Perkembangan Siklus Mencar Ilmu Lawson
Semua siklus berguru ini dikembangkan sebagai penuntun umum dalam praktik mengajar dengan tujuan untuk berbagi konsep-konsep biologi tertentu dan keterampilan bernalar. Kemudian, disarankan untuk berbagi model siklus berguru semula menjadi tiga siklus belajar.
1. Miskonsepsi dan contoh penalaran
Dalam penelitian wacana miskonsepsi, dipakai daypikir kombinasional, daypikir mengendalikan variabel, daypikir probabilistik, dan daypikir korelasional secara “hipotesis-deduktif logis”. Diajukan hipotesis bahwa para siswa yang telah mempunyai pola-pola daypikir ini diperlukan mempunyai lebih sedikit miskonsepsi daripada mereka yang tidak memilikinya. Penelitian oleh Lawson dan Thompson (1986) menemukan bahwa dugaan itu memang benar. Kesimpulan yang diambil ialah: Para siswa yang telah mempunyai contoh daypikir tingkat tinggi mempunyai lebih sedikit miskonsepsi lantaran contoh daypikir itu dibutuhkan untuk mengatasi miskonsepsi sebelumnya.
2. Proses perubahan konseptual
Lawson menyimpulkan bahwa mengajarkan konsep-konsep ilmiah menghendaki bukan hanya memperkenalkan secara mulut pada para siswa istilah-istilah yang mewakili konsep itu, tetapi juga lebih baik para siswa sekali-kali harus menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi sebelumnya. Belajar yang mengajak siswa untuk membuang miskonsepsi dan menggantinya dengan konsepsi ilmiah yang berlaku disebut “pembelajaran perubahan konseptual” dan ternyata keberhasilan bergantung pada pola-pola daypikir para siswa.
Timbul pertanyaan, bagaimana terjadi perubahan atau penghilangan miskonsepsi selama proses belajar? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab lantaran proses itu terjadi dalam kepala siswa dan kerap kali dalam tingkat di bawah kesadaran dan hal itu tidak hanya tersembunyi dari peneliti, tetapi ada juga tersembunyi dari siswa itu sendiri.
Akhirnya disimpulkan bahwa proses penghilangan atau pembuangan miskonsepsi dan penggantiannya dengan alternatif-alternatif yang lebih kompleks dan berlaku ternyata melibatkan proses mental “ekuilibrasi”. Menurut teori psikologi, contoh daypikir tingkat tinggi berkembang selama proses ekuilibrasi ini. Pertanyaan selanjutnya muncul, yaitu bagaimana pola-pola daypikir itu berkembang? Kemungkinan hal itu terjadi melalui proses abstraksi yang menyangkut timbulnya kesadaran dari bentuk atau contoh dari hal yang diabstraksi.
Namun, dalam hal ini apakah itu yang diabstraksi? Jawabannya yakni bentuk-bentuk argumentasi. Bila orang terlibat dalam pertukaran pendapat-pendapat yang berlawanan, sebab-sebab dan kenyataan secara aktif dicari untuk memecahkan pendapat yang berlawanan itu. Tentunya ini merupakan kegiatan argumentasi dan hal ini menyediakan materi mentah untuk abstraksi bentuk-bentuk argumentasi (yaitu contoh penalaran) dari konteks yang mencakup argumen-argumen tertentu itu. Seorang yang terampil dalam argumentasi terampil pula dalam menalar. Oleh lantaran itu, kalau kita ingin menolong siswa untuk menjadi pemikir atau penalar yang lebih baik, anjurkan mereka untuk berargumentasi dan bertindak terhadap ketidaktepatan argumen-argumen mereka (Lawson dan Karl, 1985).
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Pembelajaran Lawson
2. Pembelajaran dan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
1. Miskonsepsi dan contoh penalaran
Dalam penelitian wacana miskonsepsi, dipakai daypikir kombinasional, daypikir mengendalikan variabel, daypikir probabilistik, dan daypikir korelasional secara “hipotesis-deduktif logis”. Diajukan hipotesis bahwa para siswa yang telah mempunyai pola-pola daypikir ini diperlukan mempunyai lebih sedikit miskonsepsi daripada mereka yang tidak memilikinya. Penelitian oleh Lawson dan Thompson (1986) menemukan bahwa dugaan itu memang benar. Kesimpulan yang diambil ialah: Para siswa yang telah mempunyai contoh daypikir tingkat tinggi mempunyai lebih sedikit miskonsepsi lantaran contoh daypikir itu dibutuhkan untuk mengatasi miskonsepsi sebelumnya.
2. Proses perubahan konseptual
Lawson menyimpulkan bahwa mengajarkan konsep-konsep ilmiah menghendaki bukan hanya memperkenalkan secara mulut pada para siswa istilah-istilah yang mewakili konsep itu, tetapi juga lebih baik para siswa sekali-kali harus menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi sebelumnya. Belajar yang mengajak siswa untuk membuang miskonsepsi dan menggantinya dengan konsepsi ilmiah yang berlaku disebut “pembelajaran perubahan konseptual” dan ternyata keberhasilan bergantung pada pola-pola daypikir para siswa.
Timbul pertanyaan, bagaimana terjadi perubahan atau penghilangan miskonsepsi selama proses belajar? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab lantaran proses itu terjadi dalam kepala siswa dan kerap kali dalam tingkat di bawah kesadaran dan hal itu tidak hanya tersembunyi dari peneliti, tetapi ada juga tersembunyi dari siswa itu sendiri.
Akhirnya disimpulkan bahwa proses penghilangan atau pembuangan miskonsepsi dan penggantiannya dengan alternatif-alternatif yang lebih kompleks dan berlaku ternyata melibatkan proses mental “ekuilibrasi”. Menurut teori psikologi, contoh daypikir tingkat tinggi berkembang selama proses ekuilibrasi ini. Pertanyaan selanjutnya muncul, yaitu bagaimana pola-pola daypikir itu berkembang? Kemungkinan hal itu terjadi melalui proses abstraksi yang menyangkut timbulnya kesadaran dari bentuk atau contoh dari hal yang diabstraksi.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Pembelajaran Lawson
2. Pembelajaran dan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Siklus Mencar Ilmu Lawson"
Posting Komentar