Max Wertheimer. Prinsip Dasar
Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field mempunyai organisasi yang cenderung dipersepsikan oleh insan sebagai bentuk (figure) dan latar belakang (ground) realitas. Kemampuan persepsi merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini memengaruhi makna yang dibuat oleh pikiran terhadap realitas.
Adapun prinsip-prinsip pengorganisasian yang sekaligus menjadi konsep dasar psikologi Gestalt dijelaskan sebagai berikut.
a. Prinsip kedekatan (principle of proximity)
Unsur-unsur yang saling berdekatan—baik waktu maupun ruang—dalam bidang persepsi akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya, seseorang masuk ruangan kelas di mana meja-mejanya diatur menjadi tiga baris. Ia akan menemukan banyak meja, tetapi lebih gampang melihatnya dengan pengelompokan tersebut.
b. Prinsip kesamaan (principle of similarity)
Individu akan cenderung mempresepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu sanggup bekerjasama dengan bentuk, warna, ukuran, serta kecerahan. Sebagai contoh, seseorang biasanya akan cenderung melihat lampu kota daripada pohon-pohon di pinggir jalan ketika menaiki bus. Sebab, ia melihat adanya kemiripan atau kesamaan bentuk lampu dan ukuran jarak antara lampu satu dengan yang lainnya.
c. Prinsip sasaran penetapan (principle of objective set)
Prinsip ini didasarkan pada hukum mental yang sudah terbentuk sebelumnya. Contohnya, seseorang melihat awan di langit yang berbentuk seolah-olah wajah Petruk. Ia akan mengasosiasikan bentuk awan tersebut dengan wajah Petruk yang pernah dilihatnya.
d. Prinsip kontinuitas (principle of continuity)
Kerja otak insan secara alamiah ialah melaksanakan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi, meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap. Misalnya, seseorang sedang membaca buku yang hurufnya terpotong-potong sebab cetakan yang kurang jelas. Ia akan sanggup membaca goresan pena tersebut dengan memperkirakan abjad apa saja yang tercetak selanjutnya.
e. Prinsip ketertutupan (principle of closure)
Manusia akan cenderung melihat suatu objek dengan bentuk yang tepat dan sederhana biar gampang diingat. Contohnya, seseorang yang gres mempelajari teori materialisme, dialektika, dan logika. Agar lebih gampang diingat, ia menyingkatnya menjadi Madilog (materialisme-dialektika-logika).
f. Prinsip dan bentuk latar (principle of figure and ground)
Manusia menganggap bahwa setiap bidang persepsi sanggup dibagi dua yaitu, figure (bentuk) serta ground (latar). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia—entah sengaja ataupun tidak—memilih dari serangkaian stimulus yang dianggapnya sebagai figure dan ground. Bilamana figure dan ground ternyata sama maka akan terjadi kekaburan penafsiran. Contohnya, kalau seseorang melihat kipas putih besar berlatar hitam maka yang menjadi figure ialah kipas tersebut sedangkan ground ialah latarnya berwarna hitam.
g. Prinsip isomorfisme (principle of isomorphism)
Prinsip ini menekankan adanya kekerabatan antara kegiatan otak dengan kesadaran. Prinsip ini juga bisa menawarkan adanya kekerabatan struktural antara daerah-daerah otak yang teraktivasi dengan isi alam sadarnya. Sebagai contoh, kalau seseorang sadar bahwa dirinya sedang bersalah maka daerah-daerah otaknya berisi kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Max Wertheimer. Biografi Psikolog
2. Max Wertheimer. Psikologi Gestalt
3. Max Wertheimer. Phi Phenomena
4. Max Wertheimer. Hukum Dasar
5. Max Wertheimer. Teori Belajar
6. Max Wertheimer. Berpikir Produktif
a. Prinsip kedekatan (principle of proximity)
Unsur-unsur yang saling berdekatan—baik waktu maupun ruang—dalam bidang persepsi akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya, seseorang masuk ruangan kelas di mana meja-mejanya diatur menjadi tiga baris. Ia akan menemukan banyak meja, tetapi lebih gampang melihatnya dengan pengelompokan tersebut.
b. Prinsip kesamaan (principle of similarity)
Individu akan cenderung mempresepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu sanggup bekerjasama dengan bentuk, warna, ukuran, serta kecerahan. Sebagai contoh, seseorang biasanya akan cenderung melihat lampu kota daripada pohon-pohon di pinggir jalan ketika menaiki bus. Sebab, ia melihat adanya kemiripan atau kesamaan bentuk lampu dan ukuran jarak antara lampu satu dengan yang lainnya.
c. Prinsip sasaran penetapan (principle of objective set)
Prinsip ini didasarkan pada hukum mental yang sudah terbentuk sebelumnya. Contohnya, seseorang melihat awan di langit yang berbentuk seolah-olah wajah Petruk. Ia akan mengasosiasikan bentuk awan tersebut dengan wajah Petruk yang pernah dilihatnya.
d. Prinsip kontinuitas (principle of continuity)
Kerja otak insan secara alamiah ialah melaksanakan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi, meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap. Misalnya, seseorang sedang membaca buku yang hurufnya terpotong-potong sebab cetakan yang kurang jelas. Ia akan sanggup membaca goresan pena tersebut dengan memperkirakan abjad apa saja yang tercetak selanjutnya.
e. Prinsip ketertutupan (principle of closure)
Manusia akan cenderung melihat suatu objek dengan bentuk yang tepat dan sederhana biar gampang diingat. Contohnya, seseorang yang gres mempelajari teori materialisme, dialektika, dan logika. Agar lebih gampang diingat, ia menyingkatnya menjadi Madilog (materialisme-dialektika-logika).
f. Prinsip dan bentuk latar (principle of figure and ground)
Manusia menganggap bahwa setiap bidang persepsi sanggup dibagi dua yaitu, figure (bentuk) serta ground (latar). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia—entah sengaja ataupun tidak—memilih dari serangkaian stimulus yang dianggapnya sebagai figure dan ground. Bilamana figure dan ground ternyata sama maka akan terjadi kekaburan penafsiran. Contohnya, kalau seseorang melihat kipas putih besar berlatar hitam maka yang menjadi figure ialah kipas tersebut sedangkan ground ialah latarnya berwarna hitam.
g. Prinsip isomorfisme (principle of isomorphism)
Prinsip ini menekankan adanya kekerabatan antara kegiatan otak dengan kesadaran. Prinsip ini juga bisa menawarkan adanya kekerabatan struktural antara daerah-daerah otak yang teraktivasi dengan isi alam sadarnya. Sebagai contoh, kalau seseorang sadar bahwa dirinya sedang bersalah maka daerah-daerah otaknya berisi kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Max Wertheimer. Biografi Psikolog
2. Max Wertheimer. Psikologi Gestalt
3. Max Wertheimer. Phi Phenomena
4. Max Wertheimer. Hukum Dasar
5. Max Wertheimer. Teori Belajar
6. Max Wertheimer. Berpikir Produktif
Belum ada Komentar untuk "Max Wertheimer. Prinsip Dasar"
Posting Komentar