Immanuel Kant

Immanuel Kant ialah filsuf modern yang paling berpengaruh. Pemikirannya yang analitis dan tajam memasang patok-patok yang mau tak mau menjadi pola bagi segenap fatwa filosofis kemudian, terutama dalam epistemologi, metafisika, dan etika.

Hidup Kant biasa-biasa saja. Ia lahir pada 1724 di kota Konigsberg di Prussia Timur (yang setelah PD II dimasukkan ke Uni Soviet dan diganti namanya menjadi Kaliningrad). Ayahnya seorang tukang pembuat pelana. Berkat tunjangan saudara-saudaranya ia sanggup menuntaskan studinya di Universitas Konigsberg.

Untuk sanggup menafkahi hidup, ia menjadi guru langsung pada beberapa keluarga. Sementara itu ia menulis wacana banyak sekali dilema dalam bidang ilmu pengetahuan. Sejak 1755 ia boleh mengajar di Universitas Konigsberg, tetapi gres pada tahun 1770 ia jadinya menjadi profesor dan mendapatkan honor tetap. Ia tidak pernah akan meninggalkan kota Konigsberg hingga ia meninggal dunia pada tahun 1804.

Karya Kant sanggup dibagi dalam dua bagian, serpihan prakritis dan serpihan kritis. Dalam masa prakritis, 1746-1770, Kant menulis wacana banyak sekali dilema dari bidang ilmu alam, ilmu pasti, dan filsafat. Kemudian, selama 11 tahun tak ada goresan pena Kant apa pun. Itulah ketika fatwa Kant berubah.

Kant sendiri menulis bahwa empirisme filsuf Skotlandia David Hume* membangunkannya dari “tidur dogmatisnya”. Hume telah mendestruksikan anggapan filsafat sebelumnya bahwa paham-paham umum menyerupai “substansi” atau “sebab” sanggup ditemukan dalam realitas empiris. Yang niscaya berdasarkan Hume* hanyalah yang empiris, dan itu berarti pengetahuan kita tidak lebih dari sederetan kesan-kesan indriawi saja. Kant mengambil alih dan sekaligus mengatasi titik tolak Hume itu. Menurutnya Hume betul dalam kritik terhadap filsafat sebelumnya, tetapi tidak betul dalam penjelasannya wacana pengetahuan manusia.

Karena itu, Kant akan membongkar seluruh filsafat sebelumnya dan membangunkannya secara gres sama sekali. Filsafatnya menjadi ‘kritisisme’ yang dilawankan terhadap seluruh filsafat sebelumnya yang ditolaknya sebagai ‘dogmatisme’. Artinya, filsafat sebelumnya dianggap Kant dogmatis lantaran begitu saja kemampuan rasio insan dipercayai, padahal batas-batas kemampuan rasio harus diteliti dulu. Sikap kritis Kant terungkap dalam buku-buku utamanya.

Karya kritis pertama Kant ialah Kritik der reinen Vernunft, “Kritik terhadap Akal Budi Murni” (yang berdasarkan Schopenhauer* merupakan “buku terpenting yang pernah ditulis di Eropa”). Dalam buku ini Kant melaksanakan “revolusi kopernikan di bidang filsafat”: sebagaimana Kopernikus menjatuhkan citra dunia tradisional dengan mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi melainkan bumi yang mengitari matahari, begitu pula Kant memutarbalikkan paham tradisional wacana pengertian.

Secara tradisional pengertian dipahami menyerupai dengan fotografi: apa yang ada dalam kenyataan, lepas dari apakah kita mengetahuinya atau tidak, dicerminkan dalam pengertian kita. Kebenaran sebagai pembiasaan diri pengertian terhadap realitas. Namun, berdasarkan Kant paham itu salah. Yang betul ialah bahwa pengertian kita menyesuaikan realitas dengan dirinya. Objek yang kita ketahui bukanlah das Ding an sich, realitas pada dirinya sendiri, melainkan realitas yang sudah dipermak atau direkayasa oleh pengertian kita. Realitas sendiri memang ada dan menjadi dadakan pengertian kita, tetapi dimensi ruang dan waktu serta objektivitas diterimanya dari cara kita menangani kesan-kesan dari realitas itu sendiri. Paradigma pengertian bukan lagi fotografi, melainkan pekerjaan: apa yang dikerjakan, semakin dikerjakan, mengatakan jejak-jejak pekerjaan manusia.

Salah satu kesimpulan dari revolusi fatwa itu ialah bahwa berdasarkan Kant pengetahuan dalam arti bekerjsama hanya mungkin dalam bidang indriawi. Ini lantaran dalam bidang itu ada kaitan dengan realitas sendiri meskipun hanya dalam bentuk yang telah “diterjemahkan” ke dalam “bahasa” apriori pengertian kita.

Paham-paham adi-indriawi tidak mempunyai realitas. Ada dua macam paham bukan-indriawi. Yang satu ialah paham-paham menyerupai “substansi” dan “sebab-akibat” tadi. Paham-paham itu hanyalah “kategori” rasio atau alat kerja rasio untuk sanggup “menangani” objek-objek indriawi. Yang satunya lagi ialah paham-paham substansial menyerupai jiwa, dunia dan Allah, tetapi juga “aku”. Paham-paham itu tidak memuat pengertian objektif apa pun, melainkan dibuat sebagai syarat-syarat apriori semoga objek-objek indriawi sanggup ditempatkan dalam suatu cakrawala pengertian. Secara sederhana metafisika dan watak tidak merupakan cabang filsafat teoretis; tak ada pengetahuan teoretis wacana realitas adi-indriawi ataupun normatif.

Namun, apa yang mustahil dalam bidang teoretis, justru terealisasi dalam bidang praktis. Meskipun kita mustahil mempunyai pengetahuan objektif teoretis wacana hal-hal adi-indriawi, kesadaran moral memaksa kita untuk meninggalkan bidang indriawi empiris aposteriori dan mengadakan penelitian secara apriori. Karena itu, kesadaran moral, suatu fakta yang tidak sanggup dibantah meskipun tidak merupakan objek pengetahuan indriawi, membuka kenyataan bidang realitas adi-indriawi. Itulah yang dikerjakan Kant dalam filsafat moralnya.

Ada tiga karya filsafat moral Kant: a) Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (1785, The Foundations of the Metaphysics of Morals atau “Pendasaran Metafisika Kesusilaan”, b) Kritik der praktischen Vernunft (1788, Critique of Practical Reason atau “Kritik Akal Budi Praktis”), dan c) Die Metaphysik der Sitten (1797, Metaphysics of Morals atau “Metafisika Kesusilaan”). Dua buku pertama meletakkan dasar-dasar watak Kant, sedangkan “Metafisika Kesusilaan” merupakan uraian wacana banyak sekali norma dan keutamaan moral. Yang paling jelas, padat, dan mendasar ialah buku pertama, “Pendasaran Metafisika Kesusilaan”.

Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta


Download

Baca Juga
1. Immanuel Kant (1724-1804 M)
2. Immanuel Kant. Pengandaian-pengandaian filosofis
3. Immanuel Kant. Apa itu Moralitas?
4. Immanuel Kant. Imperatif Kategoris
5. Immanuel Kant. Otonomi Kehendak
6. Immanuel Kant. Fakta Akal Budi
7. Immanuel Kant. Postulat-Postulat

Belum ada Komentar untuk "Immanuel Kant"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel