Mazhab Psikologi. Behaviorisme
Behaviorisme ialah posisi filosofis yang menyampaikan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang sanggup diteliti, yaitu lingkungan dan perilaku, daripada fokus pada apa yang tersedia dalam individu, menyerupai persepsi, pikiran, banyak sekali citra, dan perasaan sehingga tidak akan pernah sanggup menjadi ilmu pengetahuan yang objektif (Boeree, 2005: 385). Psikologi behaviorisme mengalami kejayaan pada masa John Broadus Watson* (1878-1958), yang mendeklarasikan sebagai pendekatan gres dalam psikologi pada tahun 1913.
Perintisannya jauh telah dilakukan oleh Ivan M. Sekhenov (1829-1905), Vladimir M. Bekhterev (1857-1927), dan Ivan Petrovich Pavlov* (1849-1936) melalui pengkondisian atau klasikal yang membentuk gerak refleks melalui percobaan seekor anjing, dimulai dengan stimulus yang belum menjadi kebiasaan (unconditioned stimulus) dan respons yang belum menjadi kebiasaan (unconditioned response). Selanjutnya, Edward Thorndike* (1874-1949) dengan percobaan kuncing-kucingnya dengan kotak-kotak puzzle-nya dalam beberapa sikap yang berurutan.
John Broadus Watson*, sebagai pendiri mazhab behaviorisme yang secara resminya diakui pada tahun 1950-an, melaksanakan eksperimen yang kontroversial melalui seorang bayi berjulukan “Albert” berusia 9 bulan yang dibiasakan takut dengan tikus putih disertai dengan bunyi keras yang berasal dari batang baja yang dipukul palu. Rasa ketakutan Albert ternyata merambat ke segala bentuk dan warna serupa dengan tikus putih, menyerupai kelinci, mantel dari bulu binatang, dan topeng Santa Clause, bahkan kapas. Watson mempublikasikan bukunya Behaviorism yang didesain untuk pembaca awam tahun 1925. Buku tersebut kemudian mengalami revisi tahun 1930. Di situ Watson menolak eksistensi insting manusia, kapasitas atau bakat warisan, dan juga terhadap tempramen. Menurut Watson*, psikologi intinya merupakan stimuli dan respons. Kita mulai dengan refleks dan dengan penggunaan pembiasaan, harus mempelajari respons. Proses otak tidak begitu penting (dia menyebut otak sebagai “kotak misteri”). Emosi intinya merupakan respons terhadap stimuli. Pikiran ialah pembicaraan yang tidak terungkapkan, kesadaran itu tidak ada apa-apanya. Behaviorisme radikal direfleksikan dalam ungkapan yang terkenal: “Berikan saya selusin bayi sehat dan dalam keadaan baik dengan lingkungan yang saya tentukan sendiri untuk mengasuhnya. Saya jamin, jikalau saya mengambil seorang secara acak maka saya akan melatihnya menjadi andal apa pun yang saya mau pilih: dokter, artis, pengacara, pedagang, bahkan pengemis dan pencuri, tanpa memandang talenta, kegemaran, kecenderungan, kemampuan, khususnya suku bangsa leluhurnya” (Watson, 1930: 65).
Tokoh behaviorisme lainnya ialah Clark L. Hull (1884-1952), Edward Chase Tolman (1886-1959), dan Burrhus Frederic Skinner* (1904-1990). Clark Leonard Hull yang lahir bersahabat Akron New York, sehabis menuntaskan Ph.D pada tahun 1936 ia mempublikasikan karya agungnya Principles of Behavior dan A Behavior System. Teori Hull dikarakterisasikan dengan operasionalisasi sangat ketat terhadap banyak sekali variabel dan sebuah presentasi matematis yang terkenal, yang eksperimennya melalui tikus. Esensi teori Hull sanggup diringkas bahwa respons merupakan sebuah fungsi dari kekuatan kebiasaan dikali dengan kekuatan gerakan. Itulah alasannya mengapa teori Hull sering disebut sebagai Teori Gerakan atau drive theory (Boeree, 2005: 401). Di samping itu, Hull pun seorang behavioris yang paling besar lengan berkuasa di masa 1940-an dan 1950-an. Muridnya ialah Kenneth W. Spence, yang mempertahankan popularitasnya hingga tahun 1960-an.
E.C Tolman ialah seorang behavioris-kognitif yang lahir di Newton Massachuset, memperoleh gelar Ph.D tahun 1915 di Jerman dikala berguru bersama Kurt Koffka. Ia menilai bahwa Watson terlalu jauh.
1. Behaviorisme Watson merupakan kajian wacana “kejang” stimulus-respons merupakan suatu tingkat terlalu molekular (molecular level). Kita seharusnya mempelajari secara keseluruhan, yakni sikap yang lebih bermakna, yaitu tingkatan molar (molar level).
2. Watson melihat secara sederhana alasannya ialah dan akhir dalam binatang-binatangnya. Tolman melihat sikap yang lebih berkhasiat (purposefull), sikap yang lebih berarahkan tujuan.
3. Watson melihat binatang-binatangnya sebagai prosedur bisu. Sedangkan Tolman melihatnya sebagai pembentukan dan pengujian banyak sekali hipotesis yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.
4. Watson tidak menggunakannya untuk proses internal, proses yang mentalistik. Sedangkan Tolman mendemonstrasikan bahwa tikus-tikusnya bisa melaksanakan proses-proses kognitif yang bermacam-macam (Boeree, 2005: 403-404).
Berbeda dengan B.F. Skinner* yang dilahirkan di kota kecil Pennsylvania, yakni Susquehanna, memperoleh gelar doktor pada tahun 1931. Eksperimennya yang populer melalui burung merpati dan tikus yang dimasukkan dalam kurungan (sering disebut “kotak Skinner”) yang dilengkapi palang kecil di salah satu dindingnya. Jika palang ini disentuh, secara otomatis ada biji makanan yang melontar ke dalam kotak. Profesor psikologi Universitas Harvard ini menyatakan bahwa satu-satunya cara mensejahterakan umat insan ialah membiasakan semua orang untuk bersikap cinta hening dan bersedia bekerja sama. Dengan hadiah yang diberikan secara sistematis, Skinner* membiasakan hewan percobaannya, kebanyakan merpati dan tikus untuk melaksanakan banyak sekali hal, contohnya sepasang merpati berguru bermain semacam pingpong dengan paruhnya. Di sini Skinner membuat istilah “pembiasaan yang bekerja”. Dalam kotak tersebut, baik merpati maupun tikus sanggup bergerak leluasa, dalam mematuk pengungkit atau tombol tekan itu. Makanan hanya akan muncul jikalau tombol palang kecil tersentuh, dan ternyata hal itu sanggup dilakukan oleh tikus maupun merpati. Skinner melangkah lebih maju dengan mengajarkan referensi sikap lain, yaitu dengan menghubungkan balasan yang satu dengan balasan berikutnya hingga si burung sanggup melaksanakan permainan rumit menyerupai pingpong tersebut (Maness, 1987:43).
Kontribusi eksperimen Skinner* yang berharga, antara lain wacana penyesuaian sanggup maju setapak demi setapak. Binatang pun sanggup diajari berperilaku yang sangat rumit asalkan hadiah diberikan sebelum hasil yang sepenuhnya tercapai. Perilaku yang diinginkan dibagi-bagi menjadi banyak tahap, dan setiap tahap menuju keberhasilan menerima hadiah. Lambat laun, sementara setiap tahap dirangsang dan diberi hadiah, tahap-tahap yang bangun sendiri menyatu menjadi sikap yang dikehendaki. Untuk mendidik merpati mendorong bola masuk ke lubang di sudut kiri depan kotaknya, contohnya mula-mula hadiah sanggup diberikan setiap kali si merpati mendorong bola maju. Akan tetapi, hadiah tidak diberikan jikalau bola berguling ke belakang. Setiap kali merpati itu berhasil menggerakkan bola ke depan secara tetap, hadiah hanya diberikan bila bola bergerak ke depan dengan arah ke kiri. Akhirnya, hadiah tetap tidak diberikan sebelum bola yang didorong merpati jatuh ke dalam lubang (Maness, 1987: 43).
Skinner* memang cerdik, eksperimennya yang menonjol dalam “perilaku penyesuaian bekerja” pernah dilakukan secara serius dan menerima pertolongan dari pemerintah dalam Perang Dunia II, ia melatih merpati menjadi semacam pilot kamikaze dalam peluru kendali sederhana. Peluru kendali itu berupa bom besar dengan prosedur kemudi primitif yang dikemudikan oleh seekor merpati di kerucut hidungnya. Ia melatih merpati untuk mematuk titik sentra sebuah gambar kapal musuh yang muncul di layar. Sebuah elektroda pada paruh burung menghidupkan pedoman elektronik yang sanggup dipakai untuk membenarkan arah peluru kendali, dan patukan merpati tetap mengarahkan peluru kendali ke semua sasaran. Kendali mungkin aneh, gagasan itu ternyata berjalan, setidak-tidaknya di laboratorium.
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Mazhab Psikologi. Psikologi Kognitif
2. Mazhab Psikologi. Psikologi Eksperimental dan Klasik
3. Mazhab Psikologi. Psikologi Psikoanalisis
4. Mazhab Psikologi. Psikologi Gestalt
5. Mazhab Psikologi. Humanistik-Eksistensialisme-Fenomenologis
John Broadus Watson*, sebagai pendiri mazhab behaviorisme yang secara resminya diakui pada tahun 1950-an, melaksanakan eksperimen yang kontroversial melalui seorang bayi berjulukan “Albert” berusia 9 bulan yang dibiasakan takut dengan tikus putih disertai dengan bunyi keras yang berasal dari batang baja yang dipukul palu. Rasa ketakutan Albert ternyata merambat ke segala bentuk dan warna serupa dengan tikus putih, menyerupai kelinci, mantel dari bulu binatang, dan topeng Santa Clause, bahkan kapas. Watson mempublikasikan bukunya Behaviorism yang didesain untuk pembaca awam tahun 1925. Buku tersebut kemudian mengalami revisi tahun 1930. Di situ Watson menolak eksistensi insting manusia, kapasitas atau bakat warisan, dan juga terhadap tempramen. Menurut Watson*, psikologi intinya merupakan stimuli dan respons. Kita mulai dengan refleks dan dengan penggunaan pembiasaan, harus mempelajari respons. Proses otak tidak begitu penting (dia menyebut otak sebagai “kotak misteri”). Emosi intinya merupakan respons terhadap stimuli. Pikiran ialah pembicaraan yang tidak terungkapkan, kesadaran itu tidak ada apa-apanya. Behaviorisme radikal direfleksikan dalam ungkapan yang terkenal: “Berikan saya selusin bayi sehat dan dalam keadaan baik dengan lingkungan yang saya tentukan sendiri untuk mengasuhnya. Saya jamin, jikalau saya mengambil seorang secara acak maka saya akan melatihnya menjadi andal apa pun yang saya mau pilih: dokter, artis, pengacara, pedagang, bahkan pengemis dan pencuri, tanpa memandang talenta, kegemaran, kecenderungan, kemampuan, khususnya suku bangsa leluhurnya” (Watson, 1930: 65).
Tokoh behaviorisme lainnya ialah Clark L. Hull (1884-1952), Edward Chase Tolman (1886-1959), dan Burrhus Frederic Skinner* (1904-1990). Clark Leonard Hull yang lahir bersahabat Akron New York, sehabis menuntaskan Ph.D pada tahun 1936 ia mempublikasikan karya agungnya Principles of Behavior dan A Behavior System. Teori Hull dikarakterisasikan dengan operasionalisasi sangat ketat terhadap banyak sekali variabel dan sebuah presentasi matematis yang terkenal, yang eksperimennya melalui tikus. Esensi teori Hull sanggup diringkas bahwa respons merupakan sebuah fungsi dari kekuatan kebiasaan dikali dengan kekuatan gerakan. Itulah alasannya mengapa teori Hull sering disebut sebagai Teori Gerakan atau drive theory (Boeree, 2005: 401). Di samping itu, Hull pun seorang behavioris yang paling besar lengan berkuasa di masa 1940-an dan 1950-an. Muridnya ialah Kenneth W. Spence, yang mempertahankan popularitasnya hingga tahun 1960-an.
E.C Tolman ialah seorang behavioris-kognitif yang lahir di Newton Massachuset, memperoleh gelar Ph.D tahun 1915 di Jerman dikala berguru bersama Kurt Koffka. Ia menilai bahwa Watson terlalu jauh.
1. Behaviorisme Watson merupakan kajian wacana “kejang” stimulus-respons merupakan suatu tingkat terlalu molekular (molecular level). Kita seharusnya mempelajari secara keseluruhan, yakni sikap yang lebih bermakna, yaitu tingkatan molar (molar level).
2. Watson melihat secara sederhana alasannya ialah dan akhir dalam binatang-binatangnya. Tolman melihat sikap yang lebih berkhasiat (purposefull), sikap yang lebih berarahkan tujuan.
3. Watson melihat binatang-binatangnya sebagai prosedur bisu. Sedangkan Tolman melihatnya sebagai pembentukan dan pengujian banyak sekali hipotesis yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.
4. Watson tidak menggunakannya untuk proses internal, proses yang mentalistik. Sedangkan Tolman mendemonstrasikan bahwa tikus-tikusnya bisa melaksanakan proses-proses kognitif yang bermacam-macam (Boeree, 2005: 403-404).
Berbeda dengan B.F. Skinner* yang dilahirkan di kota kecil Pennsylvania, yakni Susquehanna, memperoleh gelar doktor pada tahun 1931. Eksperimennya yang populer melalui burung merpati dan tikus yang dimasukkan dalam kurungan (sering disebut “kotak Skinner”) yang dilengkapi palang kecil di salah satu dindingnya. Jika palang ini disentuh, secara otomatis ada biji makanan yang melontar ke dalam kotak. Profesor psikologi Universitas Harvard ini menyatakan bahwa satu-satunya cara mensejahterakan umat insan ialah membiasakan semua orang untuk bersikap cinta hening dan bersedia bekerja sama. Dengan hadiah yang diberikan secara sistematis, Skinner* membiasakan hewan percobaannya, kebanyakan merpati dan tikus untuk melaksanakan banyak sekali hal, contohnya sepasang merpati berguru bermain semacam pingpong dengan paruhnya. Di sini Skinner membuat istilah “pembiasaan yang bekerja”. Dalam kotak tersebut, baik merpati maupun tikus sanggup bergerak leluasa, dalam mematuk pengungkit atau tombol tekan itu. Makanan hanya akan muncul jikalau tombol palang kecil tersentuh, dan ternyata hal itu sanggup dilakukan oleh tikus maupun merpati. Skinner melangkah lebih maju dengan mengajarkan referensi sikap lain, yaitu dengan menghubungkan balasan yang satu dengan balasan berikutnya hingga si burung sanggup melaksanakan permainan rumit menyerupai pingpong tersebut (Maness, 1987:43).
Kontribusi eksperimen Skinner* yang berharga, antara lain wacana penyesuaian sanggup maju setapak demi setapak. Binatang pun sanggup diajari berperilaku yang sangat rumit asalkan hadiah diberikan sebelum hasil yang sepenuhnya tercapai. Perilaku yang diinginkan dibagi-bagi menjadi banyak tahap, dan setiap tahap menuju keberhasilan menerima hadiah. Lambat laun, sementara setiap tahap dirangsang dan diberi hadiah, tahap-tahap yang bangun sendiri menyatu menjadi sikap yang dikehendaki. Untuk mendidik merpati mendorong bola masuk ke lubang di sudut kiri depan kotaknya, contohnya mula-mula hadiah sanggup diberikan setiap kali si merpati mendorong bola maju. Akan tetapi, hadiah tidak diberikan jikalau bola berguling ke belakang. Setiap kali merpati itu berhasil menggerakkan bola ke depan secara tetap, hadiah hanya diberikan bila bola bergerak ke depan dengan arah ke kiri. Akhirnya, hadiah tetap tidak diberikan sebelum bola yang didorong merpati jatuh ke dalam lubang (Maness, 1987: 43).
Skinner* memang cerdik, eksperimennya yang menonjol dalam “perilaku penyesuaian bekerja” pernah dilakukan secara serius dan menerima pertolongan dari pemerintah dalam Perang Dunia II, ia melatih merpati menjadi semacam pilot kamikaze dalam peluru kendali sederhana. Peluru kendali itu berupa bom besar dengan prosedur kemudi primitif yang dikemudikan oleh seekor merpati di kerucut hidungnya. Ia melatih merpati untuk mematuk titik sentra sebuah gambar kapal musuh yang muncul di layar. Sebuah elektroda pada paruh burung menghidupkan pedoman elektronik yang sanggup dipakai untuk membenarkan arah peluru kendali, dan patukan merpati tetap mengarahkan peluru kendali ke semua sasaran. Kendali mungkin aneh, gagasan itu ternyata berjalan, setidak-tidaknya di laboratorium.
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Mazhab Psikologi. Psikologi Kognitif
2. Mazhab Psikologi. Psikologi Eksperimental dan Klasik
3. Mazhab Psikologi. Psikologi Psikoanalisis
4. Mazhab Psikologi. Psikologi Gestalt
5. Mazhab Psikologi. Humanistik-Eksistensialisme-Fenomenologis
Belum ada Komentar untuk "Mazhab Psikologi. Behaviorisme"
Posting Komentar