Pembelajaran Dan Siklus Berguru Lawson
Hipotesis pokok pembelajaran yakni penggunaan siklus berguru yang sempurna memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkapkan konsepsi sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan menguji konsepsi ini sehingga tidak hanya sanggup menunjukkan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk memakai pola pikiran sehat yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual itu.
Fase-fase siklus belajar
Walaupun ada tiga siklus belajar, tidak semua sama efektifnya untuk menghasilkan disekuilibrium, argumen, dan kemajuan menalar. Ketiganya mengikuti urutan fase, yaitu eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep.
Fase eksplorasi
Selama eksplorasi, siswa berguru melalui tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri dalam suatu situasi baru. Dalam fase ini mereka biasanya memeriksa suatu fenomena gres dengan sedikit bimbingan. Fenomena gres itu mengakibatkan pertanyaan atau kekompleksan yang tidak sanggup mereka pecahkan dengan konsepsi mereka yang ada atau pola pikiran sehat yang biasa mereka gunakan. Dengan lain perkataan, hal ini memberi kesempatan pada mereka untuk menyarankan gagasan yang bertentangan yang sanggup mengakibatkan perdebatan dan analisis alasan-alasan untuk gagasan-gagasan mereka. Eksplorasi juga membawa mereka ke identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki.
Fase pengenalan istilah
Fase kedua, yaitu pengenalan istilah, biasanya dimulai dengan pengenalan suatu istilah atau istilah baru, contohnya “distribusi normal”, yang dipakai untuk menamai pola yang ditemukan selama eksplorasi. Istilah ini sanggup diperkenalkan oleh guru, buku teks, film, atau medium lain. Fase ini selalu mengikuti eksplorasi dan berafiliasi eksklusif pada pola yang ditemukan selama acara eksplorasi. Para siswa hendaknya dianjurkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pola-pola gres sebelum diutarakan ke seluruh kelas (tidak realistis untuk mengharapkan para siswa untuk menemukan semua pola kompleks).
Fase aplikasi konsep
Dalam fase terakhir, yaitu aplikasi konsep, para siswa menerapkan istilah gres dan/atau pola pikiran sehat pada pola lain. Misalnya, setelah pengenalan “distribusi normal” para siswa sanggup menggambarkan distribusi frekuensi tinggi kawan-kawan sekelas atau warna butir-butir jagung dan mempertanyakan mengapa kurva normal tidak selalu terjadi.
Fase aplikasi konsep dibutuhkan oleh beberapa siswa untuk mengenal pola dan memisahkannya dari konteks faktual dan/atau menggeneralisasikannya pada konteks yang lain. Jadi, tanpa sejumlah dan banyak sekali aplikasi, pola itu belum sanggup dikenal atau keadaan umumnya sanggup terbatas pada konteks yang dipakai selama definisinya.
Fase terakhir disebut aplikasi konsep, sedangkan fase kedua disebut pengenalan istilah. Suatu konsep didefinisikan sebagai pola mental (berarti suatu pola dalam pikiran seseorang) yang dinyatakan oleh suatu simbol lisan atau tertulis (berarti suatu istilah). Jadi, konsep merupakan pola istilah. Seseorang sanggup mempunyai pola atau istilah, tetapi ia tidak mempunyai konsep, hingga ia mempunyai keduanya. Guru sanggup memperkenalkan istilah-istilah pada para siswa, tetapi mereka harus mengenal polanya sendiri. Eksplorasi menyediakan kesempatan pada para siswa untuk menemukan pola. Pengenalan menyediakan kesempatan pada para siswa untuk menemukan pola. Pengenalan istilah menunjukkan pada guru untuk memperkenalkan istilah untuk pola dan menunjukkan pada siswa kesempatan pertama untuk mengaitkan pola dengan istilah, jadi memperoleh konsep. Akhirnya, aplikasi konsep menunjukkan pada para siswa berulang kali untuk mengenal pola dan/atau untuk menemukan aplikasi-aplikasi dari konsep gres itu dalam konteks-konteks baru.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Pembelajaran Lawson
2. Perkembangan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
Fase-fase siklus belajar
Walaupun ada tiga siklus belajar, tidak semua sama efektifnya untuk menghasilkan disekuilibrium, argumen, dan kemajuan menalar. Ketiganya mengikuti urutan fase, yaitu eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep.
Fase eksplorasi
Selama eksplorasi, siswa berguru melalui tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri dalam suatu situasi baru. Dalam fase ini mereka biasanya memeriksa suatu fenomena gres dengan sedikit bimbingan. Fenomena gres itu mengakibatkan pertanyaan atau kekompleksan yang tidak sanggup mereka pecahkan dengan konsepsi mereka yang ada atau pola pikiran sehat yang biasa mereka gunakan. Dengan lain perkataan, hal ini memberi kesempatan pada mereka untuk menyarankan gagasan yang bertentangan yang sanggup mengakibatkan perdebatan dan analisis alasan-alasan untuk gagasan-gagasan mereka. Eksplorasi juga membawa mereka ke identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki.
Fase pengenalan istilah
Fase kedua, yaitu pengenalan istilah, biasanya dimulai dengan pengenalan suatu istilah atau istilah baru, contohnya “distribusi normal”, yang dipakai untuk menamai pola yang ditemukan selama eksplorasi. Istilah ini sanggup diperkenalkan oleh guru, buku teks, film, atau medium lain. Fase ini selalu mengikuti eksplorasi dan berafiliasi eksklusif pada pola yang ditemukan selama acara eksplorasi. Para siswa hendaknya dianjurkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pola-pola gres sebelum diutarakan ke seluruh kelas (tidak realistis untuk mengharapkan para siswa untuk menemukan semua pola kompleks).
Fase aplikasi konsep
Dalam fase terakhir, yaitu aplikasi konsep, para siswa menerapkan istilah gres dan/atau pola pikiran sehat pada pola lain. Misalnya, setelah pengenalan “distribusi normal” para siswa sanggup menggambarkan distribusi frekuensi tinggi kawan-kawan sekelas atau warna butir-butir jagung dan mempertanyakan mengapa kurva normal tidak selalu terjadi.
Fase aplikasi konsep dibutuhkan oleh beberapa siswa untuk mengenal pola dan memisahkannya dari konteks faktual dan/atau menggeneralisasikannya pada konteks yang lain. Jadi, tanpa sejumlah dan banyak sekali aplikasi, pola itu belum sanggup dikenal atau keadaan umumnya sanggup terbatas pada konteks yang dipakai selama definisinya.
Fase terakhir disebut aplikasi konsep, sedangkan fase kedua disebut pengenalan istilah. Suatu konsep didefinisikan sebagai pola mental (berarti suatu pola dalam pikiran seseorang) yang dinyatakan oleh suatu simbol lisan atau tertulis (berarti suatu istilah). Jadi, konsep merupakan pola istilah. Seseorang sanggup mempunyai pola atau istilah, tetapi ia tidak mempunyai konsep, hingga ia mempunyai keduanya. Guru sanggup memperkenalkan istilah-istilah pada para siswa, tetapi mereka harus mengenal polanya sendiri. Eksplorasi menyediakan kesempatan pada para siswa untuk menemukan pola. Pengenalan menyediakan kesempatan pada para siswa untuk menemukan pola. Pengenalan istilah menunjukkan pada guru untuk memperkenalkan istilah untuk pola dan menunjukkan pada siswa kesempatan pertama untuk mengaitkan pola dengan istilah, jadi memperoleh konsep. Akhirnya, aplikasi konsep menunjukkan pada para siswa berulang kali untuk mengenal pola dan/atau untuk menemukan aplikasi-aplikasi dari konsep gres itu dalam konteks-konteks baru.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Pembelajaran Lawson
2. Perkembangan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
Belum ada Komentar untuk "Pembelajaran Dan Siklus Berguru Lawson"
Posting Komentar