan atau kebutuhan jasmaniah
2) Tujuan (aim), yaitu menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan sehingga mencapai kesenangan sekaligus terhindar dari rasa sakit
3) Objek (object), yaitu hal-hal yang mencakup benda atau keadaan di suatu lingkungan yang sanggup memuaskan kebutuhan, termasuk acara untuk memperoleh objek tersebut
4) Pergerakan (impetus), yaitu kekuatan yang bergantung pada intensitas besar atau kecilnya kebutuhan

Sumber dan tujuan insting bersifat tetap. Adapun pada objek dan penggerak, hal itu sering berubah-berubah. Apabila energi insting dipakai untuk mensubstitusi (menggantikan) objek yang tidak asli, maka tingkah laris yang dihasilkan disebut instinct derivative.

b. Energi Psikis
Dinamika kepribadian merujuk pada cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh Id, ego, maupun superego. Id memakai energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui gerakan refleks dan proses primer (berkhayal atau berfantasi). Mekanisme atau proses pengalihan energi dari Id ke ego atau superego disebut identifikasi.

Ego memakai energi untuk beberapa keperluan. Pertama, memuaskan dorongan atau insting melalui proses sekunder. Kedua, meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologi. Ketiga, mengekang (menangkal) id supaya tidak bertindak spontan atau irasional. Keempat, membuat integrasi di antara ketiga sistem kepribadian dengan tujuan mencapai keharmonisan dalam kepribadian sehingga sanggup melaksanakan transaksi dengan dunia luar secara efektif. Seperti halnya ego, superego memperoleh energi melalui identifikasi.

Dalam proses pendistribusian energi, biasanya terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian sehingga suasana konflik tidak sanggup dielakkan. Selain itu, ada kemungkinan ego menerima tekanan yang begitu kuat, baik dari id maupun superego.

c. Konflik
Freud mengasumsikan tingkah laris insan merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus-menerus. Konflik (peperangan) antara Id, ego, dan superego ialah hal yang rutin. Freud meyakini bahwa konflik-konflik tersebut bersumber dari dorongan-dorongan seks dan sikap agresif.

Konflik sering kali terjadi tanpa disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut sanggup melahirkan kecemasan (anxiety). Dalam hal ini, kecemasan sanggup dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan Id yang tidak sanggup dikontrol sehingga melahirkan suasana mencekam dan mengerikan. Setiap orang berusaha membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering memakai prosedur pertahanan ego.

d. Kecemasan
Perasaan terjepit dan terancam disebut kecemasan. Dalam hal ini, kecemasan dipakai ego sebagai isyarat adanya ancaman yang mengancam. Perasaan ini berfungsi sebagai ego. Ketika ego bertahan sambil tetap mempertimbangkan kelangsungan hidup organisme, ego sesungguhnya sedang berada dalam bahaya.

Freud mengklasifikasikan kecemasan menjadi tiga tipe.
1) Kecemasan realistik
Kecemasan ini merupakan respons terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang tampak kasatmata terdapat pada lingkungan.
2) Kecemasan neurotik
Kecemasan ini ialah respons yang mengancam dorongan Id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang menurut pengalaman masa kanak-kanak berkaitan dengan sanksi maya (khayalan) dari orang renta atau orang lain yang mempunyai otoritas semu untuk memuaskan dorongan insting. Neurotik ialah kata dalam bahasa Latin dari perasaan gugup
3) Kecemasan moral
Tipe kecemasan moral ialah respons superego terhadap dorongan Id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara immoral. Kecemasan ini diwujudkan dalam bentuk perasaan bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang mengalami kecemasan ini merasa takut akan dieksekusi oleh superego atau kata hatinya.

e. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan mengurangi kecemasan. Proses ini dilakukan melalui dua karakteristik khusus. Pertama, tidak disadari. Kedua, menolak, memalsukan, atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini sanggup juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan menyakitkan, ibarat cemas dan bersalah.

Ego berusaha semaksimal mungkin menjaga kestabilan korelasi dengan realitas, Id, dan superego. Namun, begitu kecemasan menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, ego akan bertahan dengan cara memblokir atau menekan seluruh dorongan menjadi wujud yang lebih sanggup diterima atau tidak terlalu mengancam.

Berkaitan dengan jenis-jenis prosedur pertahanan ego, di antaranya.
1) Represi
Represi merupakan proses pemfokusan dorongan-dorongan ke alam tak sadar. Represi merupakan prosedur pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran, atau perasaan (Id) yang menyebabkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh ego. Sebagai pola seseorang cenderung menekan harapan atau hasratnya yang apabila dibiarkan sanggup menyebabkan perasaan bersalah dan konflik sehingga menyebabkan rasa cemas. Contoh lain ialah seseorang menekan keluar ingatan-ingatannya yang menyakitkan.

2) Proyeksi
Proyeksi merupakan pengendalian pikiran, perasaan, dan dorongan diri sendiri kepada orang lain. Proyeksi sanggup pula diartikan sebagai prosedur perubahan kecemasan neurotik dan moral menjadi realistik. Mekanisme ini mencakup kecenderungan untuk melihat hasrat yang tidak sanggup diterima oleh orang lain. Proyeksi memungkinkan seseorang untuk menyatakan dorongan yang mengancamnya dengan cara menyamarkan sebagai bentuk pertahanan diri. Proyeksi bertujuan mengurangi pikiran atau perasaan yang menyebabkan kecemasan. Sebagai contoh, si A sesungguhnya mempunyai hasrat seksual besar. Akan tetapi, menahannya supaya terhindar dari datangnya kecemasan.

3) Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi ialah suatu prosedur pertahanan ego melalui pergantian sikap dan tingkah laris orisinil dengan yang berlawanan. Tujuannya ialah untuk menyembunyikan pikiran dan perasaan yang sanggup menyebabkan kecemasan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau sikap berlebihan atau bersifat kompulsif. Contohnya, si A mencemooh perempuan-perempuan yang berpakaian agak terbuka. Dalam hal ini, ia memosisikan diri sebagai orang saleh. Padahal, ketika sedang sendirian, ia gemar menonton film porno.

4) Pemindahan Objek
Pemindahan objek ialah suatu prosedur pertahanan ego yang mengarahkan energi pada objek lain. Hal ini berlaku apabila objek asal yang sesungguhnya tidak sanggup dijangkau. Mekanisme pertahanan ego bekerja dengan melimpahkan kecemasan seseorang kepada orang lain yang lebih rendah kedudukannya. Pemindahan objek merupakan proses pengalihan perasaan (biasanya marah) dari sasaran orisinil ke objek pengganti. Sebagai contoh, seorang pegawai dimarahi atasannya di kantor. Pada dikala sudah berada di rumah, ia membanting pintu dan marah-marah kepada anaknya.

5) Faksasi
Merupakan prosedur yang memungkinkan seseorang mengalami kemandekan dalam perkembangannya. Hal ini disebabkan perasaan cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. dalam hal ini, faksasi bertujuan menghindarkan diri dari situasi-situasi gres yang dipandang berbahaya atau menyebabkan frustrasi. Sebagai contoh, seseorang takut jalan malam sendirian lantaran takut kepada hantu (makhluk gaib).


6) Regresi
Regresi ialah prosedur yang mendorong seseorang kembali ke masa-masa di mana ia mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau ketakutan, perilakunya sering berkembang menjadi kekanak-kanakan atau primitif. Contohnya, seorang yang gres pensiun akan bahagia berlama-lama duduk di bangku goyang, bersikap ibarat anak-anak, serta menggantungkan hidup kepada istrinya.

7) Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan prosedur pertahanan dengan membuat kepalsuan (alasan-alasan masuk akal) sebagai upaya pembenaran tingkah laris yang tidak sanggup diterima. Dengan metode ini, orang mencari pembenaran bagi perilakunya sehingga sanggup lebih diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. Misalnya, seseorang gagal meraih prestasi yang memuaskan di bidang akademik. Dalam menyikapi hal itu, ia berucap, “Ah, gagal itu biasa”. Padahal, ia sedang membuat kepalsuan supaya tidak stres.

8) Sublimasi
Sublimasi ialah mengubah aneka macam rangsangan yang tidak diterima—bisa berbentuk seks, kemarahan, ketakutan, dan sebagainya—ke dalam bentuk-bentuk yang sanggup dimaklumi secara sosial. Dengan kata lain, sublimasi merupakan penyimpangan libido seksual pada acara yang secara sosial lebih diterima. Sublimasi tergolong prosedur yang sehat lantaran energi sosial berada di bawah kontrol sosial. Contohnya, libido seks yang besar ditumpahkan melalui acara olah raga.

9) Identifikasi
Merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu komplotan (aliansi) kasatmata ataupun maya dengan orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Identifikasi juga termasuk salah satu cara untuk mereduksi ketegangan. Identifikasi dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Contohnya, ketika seseorang gagal, ia merenungkan sosok Thomas Alfa Edison yang mengalami ratusan kali kegagalan sebelum akibatnya berhasil menemukan lampu pijar.

Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
1. Sigmund Freud. Biografi Psikolog
2. Sigmund Freud. Teori Psikoanalisis
3. Sigmund Freud. Komponen Struktural
4. Sigmund Freud. Komponen Sekuensial 
5. Sigmund Freud. Teori Agresi

Belum ada Komentar untuk "Sigmund Freud. Komponen Dinamis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel