Epikuros. Metafisika
Etika Epikuros berdasarkan sebuah metafisika yang diambilnya dari Demokritos* (460-371), yaitu atomisme. Menurut Demokritos, seluruh realitas terdiri atas atom-atom tak terbatas jumlahnya yang hanya berbeda lantaran bentuk dan beratnya. Oleh lantaran itu, segala apa yang terjadi sudah mutlak dan pasti. Pandangan dunia Epikuros, mengikuti Demokritos*, yaitu mekanisme.
Akan tetapi, Epikuros menambahkan sesuatu terhadap Demokritos*. Menurut dia, kadang kala atom itu jatuhnya tidak lurus ke bawah, melainkan sedikit melenceng dari garis lurus, tanpa kita ketahui sebabnya. Dengan melencengnya itu atom-atom ada yang saling bertabrakan, dan gerak atom-atom itu saling mempengaruhi.
Tabrakan-tabrakan itulah asal-usul alam semesta. Gagasan itu menarik lantaran di sini muncul secara mendadak pengertian kejadian tanpa sebab. Kejadian itu “kebetulan” (tyche, casu) belaka. Dengan demikian, keteraturan mutlak kejadian di dunia runtuh, dan kemungkinan untuk memperhitungkan masa depan hilang.
Epikuros gotong royong tidak berminat pada metafisika itu sendiri. Yang dimaksudkannya yaitu membebaskan insan dari takdir. Kaum Epikurean yaitu penganut kebebasan kehendak. Dengan menawarkan tugas kunci kepada tyche, kejadian murni kebetulan tadi, mereka mau menyelamatkan kebebasan manusia. Manusia bukan budak takdir, insan sanggup memilih kehidupannya sendiri.
Sebagaimana kaum Epikurean melawan takdir, begitu juga mereka melawan mitos-mitos keagamaan. Mereka ingin mencerahkan manusia, membebaskan dari ketakutan terhadap dewa-dewa, kematian, pengadilan sehabis kematian, serta neraka. Menurut mereka, tak masuk nalar berusaha semoga pada tuhan bersikap baik atau menenangkan kemurkaan mereka. Epikuros tidak menyangkal adanya pada dewa, tetapi mereka dikatakan hidup dalam ruang kosong antara kumpulan atom-atom, secara senang dan abadi, tanpa perhatian sama sekali terhadap manusia. Kaum Epikurean yaitu penganut deisme. Karena itu, insan hendak mengatur hidupnya berdasarkan kebijaksanaannya sendiri, tanpa takut terhadap tuhan dan akhirat. Jiwa insan pun hanya atom-atom yang lebih halus, yang menguap dalam kematian. Karena itu, buat apa takut? Kematian tidak perlu ditakuti lantaran tidak ada: kini kita hidup, dan apabila kita mati, kita tidak ada lagi. Bahwa antara anggapan wacana kejadian kebetulan—yang mereka arahkan melawan kepercayaan takdir—dan prosedur atomistik—yang digunakan untuk menandakan bahwa para tuhan tak perlu diperhatikan—terdapat kontradiksi, tidak diperhatikan oleh kaum Epikurean.
Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta
Download
Baca Juga
1. Epikuros. Sekilas Biografi
2. Epikuros. Etika
Akan tetapi, Epikuros menambahkan sesuatu terhadap Demokritos*. Menurut dia, kadang kala atom itu jatuhnya tidak lurus ke bawah, melainkan sedikit melenceng dari garis lurus, tanpa kita ketahui sebabnya. Dengan melencengnya itu atom-atom ada yang saling bertabrakan, dan gerak atom-atom itu saling mempengaruhi.
Epikuros gotong royong tidak berminat pada metafisika itu sendiri. Yang dimaksudkannya yaitu membebaskan insan dari takdir. Kaum Epikurean yaitu penganut kebebasan kehendak. Dengan menawarkan tugas kunci kepada tyche, kejadian murni kebetulan tadi, mereka mau menyelamatkan kebebasan manusia. Manusia bukan budak takdir, insan sanggup memilih kehidupannya sendiri.
Sebagaimana kaum Epikurean melawan takdir, begitu juga mereka melawan mitos-mitos keagamaan. Mereka ingin mencerahkan manusia, membebaskan dari ketakutan terhadap dewa-dewa, kematian, pengadilan sehabis kematian, serta neraka. Menurut mereka, tak masuk nalar berusaha semoga pada tuhan bersikap baik atau menenangkan kemurkaan mereka. Epikuros tidak menyangkal adanya pada dewa, tetapi mereka dikatakan hidup dalam ruang kosong antara kumpulan atom-atom, secara senang dan abadi, tanpa perhatian sama sekali terhadap manusia. Kaum Epikurean yaitu penganut deisme. Karena itu, insan hendak mengatur hidupnya berdasarkan kebijaksanaannya sendiri, tanpa takut terhadap tuhan dan akhirat. Jiwa insan pun hanya atom-atom yang lebih halus, yang menguap dalam kematian. Karena itu, buat apa takut? Kematian tidak perlu ditakuti lantaran tidak ada: kini kita hidup, dan apabila kita mati, kita tidak ada lagi. Bahwa antara anggapan wacana kejadian kebetulan—yang mereka arahkan melawan kepercayaan takdir—dan prosedur atomistik—yang digunakan untuk menandakan bahwa para tuhan tak perlu diperhatikan—terdapat kontradiksi, tidak diperhatikan oleh kaum Epikurean.
Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta
Download
Baca Juga
1. Epikuros. Sekilas Biografi
2. Epikuros. Etika
Belum ada Komentar untuk "Epikuros. Metafisika"
Posting Komentar