John Watson. Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme yang dicetuskan oleh Watson, tujuan utama psikologi ialah menciptakan prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, bukan kesadaran. Menurut teori ini, hal-hal yang sanggup dikaji oleh psikologi ialah benda-benda atau sesuatu yang sanggup diamati secara langsung, ibarat rangsangan (stimulus) serta gerak balas (respons). Adapun hal-hal yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian psikologi.
Atas dasar itulah Watson menganggap tidak ada perbedaan proses pembelajaran antara insan dan hewan. Jadi, teori behaviorisme hanya menganalisis sikap yang tampak pada diri seseorang, yakni sanggup diukur, dilukiskan, serta diramalkan.
Behaviorisme memandang bahwa insan saat dilahirkan intinya tidak membawa talenta apa pun. Manusia akan berkembang menurut stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini, lingkungan yang jelek akan menghasilkan insan berkualitas rendah. Sedangkan, lingkungan yang baik akan menghasilkan insan unggul. Aliran ini dianggap sebagai mazhab kedua sebab menganggap insan dilahirkan sebagai tabula rasa (kertas kosong). Hal ini berbeda dengan mazhab pertama berupa psikologi sakit—seperti psikoanalisis Freud*—dan mazhab ketiga ialah (psikologi sehat) ibarat teori humanistik Maslow*.
Kaum behavioris memusatkan perhatian pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif. Kau behavioris mengabaikan semua peristilahan yang bersifat subjektif di dalam kamus mereka, ibarat sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan berpikir dan emosi yang diliputi subjektivitas. Hal ini tidak mengherankan sebab subjektivitas tidak termasuk “benda” yang dikaji oleh behaviorisme. Artinya, psikologi ini telah menyebabkan sikap insan sebagai fokus kajian di mana sebelumnya masih kabur.
Salah satu unsur ilmu ialah bersifat deterministik. Dalam hal ini, behaviorisme Watson memenuhi persyaratan tersebut. Jika gerak balas (respons) telah diamati dan diketahui maka rangsangan (stimulus) sanggup diprediksi. Begitu pula kalau rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas sanggup diperkirakan. Dengan demikian, sikap insan sanggup diperkirakan dan dikendalikan.
Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Menurutnya, sikap insan dibuat dari hasil berguru sehingga unsur lingkungan memegang peranan sangat penting. Hal ini tidak gila mengingat insan ialah produk lingkungan. Tidak sanggup dipungkiri bahwa kepribadian insan dibuat oleh lingkungan. Behaviorisme bukan bermaksud mempermasalahkan norma-norma manusia, contohnya apakah seseorang tergolong baik, emosional, rasional atau sebaliknya. Behaviorisme hanya membicarakan sikap insan sebagai akhir berinteraksi dengan lingkungan. Pola interaksi tersebut harus diamati dari luar. Dengan demikian, pandangan Watson bersifat deterministik, yakni sikap insan ditentukan oleh faktor eksternal, bukan menurut kebebasan kehendak (free will).
Karena lingkungan memilih perilaku, maka psikologi bagi Watson harus menjadi ilmu yang mempelajari stimulus dan respons. Stimulus ialah semua objek pada lingkungan yang tiba dari luar, termasuk perubahan jaringan di dalam tubuh. Adapun respons ialah segala sesuatu yang dilakukan sebagai balasan terhadap stimulus. Respons muncul dari dalam, mulai dari tingkat sederhana hingga tinggi. Sebagai contoh, pengeluaran kelenjar juga termasuk respons. Respons ada yang overt (jelas), covert (tersembunyi), learned (bisa dipelajari), serta unlearned (tidak sanggup dipelajari).
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. John Watson. Biografi Psikolog
2. John Watson. Eksperimen "Little Albert"
3. John Watson. Ikatan Stimulus-Respons (S-R Bond)
4. John Watson. Prinsip Pembelajaran
5. John Watson. Prinsip Behaviorisme
Behaviorisme memandang bahwa insan saat dilahirkan intinya tidak membawa talenta apa pun. Manusia akan berkembang menurut stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini, lingkungan yang jelek akan menghasilkan insan berkualitas rendah. Sedangkan, lingkungan yang baik akan menghasilkan insan unggul. Aliran ini dianggap sebagai mazhab kedua sebab menganggap insan dilahirkan sebagai tabula rasa (kertas kosong). Hal ini berbeda dengan mazhab pertama berupa psikologi sakit—seperti psikoanalisis Freud*—dan mazhab ketiga ialah (psikologi sehat) ibarat teori humanistik Maslow*.
Kaum behavioris memusatkan perhatian pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif. Kau behavioris mengabaikan semua peristilahan yang bersifat subjektif di dalam kamus mereka, ibarat sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan berpikir dan emosi yang diliputi subjektivitas. Hal ini tidak mengherankan sebab subjektivitas tidak termasuk “benda” yang dikaji oleh behaviorisme. Artinya, psikologi ini telah menyebabkan sikap insan sebagai fokus kajian di mana sebelumnya masih kabur.
Salah satu unsur ilmu ialah bersifat deterministik. Dalam hal ini, behaviorisme Watson memenuhi persyaratan tersebut. Jika gerak balas (respons) telah diamati dan diketahui maka rangsangan (stimulus) sanggup diprediksi. Begitu pula kalau rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas sanggup diperkirakan. Dengan demikian, sikap insan sanggup diperkirakan dan dikendalikan.
Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Menurutnya, sikap insan dibuat dari hasil berguru sehingga unsur lingkungan memegang peranan sangat penting. Hal ini tidak gila mengingat insan ialah produk lingkungan. Tidak sanggup dipungkiri bahwa kepribadian insan dibuat oleh lingkungan. Behaviorisme bukan bermaksud mempermasalahkan norma-norma manusia, contohnya apakah seseorang tergolong baik, emosional, rasional atau sebaliknya. Behaviorisme hanya membicarakan sikap insan sebagai akhir berinteraksi dengan lingkungan. Pola interaksi tersebut harus diamati dari luar. Dengan demikian, pandangan Watson bersifat deterministik, yakni sikap insan ditentukan oleh faktor eksternal, bukan menurut kebebasan kehendak (free will).
Karena lingkungan memilih perilaku, maka psikologi bagi Watson harus menjadi ilmu yang mempelajari stimulus dan respons. Stimulus ialah semua objek pada lingkungan yang tiba dari luar, termasuk perubahan jaringan di dalam tubuh. Adapun respons ialah segala sesuatu yang dilakukan sebagai balasan terhadap stimulus. Respons muncul dari dalam, mulai dari tingkat sederhana hingga tinggi. Sebagai contoh, pengeluaran kelenjar juga termasuk respons. Respons ada yang overt (jelas), covert (tersembunyi), learned (bisa dipelajari), serta unlearned (tidak sanggup dipelajari).
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. John Watson. Biografi Psikolog
2. John Watson. Eksperimen "Little Albert"
3. John Watson. Ikatan Stimulus-Respons (S-R Bond)
4. John Watson. Prinsip Pembelajaran
5. John Watson. Prinsip Behaviorisme
Belum ada Komentar untuk "John Watson. Teori Behaviorisme"
Posting Komentar